Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Jaringan 5G di Indonesia Belum Merata?

ilustrasi 5G (pixabay.com/torstensimon)
ilustrasi 5G (pixabay.com/torstensimon)
Intinya sih...
  • Operator seluler memerlukan biaya besar untuk mengembangkan infrastruktur 5G, termasuk pembelian frekuensi dan pembangunan jaringan.
  • Pemerintah Indonesia masih melakukan proses refarming dan penyesuaian alokasi spektrum frekuensi untuk 5G, serta prioritas meningkatkan akses 4G di wilayah terpencil.
  • Penyebaran 5G di Indonesia sulit karena kondisi geografis yang beragam, akses listrik terbatas di daerah terpencil, dan anggaran pemerintah yang terbagi ke dalam prioritas lain.

Jaringan 5G telah merata di berbagai negara maju sejak 2020. Ini berbeda dengan Indonesia yang sampai saat ini 5G hanya bisa dinikmati di kota-kota besar. Sebaliknya, konektivitas 4G kini masih digunakan oleh sebagian besar pengguna seluler di Indonesia, sejak pertama kali muncul pada 2010.

Padahal, 5G merupakan teknologi yang dapat mempermudah kehidupan masyarakat dengan kecepatan internet yang jauh lebih cepat. Banyaknya perangkat 5G di pasaran sekarang ini sebenarnya menjadi pertanda bahwa 5G seharusnya bisa cepat merata di Tanah Air. Nah, pertanyaannya, kenapa jaringan 5G di Indonesia sampai saat ini belum merata ? Yuk, sharing inspirasi lewat artikel berikut ini!

1. Biaya infrastruktur bagi provider terbilang tinggi

ilustrasi infrastruktur telekomunikasi (unsplash.com/@hobiindustri)
ilustrasi infrastruktur telekomunikasi (unsplash.com/@hobiindustri)

Operator seluler harus menanggung biaya besar untuk mengembangkan infrastruktur 5G, termasuk pembelian frekuensi dan pembangunan jaringan. Provider sebesar Telkomsel saja baru bisa mengembangkan 5G di kota-kota tertentu. Implementasi 5G memang memerlukan infrastruktur jaringan baru, seperti base station dan perangkat pendukung lainnya. Pembangunan ini memakan waktu, terutama di daerah pelosok yang sulit dijangkau. Pengembangan 5G memerlukan investasi besar dari operator untuk pembangunan infrastruktur dan pembelian spektrum frekuensi. Ini menjadi tantangan, terutama jika potensi keuntungannya belum terlihat.

2. Distribusi spektrum frekuensi yang terbatas

ilustrasi 4G (freepik.com/rawpixel-com)
ilustrasi 4G (freepik.com/rawpixel-com)

Pemerintah Indonesia masih melakukan proses refarming dan penyesuaian alokasi spektrum frekuensi untuk 5G. Beberapa spektrum masih digunakan oleh teknologi lain, termasuk 4G. Teknologi lawas seperti TV analog baru saja ditinggalkan pada 2023 dengan berpindah ke TV digital. Meski analog switch off telah berhasil dilakukan, pemerintah butuh waktu agar bekas frekuensi TV analog bisa digunakan untuk penerapan 5G. 

3. Kesenjangan digital di berbagai wilayah Indonesia

ilustrasi penggunaan smartphone (pexels.com/@nurseryart)
ilustrasi penggunaan smartphone (pexels.com/@nurseryart)

Indonesia adalah negara yang luas. Masih cukup banyak wilayah belum terjangkau internet. Selain itu, masih ada wilayah di Indonesia yang belum mendapatkan jaringan 4G secara optimal, terutama di daerah pedalaman dan pelosok. Prioritas untuk meningkatkan akses 4G sering kali didahulukan sebelum mengimplementasikan 5G. Dengan kata lain, pemerintah lebih mendahulukan pemerataan internet 4G di berbagai wilayah terpencil daripada penerapan 5G secara cepat. 

4. Tantangan geografis wilayah Indonesia yang luas

ilustrasi pedesaan Indonesia (unsplash.com/@toothlessrabbit)
ilustrasi pedesaan Indonesia (unsplash.com/@toothlessrabbit)

Indonesia adalah negara kepulauan dengan kondisi geografis yang beragam. Hal ini membuat penyebaran jaringan secara merata menjadi lebih sulit dibandingkan dengan negara yang memiliki wilayah daratan luas. Beberapa daerah terpencil di Indonesia masih memiliki akses listrik terbatas yang menghambat pembangunan infrastruktur jaringan. Anggaran dari pemerintah juga terbagi ke dalam prioritas lain seperti pemerataan ekonomi sehingga penerapan 5G jadi lebih lambat. Selain itu, proses regulasi dan perizinan untuk implementasi 5G memerlukan waktu agar memastikan bahwa semua pihak terkait seperti pemerintah, operator, dan penyedia teknologi, sepakat dalam penerapannya. 

5. Jaringan 5G mampu memberikan manfaat besar jika sudah merata

ilustrasi kecepatan 5G (unsplash.com/@frederikli)
ilustrasi kecepatan 5G (unsplash.com/@frederikli)

Meski terlihat sulit diterapkan secara luas di Indonesia, 5G akan membawa dampak positif. Teknologi 5G menawarkan kecepatan tinggi hingga 10 Gbps, latensi rendah untuk komunikasi real-time, dan kemampuan menghubungkan banyak perangkat secara simultan. Teknologi ini mendukung transformasi di sektor kesehatan, industri, dan pendidikan melalui aplikasi IoT, otomatisasi, serta VR/AR. Dengan jaringan 5G, pengalaman digital menjadi lebih cepat, efisien, dan terhubung secara luas.

Kesimpulannya adalah penyebaran 5G membutuhkan sinergi antara pemerintah, operator telekomunikasi, dan masyarakat. Jika 5G sudah merata, masyarakat bisa menikmati teknologi digital lebih canggih dan berdampak pada segala lini, termasuk kegiatan ekonomi. Kalau menurutmu, kenapa 5G di Indonesia belum merata?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Hilman Azis
EditorHilman Azis
Follow Us