Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Perbedaan Gunung Berapi Aktif dan Gunung Berapi Nonaktif, Ini Penjelasannya!

potret gunung api aktif (Gunung Merapi) (pixabay.com/ArtTower)
potret gunung api aktif (Gunung Merapi) (pixabay.com/ArtTower)

Kalau mendengar kata gunung berapi, mungkin yang terbayang adalah letusan dahsyat dengan lava pijar yang mengalir. Namun, tidak semua gunung memiliki aktivitas vulkanik seperti itu. Ada juga gunung nonaktif yang sudah lama tidak menunjukkan tanda-tanda geologi berbahaya.

Bagi pencinta alam atau siapa pun yang tertarik dengan dunia geografi, penting untuk memahami perbedaan keduanya. Gunung berapi aktif dan gunung berapi nonaktif ternyata memiliki karakteristik yang berbeda dari segi bentuk, aktivitas, maupun pengaruh terhadap lingkungan sekitar. Yuk, simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

1. Aktivitas vulkanik yang masih terjadi atau tidak

potret gunung api nonaktif (Gunung Arjuno) (commons.wikimedia.org/Hammam Aulia)
potret gunung api nonaktif (Gunung Arjuno) (commons.wikimedia.org/Hammam Aulia)

Gunung berapi aktif adalah gunung yang masih memiliki aktivitas vulkanik, seperti mengeluarkan asap, gas belerang, atau bahkan lava. Aktivitas ini biasanya menjadi tanda bahwa magma di dalam perut bumi masih aktif bergerak. Tidak heran, status gunung berapi sering dipantau oleh lembaga geologi.

Sedangkan gunung berapi nonaktif tidak lagi menunjukkan aktivitas vulkanik sama sekali. Magma di dalam perut buminya sudah membeku atau tidak memiliki tekanan yang cukup untuk keluar ke permukaan. Oleh karena itu, gunung jenis ini relatif lebih aman dari risiko letusan.

2. Bentuk fisik dan kondisi lereng

potret gunung api aktif (Gunung Semeru) (pixabay.com/astama81)
potret gunung api aktif (Gunung Semeru) (pixabay.com/astama81)

Gunung berapi aktif biasanya memiliki bentuk kerucut yang jelas dengan kawah di bagian puncaknya. Lerengnya bisa terjal akibat endapan lava dan material vulkanik yang terus menumpuk. Hal ini membuat gunung berapi sering terlihat lebih gagah dan kokoh.

Gunung berapi nonaktif umumnya lebih landai karena tidak lagi menerima suplai material vulkanik baru. Bentuknya bisa berubah akibat erosi air, angin, dan waktu yang panjang. Seiring berjalannya waktu, gunung nonaktif bisa terlihat mirip perbukitan biasa.

3. Pengaruh terhadap lingkungan sekitar

potret gunung api nonaktif (Gunung Batok) (commons.wikimedia.org/Farhanathaya)
potret gunung api nonaktif (Gunung Batok) (commons.wikimedia.org/Farhanathaya)

Gunung berapi aktif sering kali memberikan dampak langsung pada lingkungan sekitarnya. Saat erupsi, ia bisa menimbulkan bencana seperti aliran lava, abu vulkanik, dan lahar dingin. Namun di sisi lain, abu vulkanik juga menyuburkan tanah sehingga cocok untuk pertanian.

Gunung berapi nonaktif tidak lagi memberikan pengaruh besar secara geologi. Lingkungan di sekitarnya lebih stabil dan aman dari ancaman letusan. Tidak jarang gunung berapi nonaktif dijadikan tempat wisata alam karena relatif lebih aman untuk didaki.

4. Suhu dan aktivitas panas bumi

potret gunung api aktif (Gunung Etna) (pixabay.com/hhach)
potret gunung api aktif (Gunung Etna) (pixabay.com/hhach)

Gunung berapi aktif masih memiliki potensi panas bumi yang tinggi. Banyak ditemukan sumber air panas, belerang, dan geiser di sekitar area gunung berapi aktif. Hal ini menunjukkan energi panas dari dalam bumi masih sangat kuat.

Sebaliknya, gunung berapi nonaktif tidak lagi memiliki potensi panas bumi yang signifikan. Sumber panas alami jarang ditemui, bahkan bisa dibilang hampir tidak ada. Oleh karena itu, kawasan gunung berapi nonaktif lebih tenang dan tidak terlalu dipengaruhi aktivitas geologi.

5. Tingkat risiko dan pengawasan

potret gunung api nonaktif (Gunung Argapura) (commons.wikimedia.org/Snd estrada)
potret gunung api nonaktif (Gunung Argapura) (commons.wikimedia.org/Snd estrada)

Gunung berapi aktif termasuk kategori gunung yang memiliki tingkat risiko tinggi. Lembaga pemantau gunung api biasanya memasang alat-alat seismograf untuk memantau setiap perubahan aktivitas. Hal ini dilakukan agar masyarakat sekitar bisa lebih waspada jika terjadi peningkatan aktivitas.

Gunung berapi nonaktif cenderung tidak memerlukan pemantauan intensif. Risiko geologinya sangat kecil sehingga masyarakat lebih fokus memanfaatkan kawasan tersebut untuk pertanian atau pariwisata. Justru gunung berapi nonaktif sering dijadikan tujuan pendakian pemula karena relatif aman.

Melihat perbedaan antara gunung berapi aktif dan gunung berapi nonaktif sangat menarik, bukan? Dunia geologi ternyata menyimpan banyak hal seru yang bisa kita pelajari lebih dalam.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us

Latest in Travel

See More

4 Cara Membaca Alam di Jalur Pendakian agar Tidak Mudah Tersesat

14 Sep 2025, 21:42 WIBTravel