Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Keluarkan Pengecualian Tarif Impor untuk HP hingga Laptop

Presiden Donald Trump menandatangani Perintah Eksekutif mengenai rencana tarif Pemerintah pada acara “Make America Wealthy Again”, Rabu, 2 April 2025 (flickr.com/The White House)

Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, kembali membuat langkah mengejutkan dalam kebijakan perdagangannya. Kali ini, pemerintahannya memberikan pengecualian dari tarif impor tinggi untuk sejumlah produk elektronik, seperti smartphone, komputer, dan laptop, yang sebagian besar diimpor dari China. Keputusan ini memberikan angin segar bagi perusahaan teknologi besar seperti Apple yang selama ini sangat bergantung pada rantai pasok luar negeri.

Mengutip Reuters, dalam pemberitahuan resmi yang dirilis Jumat malam (11/04/2025) oleh Badan Perlindungan Bea Cukai AS (U.S. Customs and Border Protection Agency), diumumkan bahwa terdapat 20 kategori produk yang dikecualikan dari tarif, termasuk kode HS 8471 yang mencakup komputer, laptop, drive disk, dan perangkat pengolahan data otomatis. Selain itu, produk seperti chip memori, semikonduktor, dan panel layar datar juga tercatat dalam daftar pengecualian. Untuk memahami lebih lanjut tentang kebijakan yang mengejutkan ini, berikut adalah informasi selengkapnya mengenai pengecualian tarif impor untuk produk teknologi.

1. Pengecualian tarif memberi nafas lega bagi raksasa teknologi dunia

Gedung 92 di kantor pusat Microsoft Corporation di Redmond, Washington, Amerika Serikat (commons.wikimedia.org/Coolcaesar)

Langkah pemerintahan Trump dalam memberikan pengecualian tarif terhadap sejumlah barang elektronik yang diimpor dari China menjadi angin segar bagi raksasa teknologi global, khususnya anggota The Magnificent Seven. The Magnificent Seven terdiri dari Apple, Microsoft, Nvidia, Amazon, Alphabet, Meta, dan Tesla. Saham gabungan dari The Magnificent Seven berhasil meraih lebih dari $1,5 triliun (sekitar Rp25.170 triliun, berdasarkan kurs Dolar pada 14 April 2025 sebesar Rp16.780 per USD, pukul 14.33 WIB) dalam nilai pasar.

Keputusan ini mencakup pengecualian untuk produk bernilai strategis seperti komputer, laptop, chip semikonduktor, dan panel layar datar. Bagi perusahaan-perusahaan tersebut, yang selama ini sangat bergantung pada rantai pasok global, kebijakan ini tidak hanya menurunkan tekanan biaya produksi, tetapi juga mengurangi potensi kenaikan harga produk di pasar domestik Amerika Serikat.

Apple menjadi salah satu perusahaan yang paling terdampak terkait kebijakan tarif yang diberlakukan Trump. Perusahaan ini sempat menghadapi risiko lonjakan harga yang drastis akibat pemberlakuan tarif tinggi. Analis memperkirakan harga iPhone bisa naik dari sekitar Rp26,8 juta menjadi sekitar Rp38,6 juta. Namun, berkat pengecualian tersebut, ancaman itu berhasil diminimalkan. Analis dari Wedbush Securities, Dan Ives menyebut keputusan ini sebagai “berita paling bullish akhir pekan ini”, menandakan bahwa sektor teknologi yang sempat dibayangi ketidakpastian kini bisa kembali bernapas lega. Selain memberikan kepastian bisnis, langkah ini juga menunjukkan bahwa pemerintah AS mulai menyadari dampak nyata tarif terhadap perusahaan domestik dan konsumen.

2. Langkah pengecualian tarif muncul di tengah memanasnya perang dagang AS–China

bendera nasional China (unsplash.com/engin akyurt)

Pengecualian tarif ini muncul di tengah memanasnya hubungan perdagangan antara Amerika Serikat dan China. Trump baru saja menaikkan tarif "timbal balik" atas produk China hingga mencapai 125 persen, bahkan mengisyaratkan akan meluncurkan investigasi keamanan nasional baru terhadap industri semikonduktor. Sebagai respons, China tidak tinggal diam. Negeri Tirai Bambu itu membalas dengan kenaikan tarif atas produk-produk Amerika hingga tingkat yang sama, memperburuk risiko eskalasi lebih lanjut dalam perang dagang yang sudah berlangsung bertahun-tahun.

Dalam konteks ini, pengecualian tarif dapat dibaca sebagai manuver strategis. Meskipun tidak dijelaskan secara eksplisit, langkah ini tampaknya bertujuan untuk mengurangi tekanan pada pasar domestik Amerika, meminimalkan dampak inflasi, dan menjaga stabilitas sektor teknologi yang merupakan tulang punggung perekonomian. Namun demikian, pesan politik tetap kuat. Amerika ingin menunjukkan ketegasan terhadap China, namun juga tidak siap menanggung seluruh konsekuensi ekonomi secara langsung.

3. Tarif dan pengecualian dalam bingkai nasionalisme ekonomi

Kebijakan tarif dan pengecualian dalam pemerintahan Trump tidak bisa dipisahkan dari narasi nasionalisme ekonomi yang kuat. Dalam kampanyenya, Trump berulang kali menekankan pentingnya "membawa kembali manufaktur ke tanah Amerika" dan mengkritik ketergantungan terhadap China, terutama untuk teknologi kritis seperti chip dan smartphone. Namun, realitas ekonomi global lebih kompleks dari sekadar klaim tersebut.

Melansir Reuters pada 13 April 2025, juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa Trump telah menegaskan bahwa AS tidak dapat bergantung pada China untuk memproduksi teknologi kritis seperti semikonduktor, chip, smartphone, dan laptop. Namun, dia juga mengatakan bahwa atas arahan Trump, perusahaan teknologi besar, termasuk Apple dan produsen chip Nvidia, serta Taiwan Semiconductor, "sedang berusaha untuk segera memindahkan manufaktur mereka ke Amerika Serikat."

Pernyataan Leavitt mencerminkan upaya Gedung Putih untuk menyeimbangkan visi ideologis dengan kebutuhan praktis. Di satu sisi, pemerintah ingin tampil sebagai pelindung industri dalam negeri dan penggerak reshoring. Namun di sisi lain, mereka tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa perusahaan-perusahaan teknologi AS masih sangat bergantung pada komponen dan produksi luar negeri. Dengan demikian, pengecualian tarif bukan hanya sekadar kelonggaran, tetapi juga pengakuan bahwa kemandirian teknologi tidak bisa tercapai dalam waktu singkat.

4. Respons China dan gejolak pasar global

ilustrasi pasar saham (unsplash.com/Nick Chong)

China menyambut langkah pengecualian tarif dari AS dengan pernyataan yang diplomatis namun tajam. Kementerian Perdagangan China menyebut pengecualian ini sebagai "langkah kecil untuk memperbaiki kesalahan besar" dan mendesak Amerika untuk mencabut semua tarif secara menyeluruh. Dalam pernyataannya, mereka mengutip peribahasa klasik yang berbunyi “Lonceng di leher harimau hanya bisa dilepas oleh orang yang mengikatkannya,” menegaskan bahwa solusi permanen hanya bisa datang dari pihak yang pertama kali memberlakukan tarif, yaitu Amerika Serikat.

Dampak dari konflik tarif ini meluas ke pasar global. Harga emas melonjak ke rekor tertinggi sebagai respons terhadap ketidakpastian ekonomi, sementara imbal hasil obligasi pemerintah AS juga mencatatkan lonjakan signifikan, menandakan penurunan kepercayaan investor. Pasar saham AS sempat pulih di akhir pekan, namun gejolak tetap terasa dengan anjloknya nilai dolar. Ketegangan ini menunjukkan bahwa perang dagang bukan sekadar perdebatan kebijakan, melainkan isu sistemik yang dapat memengaruhi arsitektur ekonomi global dalam jangka panjang.

Pengecualian tarif ini menjadi penyeimbang di tengah perang dagang yang semakin memanas. Bagi industri teknologi, kebijakan ini dinilai sebagai jeda penting untuk menjaga stabilitas rantai pasokan global, menekan lonjakan harga konsumen, dan memberi ruang bagi perusahaan untuk merestrukturisasi strategi manufaktur serta logistik mereka. Tanpa jeda ini, banyak perusahaan diprediksi akan menghadapi tekanan berat dari lonjakan biaya produksi dan ketidakpastian pasar yang berlarut-larut.

Namun, membaca retorika Trump yang masih menekankan tarif sebagai alat tawar-menawar utama dalam diplomasi dagang, serta dorongan kuat untuk mengembalikan manufaktur ke dalam negeri, babak baru dari perseteruan dagang AS-China tampaknya masih jauh dari kata akhir. Justru, kemungkinan munculnya kebijakan baru, seperti investigasi keamanan nasional terhadap industri semikonduktor bisa kembali mengguncang relasi dagang kedua negara dan menciptakan ketidakpastian baru di tengah upaya pemulihan global pasca-pandemi dan transformasi digital yang semakin cepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Kidung Swara Mardika
EditorKidung Swara Mardika
Follow Us