Story of Seasons, Game Marvelous usai Melepas Harvest Moon

Perpisahan Marvelous dan Natsume membuat penggemar farming simulation game bingung. Harvest Moon yang populer di Indonesia pada 2000-an itu kini bukan game yang sama. Sebab, Marvelous sebagai developer aslinya telah mengubah Harvest Moon menjadi Story of Seasons. Sementara, Harvest Moon yang beredar belakangan ini merupakan game baru di bawah kendali Natsume yang memegang lisensi atas nama game itu sendiri.
Sejak tidak bersama Natsume, Marvelous yang menanggalkan nama Harvest Moon menggandeng XSEED untuk konsisten menelurkan game lewat waralaba Story of Seasons. Mereka merilis judul pertama di bawah nama baru mulai pada 2014. Story of Seasons hadir di Nintendo 3DS sebagai suksesor Harvest Moon 3D: A New Beginning (2012) yang juga hadir di konsol yang sama.
Lantas, seperti apa Story of Seasons, game pertama Marvelous usai melepas name Harvest Moon? Uraian berikut bisa jadi menjelaskan seluk-beluknya sebagai farming simulation game papan atas. Apalagi, Story of Seasons sendiri telah menarik perhatian banyak penggemar sejak perilisannya sedekade silam meski tidak lagi menggunakan nama populernya.
1. Rilis pertama kali dengan judul Bokujo Monogatari: Tsunagaru Shin Tenchi di Jepang pada 2014
Harvest Moon terkenal di Barat, terutama di Amerika Utara, karena campur tangan Natsume. Namun, game itu sendiri bukan berasal dari Barat, melainkan dari Jepang. Harvest Moon di negeri asalnya bernama Bokujō Monogatari, yang bisa ditafsirkan menjadi 'cerita pertanian'.
Story of Seasons di Jepang juga dirilis pada 2014 dengan judul Bokujō Monogatari: Tsunagaru Shin Tenchi. Ia bisa ditafsirkan sebagai 'kisah pertanian: dunia baru yang terhubung'. Game ini hadir di Nintendo 3DS seperti pendahulunya, Harvest Moon 3D: A New Beginning.
Story of Seasons kemudian dibawa ke Barat pada 2015. Marvelous menggandeng XSEED untuk menerbitkannya di Amerika dan menggandeng Nintendo untuk menerbitkannya di Eropa. Story of Seasons juga hadir di Australia setahun setelah perilisannya di dua kontinen itu.
2. Mendapat respons positif dari berbagai pengulas

Story of Seasons masih menarik perhatian meski telah menanggalkan nama lamanya. Selain karena sepak terjang Marvelous, game mereka memang terbilang bagus. Sejumlah pengulas merespons positif akan kehadiran farming simulation game yang menetas di Nintendo 3DS pada 2014 itu.
Famitsu, majalah game Jepang, memberinya nilai 32/40. Sementara, Metracritic, review aggregator yang mengumpulkan ulasan dari pengulas dan pemain, memberinya nilai 76/100. Story of Seasons sebagian besar menerima nilai di atas rata-rata. IGN, media game Amerika Serikat, juga memberinya nilai 8,4/10.
"Meski namanya berbeda, Story of Seasons pada dasarnya adalah game Harvest Moon dan salah satu game terbaik yang pernah kumainkan selama bertahun-tahun," tulis Meghan Sullivan dari IGN. "Campuran dinamis antara simulasi pertanian jadul dan logistik inventaris baru membuatnya terasa berbeda dan unik," imbuhnya. Ulasan baik serupa pun bisa kamu lihat dari media-media game lain.
3. Sempat mencapai rekor penjualan di Jepang dan Amerika Utara

Story of Seasons, penggarap Harvest Moon yang sebenarnya, tetap populer setelah Marvelous dan Natsume berpisah. Game mereka bahkan sempat menjadi game terlaris di Jepang pada 2014. Marvelous berhasil menjual hingga 131 ribu kopi di Negeri Sakura.
Jumlah itu makin meningkat setelah XSEED memasarkannya ke Amerika Utara pada 2015. Digital Trends melaporkan bahwa Story of Seasons sempat menjadi game paling cepat laku dalam sejarah XSEED. Game itu terjual hingga 100 ribu kopi di Amerika Utara.
Story of Seasons diminati karena permainannya cukup imersif. Ia membuat penggemarnya seolah masuk ke game. Mereka bisa menarik perhatian pemainnya selama berjam-jam. Perpaduan strategi dan simulasi yang bagus membuat game ini terbilang sepadan dengan waktu mainnya.
Story of Seasons sendiri menceritakan seorang pemuda, Johnny atau Annie, yang bosan dengan kehidupan di kota besar. Dia kemudian pergi ke Oak Tree Town untuk mengurus perkebunan yang membuka lowongan pekerjaan. Dengan mempertaruhkan segalanya, Johnny atau Annie, yang namanya bisa diganti sesuai selera pemain, pindah ke sana untuk bertemu Veronica, pemimpin desa tersebut.
Ada empat petani lain yang tinggal di Oak Tree Town. Mereka terdiri dari Eda, Fritz, Giorgio, dan Elise. Keempatnya akan mengajarkan sang tokoh utama cara mengelola perkebunan. Sang tokoh utama kebetulan harus membuka tujuh vendor dengan memenuhi persyaratan tertentu dan menjadikan Oak Tree Town kota perdagangan internasional yang terkenal.
Premis tradisional yang dibalut plot unik makin membuat Story of Seasons disenangi penggemar. Ia memang bukan lagi Harvest Moon yang populer itu, tetapi nama barunya bisa sukses di pasaran karena spiritnya terasa sama. Story of Seasons bahkan terus menancapkan dominasinya sebagai salah satu pemain lama di ranah farming simulation game lewat judul-judul yang tidak kalah menarik belakangan ini.
Marvelous, di sisi lain, juga tengah menggodok proyek baru untuk melanjutkan kerja baik mereka selama bertahun-tahun. Mungkinkah proyek itu rampung pada 2025 bersamaan dengan banyaknya game besar yang akan hadir ke hadapan publik? Akan menarik menunggu seri Story of Seasons berikutnya setelah mengingat kembali game yang mengawali perjalanannya.