Manchester United Tusuk European Super League dari Belakang
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Manchester United menegaskan sikapnya terhadap European Super League (ESL). Mereka menolak ESL dijalankan dan berkomitmen untuk tunduk di bawah kompetisi resmi UEFA dan FIFA.
"Posisi kami tidak berubah. Kami tetap berkomitmen untuk berpartisipasi dalam kompetisi UEFA, dan menjalin kerja sama positif, Premier League, serta sesama klub yang tergabung di ECA (Asosiasi Klub Eropa) untuk kelanjutan pengembangan sepak bola Eropa," begitu pernyataan resmi MU.
1. Padahal, MU dulu insiator ESL
Sikap MU yang menolak kelanjutan ESL sebenarnya cukup menarik. Sebab, MU sebenarnya merupakan salah satu inisiator kompetisi tersebut.
Pada April 2021 lalu, MU menjadi insiator bersama 11 klub raksasa Eropa lainnya. Mereka adalah Arsenal, Chelsea, Tottenham Hotspur, Manchester City, Liverpool, AC Milan, Inter Milan, Juventus, Atletico Madrid, Real Madrid, dan Barcelona.
Baca Juga: Sederet Klub Raksasa Eropa Kompak Tolak Super League
2. Alasan sederet klub jadi menolak ESL
Editor’s picks
Saat ini, keberlanjutan ESL masih belum jelas, karena hanya Madrid dan Barcelona yang masih mendukungnya. Sementara, klub pendukung lain pada akhirnya mundur.
Mereka pada akhirnya mundur karena merasa ESL sebagai sebuah gagasan yang bisa merusak piramida kompetisi. Status ESL sebagai breakaway league, juga menjadi alasan lain klub-klub itu mundur.
3. Super League yakin bisa mencuri hati klub raksasa lagi
Salah satu pendiri A22 sebagai inisiator ESL, John Hahn, optimistis bisa membujuk klub raksasa Eropa lain untuk mendukung proyeknya. Dilansir Mirror, mereka menyiapkan format yang lebih menggiurkan.
Nantinya ada 64 tim yang dibagi menjadi tiga kasta. Ada pula kompetisi untuk wanita yang terdiri dari 32 tim. Namun, mereka belum menggambarkan strukturnya secara gamblang.
"Saya pikir, poin pentingnya adalah klub-klub sekarang punya pilihan. Prinsip kami adalah apa pun prosesnya, harus 100 persen didasarkan untuk meritokrasi," kata Hahn.
Baca Juga: Format European Super League Anti-tesis Liga Champions