Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Google Glass (en.wikipedia.org/Dan Leveille)

Kamu mungkin pernah mendengar tentang produk Google Glass yang diumumkan oleh Google medio 2012. Google Glass merupakan teknologi yang bisa diibaratkan seperti kacamata praktis. Google Glass dijanjikan akan merevolusi cara manusia berinteraksi dengan dunia di sekitarnya.

Beberapa fitur di antaranya termasuk head-mounted display di dekat kepala yang menampilkan layar semi-transparan kecil yang terletak di sisi kanan atas kacamata untuk memberikan informasi secara langsung. Pengguna juga dapat menggunakan Google Glass dengan perintah suara tanpa perlu memberi input sentuhan agar memberikan pengalaman hands-free kepada untuk penggunanya. Namun, meski saat itu hype banget, produk ini akhirnya tidak jadi dirilis ke masyarakat umum. Apa kira-kira alasan Google batal merilis Google Glass ini?

1. Strategi pemasaran yang kurang tepat

ilustrasi strategi pemasaran (pexels.com/Mikael Blomkvist)

Salah satu alasan utama Google Glass tidak jadi dirilis adalah karena strategi pemasarannya yang kurang tepat. Alih-alih mempromosikan produk Google Glass sebagai teknologi prototipe dari masa depan, Google malah fokus membangun hype dan patokan harga Google Glass agar produk ini terkesan sangat premium. Kampanye pemasaran ini akhirnya menuai kritik dan kekhawatiran publik terkait tentang harga, keamanan, dan privasi pengguna.

Akhirnya, kesan yang beredar di masyarakat adalah Google memanfaatkan sensasi, harapan, dan potensi produk alih-alih menjual kenyataan dan fungsi Google Glass. Belum lagi harganya yang fantastis bikin konsumen semakin mempertanyakan nilai dan kegunaan dari Google Glass. Padahal, semua asumsi tersebut terjadi sebelum Google benar-benar meluncurkan Google Glass.

2. Kurangnya penetapan tujuan yang jelas

ilustrasi konsumen (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Alasan lain mengapa Google Glass tidak dirilis adalah karena tidak adanya tujuan yang jelas. Google tidak mengidentifikasi masalah yang ingin diselesaikan oleh produk satu ini. Mereka hanya menjelaskan berbagai macam kemudahan yang bisa dinikmati seseorang dengan teknologi Google Glass.

Akibatnya, terjadi kebingungan di kalangan konsumen yang tidak tahu mengapa mereka benar-benar harus memiliki produk ini. Google Glass dipasarkan sebagai teknologi yang menawarkan berbagai solusi. Namun, tidak jelas masalah apa yang ingin dipecahkan oleh Google lewat produk ini.

3. Kekhawatiran terhadap privasi pengguna

Ilustrasi keamanan online (pexels.com/Pixabay)

Privasi juga merupakan faktor signifikan yang menyebabkan kegagalan Google Glass. Saat versi pertama diluncurkan pada 2013, konsumen langsung menyuarakan keprihatinan mereka tentang produk kacamata yang berpotensi melanggar privasi. Bukan tanpa alasan, kamera Google Glass memang didesain mampu membuat rekaman secara langsung ketika digunakan.

Google mencoba mengubah citra kacamata menjadi alat bagi profesional seperti ahli bedah atau pekerja pabrik. Namun, kekhawatiran terhadap privasi ini tetap ada. Akhirnya Google pun menghentikan semua pekerjaan pada proyek Glass pada tahun 2015. Pada 2017, pekerjaan dilanjutkan dengan tajuk Glass Enterprise Edition yang memfokuskan semua upaya untuk membuat produk yang lebih diperuntukkan untuk digunakan di tempat kerja, seperti pabrik atau gudang. 

Selang 2 tahun, versi baru Google Glass dirilis. Glass Enterprise Edition 2 dirancang untuk digunakan di tempat kerja. Terlepas dari semua upaya Google, persepsi publik tentang Google Glass sebagai ancaman privasi tak memudar. Akhirnya baik edisi pertama maupun edisi kedua kacamata Google ini pun tak pernah dirilis ke masyarakat umum.

Karena strategi pemasaran yang buruk, tujuan kurang jelas, dan masalah privasi, produk ini tidak dirilis ke masyarakat umum. Meski Google Glass gagal, tidak dapat dimungkiri bahwa Google Glass ini akhirnya turut menginspirasi kehadiran teknologi VR (virtual reality), seperti HoloLens dan Oculus Rift.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorYohan