7 Bahaya AI Slop di Internet, Propaganda hingga Brain Rot

- AI slop merusak kualitas informasi internet, mengganggu hasil pencarian, dan mempersulit pengguna menemukan informasi otoritatif.
- AI slop menyuburkan misinformasi dan propaganda dengan biaya rendah, memperparah penyebaran berita palsu, dan menciptakan krisis kepercayaan di media sosial.
- AI slop membahayakan kreativitas dan ekonomi kreator, menurunkan produktivitas di tempat kerja, serta memengaruhi kemampuan kognitif pengguna.
Internet kini tengah menghadapi fenomena baru yang dikenal sebagai AI slop, yaitu konten berkualitas rendah yang diproduksi secara massal oleh kecerdasan buatan (AI). Konten ini dibuat dengan sedikit atau tanpa pengawasan manusia sama sekali. Karakteristik utamanya meliputi teks yang sangat generik dan sering kali berisi informasi keliru.
Dalam bentuk visual, AI slop telah membanjiri media sosial dengan gambar-gambar aneh, misalnya, deepfake selebritas dan karakter brain rot Tralalero Tralala yang tersohor. Fenomena ini menyebar dengan cepat karena kemudahan dan biaya produksi yang sangat rendah. Banyak pihak memanfaatkannya untuk tujuan ekonomi, seperti mendulang engagement atau pendapatan iklan di media sosial.
Konten semacam ini sengaja dirancang untuk mengeksploitasi algoritma platform demi merebut perhatian pengguna, bukan untuk memberikan nilai atau substansi. Kemunculan platform AI-only, seperti media sosial Sora dari OpenAI dan Vibes dari Meta, juga berpotensi semakin mempercepat penyebarannya. Berikut adalah tujuh bahaya AI slop di internet.
1. Merusak kualitas informasi di internet

Ekosistem informasi yang sehat merupakan fondasi utama dari internet yang bermanfaat bagi penggunanya. Sayangnya, kehadiran AI slop mengancam integritas dan kegunaan internet sebagai sumber pengetahuan yang andal. Melansir The Conversation, fenomena ini bisa sangat mengganggu saat kita sedang mencari informasi secara daring.
Konten spam yang dioptimalkan untuk mesin pencari (SEO) dan dihasilkan oleh AI telah mengacaukan hasil pencarian di platform seperti Google. Algoritma mesin pencari kini kewalahan menyaring material berkualitas rendah ini dari lautan konten yang ada. Akibatnya, pengguna menjadi semakin sulit menemukan informasi yang otoritatif, relevan, dan tepercaya.
Situs web yang terlalu bergantung pada konten AI untuk menarik traffic juga menghadapi risiko serius. Mesin pencari terus memperbarui algoritmanya untuk mendeteksi dan memberikan penalti pada konten berkualitas rendah. Degradasi kualitas informasi ini pada akhirnya membuka jalan bagi masalah yang lebih besar, yaitu penyebaran berita bohong.
2. Menyuburkan misinformasi dan propaganda

Bahaya misinformasi yang menyebar dalam skala besar menjadi ancaman serius di era digital saat ini. Kemampuan AI untuk memproduksi konten secara massal menjadikannya alat yang sangat ampuh untuk menyebarkan narasi palsu. Dengan biaya yang mendekati nol, aktor jahat dapat membanjiri internet dengan informasi yang tidak akurat.
AI slop sering kali menjadi kendaraan utama bagi penyebaran misinformasi. Fenomena "halusinasi AI," di mana model AI menghasilkan output yang keliru bisa memperparah risiko ini. Aktor jahat kemudian memanfaatkan kelemahan ini untuk memproduksi propaganda, teori konspirasi, dan berita palsu secara efisien.
Contoh nyata dari dampak ini adalah penyebaran gambar-gambar palsu saat terjadi bencana alam, seperti pada kasus Badai Helene. Gambar rekayasa AI disebarkan untuk menciptakan kepanikan atau memfitnah pihak tertentu, menunjukkan betapa berbahayanya teknologi ini jika disalahgunakan.
3. Mengikis kepercayaan dan mendistorsi realitas

Interaksi yang sehat di ruang digital membutuhkan kepercayaan dari pihak-pihak yang terlibat. Namun, pembiakan konten AI yang sangat realistis tapi palsu telah menciptakan krisis kepercayaan di media sosial. Pengguna internet kini dihadapkan pada tantangan untuk membedakan mana yang nyata dan mana yang rekayasa.
Melansir NPR, AI slop dapat mengaburkan batas antara fakta dan fiksi, yang melahirkan fenomena "liar's dividend". Konsep ini menjelaskan bagaimana keberadaan konten palsu yang sangat meyakinkan memberi kesempatan bagi aktor jahat untuk menolak bukti yang asli dan dapat diverifikasi. Mereka bisa dengan mudah mengklaim bukti nyata sebagai rekayasa AI, sehingga merusak konsep kebenaran itu sendiri.
Paparan yang terus-menerus terhadap campuran konten nyata dan buatan tanpa pembeda yang jelas dapat menyebabkan disorientasi mendalam. Hal ini juga berisiko menimbulkan ketidakpekaan terhadap isu-isu penting karena audiens menjadi lelah secara kognitif.
4. Membahayakan kreativitas dan ekonomi kreator

Konten orisinal yang dibuat oleh manusia memiliki nilai yang tak tergantikan dalam ekosistem digital. Namun, AI slop kini menjadi ancaman ganda, baik secara ekonomi maupun eksistensial, bagi para kreator profesional seperti seniman, penulis, dan musisi. Mereka dipaksa bersaing dalam lingkungan yang semakin tidak adil.
Secara ekonomi, konten berkualitas tinggi yang membutuhkan waktu dan keahlian kini harus bersaing dengan konten massal yang diproduksi dengan biaya rendah. Hal ini menekan nilai karya orisinal dan mempersulit kreator untuk mendapatkan penghidupan yang layak. Persaingan ini membuat karya-karya unik semakin sulit ditemukan di tengah lautan konten generik. Dari sisi budaya, AI slop berisiko menyebabkan stagnasi kreativitas karena model AI pada dasarnya mengambil inspirasi dari data yang sudah ada.
5. Menurunkan produktivitas di tempat kerja

Fenomena AI slop juga telah merambah ke lingkungan profesional dalam bentuk yang dikenal sebagai workslop. Alih-alih meningkatkan efisiensi seperti yang dijanjikan, penggunaan AI yang tidak bijaksana justru berisiko menciptakan beban kerja baru. Karyawan kini harus berurusan dengan output berkualitas rendah yang sekilas tampak seperti hasil pekerjaan yang layak.
Menurut Harvard Business Review, workslop mencakup laporan, email, atau presentasi yang dihasilkan AI yang mungkin terlihat rapi secara format, tetapi sering kali tidak memiliki substansi, konteks, atau akurasi. Konten semacam ini dangkal dan tidak memberikan kontribusi yang berarti untuk memajukan sebuah proyek. Akibatnya, pekerjaan tidak selesai lebih cepat, melainkan hanya berpindah tangan.
Beban kerja justru bergeser ke rekan kerja yang harus menafsirkan, memperbaiki, atau bahkan mengerjakan ulang dari awal. Praktik ini dapat membuang-buang waktu dan merusak kolaborasi.
6. Memengaruhi kemampuan kognitif

Cara kita mengonsumsi konten juga bisa memengaruhi fungsi otak dan kesehatan mental. Sifat AI slop yang dirancang untuk mengeksploitasi perhatian dengan cara yang dangkal dan berulang-ulang berisiko merusak. Paparan berlebihan terhadap konten semacam ini dapat menimbulkan dampak negatif jangka panjang.
Fenomena yang dikenal sebagai brain rot sering dikaitkan dengan konsumsi berlebihan konten yang trivial dan tidak menantang secara intelektual. Konten ini tidak merangsang pemikiran kritis atau imajinasi kreatif. Sebaliknya, ia mendorong konsumsi pasif yang dapat menurunkan kemampuan kognitif.
Paparan konstan terhadap AI slop dapat menurunkan rentang perhatian, mengganggu kemampuan untuk berkonsentrasi, dan meningkatkan kelelahan digital. Risiko ini menjadi lebih signifikan bagi audiens muda yang otaknya masih dalam tahap perkembangan, dilansir CNA.
7. Penurunan kualitas platform atau enshittification

Istilah enshittification merujuk pada proses di mana kualitas sebuah platform online menurun secara bertahap. Hal ini terjadi ketika prioritas platform bergeser dari memberikan pengalaman pengguna yang baik menjadi memaksimalkan keuntungan semata. AI slop bisa mempercepat proses degradasi ini.
Platform media sosial menjadi banjir dengan konten engagement bait yang tidak bernilai, seperti video aneh atau gambar yang memancing emosi. Konten semacam ini memang menghasilkan klik, tetapi secara perlahan mengasingkan pengguna yang mencari interaksi atau informasi bermakna. Akibatnya, banyak pengguna yang memilih mundur ke komunitas online yang lebih kecil dan terfragmentasi.
Selain merusak pengalaman pengguna, banjirnya konten berkualitas rendah ini juga meracuni data yang akan digunakan untuk melatih model AI di masa depan. Ini menciptakan lingkaran setan penurunan kualitas yang sulit dihentikan. Pada akhirnya, model AI yang dilatih dengan data sampah akan menghasilkan sampah yang lebih banyak lagi.
Ketujuh bahaya AI slop di internet ini menunjukkan bahwa konten tersebut adalah polusi digital yang mengancam internet. Oleh karena itu, kita sebagai pengguna internet harus bisa lebih bijak dalam menggunakan AI, baik dalam produksi maupun konsumsi konten.