7 Game yang Membosankan tapi Bikin Betah Secara Visual

- Hell Is Us memiliki visual menawan, namun sistem combat dan eksplorasi yang kurang menarik membuatnya agak membosankan.
- The Evil Within menggabungkan aksi cepat dengan horor psikologis, meski terganggu oleh gunplay kaku. Visual sinematografi tetap meninggalkan kesan horor.
- Hellblade: Senua’s Sacrifice penuh kejutan dengan cerita emosional, namun kedalaman gameplay-nya tidak maksimal. Visual menawan lebih dominan daripada mekanisme gameplay.
Dalam 15 tahun terakhir, industri gaming seolah terobsesi dalam mengejar tampilan visual yang semakin realistis. Sayangnya, fokus berlebihan pada aspek visual sering kali membuat aspek lain seperti ide dan gameplay dan jadi terabaikan. Bukan berarti game dengan visual menawan selalu terasa hampa karena beberapa masih ada yang membawa cerita menarik, tapi pada akhirnya, fokus pada keindahan visual sering kali menciptakan satu masalah besar yaitu membosankan untuk dimainkan. Berikut 7 game yang membosankan tapi bikin betah secara visual.
1. Hell Is Us
Hell Is Us memang sengaja dirancang tanpa banyak petunjuk agar pemain bisa benar-benar merasa tersesat dan menemukan jalan sendiri. Sayangnya, pendekatan tersebut membuat game ini jadi agak membosankan karena sistem combat-nya yang terasa repetitif dan cara eksplorasinya yang kurang menarik. Untungnya, keindahan gaya visualnya membantu menyelematkan game ini. Untuk ukuran game garapan developer kecil, visualnya terasa matang dan konsisten dalam menyampaikan tema yang ingin diangkat, sekalipun ketika ceritanya sendiri mulai menyimpang dari tema yang ingin disampaikan.
2. The Evil Within
The Evil Within luar biasa karena mampu memadukan gameplay aksi yang cepat dengan elemen horor psikologis yang mendalam. Musuh-musuhnya dirancang dengan desain yang sangat disturbing, ceritanya makin menarik ketika pemain mulai menggali lebih dalam dan di tengah adegan aksi, bakal ada banyak momen yang menyeramkan. Sayangnya, keseruannya sedikit tercederai oleh gunplay yang terasa kaku dan aneh. Kendati demikian, dengan gaya sinematografi yang khas termasuk penggunaan black bar dan filter film grain, The Evil Within tetap berhasil meninggalkan kesan horor yang sulit dilupakan.
3. Hellblade: Senua’s Sacrifice
Hellblade: Senua’s Sacrifice sebenarnya adalah game yang hebat. Game ini penuh kejutan, dengan sistem combat yang lumayan dan cerita yang emosional serta diracik dengan hati-hati. Sayangnya, kedalaman gameplay-nya sebagai sebuah game tidak maksimal. Game ini lebih terasa seperti ajang pamer teknologi dengan visual menawan dan ekspresi wajah Senua yang sangat akurat dalam menyampaikan emosi. Namun seiring berjalannya permainan, pemain akan mulai menyadari betapa dangkalnya mekanisme gameplay game garapan Ninja Theory ini. Untungnya, sekuelnya yang berjudul Senua’s Saga: Hellbade II memperbaiki masalah tersebut.
4. Abzu
Abzû langsung memanjakan mata pemain dengan warna-warna menakjubkan sejak awal dan terus memukau sampai akhir. Game ini mengajak pemain untuk mencintai laut dan seluruh kehidupan di dalamnya sekaligus menyoroti keindahan bawah laut yang sering rusak karena ulah manusia. Meski tidak banyak hal untuk dilakukan selain menikmati pemandangan dan berenang bersama berbagai hewan laut, kesederhanaan itulah yang justru membuatnya begitu menarik. Sederhananya, Abzû menyajikan petualangan singkat namun mempesona secara visual, meski gameplay-nya yang repetitif mungkin bisa terasa membosankan bagi beberapa pemain.
5. Horizon: Forbidden West
Horizon: Forbidden West dipuji karena teknologi dan visualnya yang luar biasa, tapi di balik penampilannya yang spektakuler, banyak pemain yang merasa game ini kosong. Dunia dan para Machine di dalamnya memang menakjubkan, namun sistem combat-nya terasa monoton seiring berjalannya permainan dan Aloy selaku protagonis utama, kurang memiliki kedalaman sehingga sulit untuk disukai. Namun terlepas dari itu semua, keindahan visual game garapan Guerilla Games ini tetap tidak terbantahkan, terutama ketika dimainkan di PC dengan pengaturan visual mentok kanan.
6. Final Fantasy XIII
Final Fantasy XIII sering dikritik karena dianggap terlalu linear jika dibanding game-game Final Fantasy sebelumnya. Sistem combat game ini juga menjadi langkah penting menuju gaya real-time yang lebih modern di game-game Final Fantasy berikutnya. Kekurangan game ini baru terasa jelas ketika memasuki wilayah terbuka yang membosankan dan berjalan lambat, terutama karena misi sampingannya terasa hambar. Namun di balik semua kekurangan itu, game ini tetap memukau secara visual dan soundtrack-nya indah. Sulit rasanya untuk tidak terpukau dengan game rilisan 2009 ini.
7. Alan Wake
Alan Wake merupakan game dengan cerita kompleks, penuh teka-teki dan simbol yang bakal terus membuat pemain terus menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi. Kualitas visualnya bukan yang paling realistis, namun eksekusinya yang juara di mana bayangan samar dan cahaya yang menembus hutan kelam di Bright Falls semakin menguatkan sisi misterius dari game ini. Selain itu, kekuatan utama game ini juga terletak pada bagian cerita. Untuk gameplay, Alan Wake bisa terasa membosankan karena sistem combat di mana pemain menyinari musuh dengan senter sebelum menembaknya lama-lama terasa repetitif.
Itulah tadi ulasan mengenai beberapa game yang membosankan tapi bikin betah secara visual. Pernah memainkan game-game di atas?

















