7 Game Indie Terbaik yang Dipamerkan pada EGX Rezzed 2019, Pasti Seru!

Judul terbaru dari Double Fine yaitu RAD, membawa pemain ke dalam dunia post-apocalyptic di mana manusia tidak hanya menderita dari satu kiamat saja, namun dua. Gaya visual cell-shading yang diusung membuat game action rogue-like ini nampak seperti ‘mini’ Borderlands dengan perspektif top-down.

Pada game ini pemain berperan sebagai seorang remaja yang menjelajahi Fallow – gurun penuh radioaktif yang dihuni oleh banyak makhluk mengerikan. RAD dijadwalkan untuk meluncur ke PS4, Xbox One, Nintendo Switch dan PC, musim panas ini.

Stardew Valley namun dengan dunia yang hancur akibat ledakan nuklir sehingga hanya menyisakan gurun beracun sebagai tempat bernaung merupakan definisi ‘tidak langsung’ dari apa itu Atomicrops. Menggabungkan pengelolaan tanaman yang rusak dengan perjuangan untuk mempertahankan lahan pertanian dari mutan, Atomicrops menawarkan konsep ‘kelam’ yang jarang dibawa oleh game simulasi pertanian. Salah satu nilai jual utama yang unik pada game ini datang dari fakta bahwa tanaman transgenik yang pemain tanam, dapat ‘dinikahi’.

Game isometrik stealth penuh warna yang satu ini mengisahkan tentang seorang bocah lelaki yang bertekad untuk menemukan ibunya. Pemain akan diajak untuk melintasi dataran luas hingga kota-kota penuh debu di Old West, dan terus bergerak maju untuk bertemu dengan ibu tercinta.

Mekanisme gameplay pada game ini lebih berfokus kepada pemecahan teka-teki, dengan pemanfaatan stealth untuk menyelinap dari pengawasan musuh. El Hijo adalah kisah mengharukan tentang keberanian seorang bocah lelaki yang kehilangan segalanya dan berusaha untuk mengembalikan satu-satunya yang ia bisa.

Berlatar di dunia post-apocalyptic yang terisolasi, Dreadlands menjanjikan pertempuran berbasis giliran yang menantang. Pada game ini, pemain ditugaskan untuk membangun geng beranggotakan tentara bayaran yang memiliki misi untuk mengamankan sumber daya langka bernama Glow sembari bersaing dengan faksi musuh. Bagian terbesar pada game ini berada di pembangunan markas operasi, yang mana itu menjadi tempat bagi pemain untuk mengutus pasukan dan meningkatkan anggota geng, demi bisa memenuhi tuntutan dunia kacau yang tak kenal ampun.

Kematian rupanya tidak menghentikan ‘pesta’ dalam game terbaru buatan developer Oxenfree, Night School Studio. Sesaat setelah meninggal, dua sahabat karib – Milo dan Lola mendapati diri mereka di neraka dan menemukan sebuah ‘cara’ untuk kembali.

Caranya yaitu dengan mengalahkan Satan dalam kontes minum yang mana jika mereka menang, maka mereka berhak untuk kembali ke bumi. Dengan sistem percakapan yang kompleks dan beragam mini-games seputar minuman aneh di neraka, Afterparty merupakan ‘undangan pesta’ yang tidak dapat dilewatkan begitu saja.

Dikembangkan oleh Storm In A Teacup, Close To The Sun ‘melempar’ pemain ke dalam Helios, kapal laut dalam rancangan Nikola Tesla yang menjadi surga bagi banyak pemikiran ilmiah terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Pemain berperan sebagai seorang jurnalis bernama Rose Archer yang ‘mendarat’ di Helios untuk mencari putrinya yang hilang, Ada. Pada game ini, pemain akan digiring untuk membuka lembaran misteri dan menemukan fakta Helios yang sunyi dan kosong, mungkin menjadi tempat bagi penelitian mengerikan yang tidak terduga.

Terinspirasi dari genre strategy-shooter seperti BioShock dan System Shock 2, Void Bastards menempatkan pemain ke dalam peran sekelompok tahanan yang mencoba untuk melarikan diri dari pesawat luar angkasa penuh ancaman bernama Sargasso Nebula. Game ini menuntut pemain untuk bermain cerdas dengan menemukan cara sendiri untuk berburu perbekalan dan melawan musuh-musuh aneh yang mengintai.

Meskipun menggunakan ‘tahanan’ sebagai karakter utama, Void Bastards tidak benar-benar ‘menahan’ pemain. Game ini memberikan kebebasan secara penuh untuk menentukan strategi dan jalan keluar.

Itulah tadi beberapa game indie terbaik yang dipamerkan pada EGX Rezzed 2019. Tertarik untuk mencicipi sejumlah game indie luar biasa di atas?