Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Banyak Gunung Tertutup Awan? Ini Penjelasannya!

ilustrasi gunung tertutup awan
ilustrasi gunung tertutup awan (pexels.com/Pixabay)
Intinya sih...
  • Gunung memaksa udara panas naik dan membuat embun menjadi awan
  • Kelembapan tinggi mempercepat pembentukan awan
  • Suhu turun drastis di ketinggian menjadi pemicu udara berubah menjadi awan
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Gunung sering terlihat tertutup awan, seolah menyembunyikan puncaknya dari pandangan. Fenomena ini berkaitan erat dengan kondisi atmosfer dan karakteristik fisik gunung itu sendiri. Fakta gunung menunjukkan bahwa ketinggian memengaruhi tekanan udara hingga kelembapan di sekitarnya. Saat udara lembap naik ke ketinggian, maka ia mendingin sehingga uap air mengembun lalu menjadi awan.

Akibatnya, banyak gunung tinggi tampak seolah selalu diselimuti kabut. Fenomena ini bukan sekadar pemandangan indah, tetapi bagian dari proses ilmiah yang dapat diukur dan dijelaskan secara nyata. Pemahaman ini membantu kita menghargai interaksi alam dengan cara yang lebih akurat. Berikut adalah penjelasan ilmiah tentang kenapa banyak gunung tertutup awan.

1. Gunung memaksa udara panas naik dan membuat embun menjadi awan

ilustrasi gunung tertutup awan
ilustrasi gunung tertutup awan (pexels.com/Denis Ba)

Ketika udara panas bergerak dari permukaan bumi menuju gunung, topografi memaksa udara tersebut naik ke atas. Kenaikan ini menyebabkan tekanan udara turun dan udara mengembang, sehingga suhunya menurun seiring ketinggian. Penurunan suhu yang cepat ini berperan penting dalam proses kondensasi uap air menjadi awan.

Pada titik tertentu, suhu udara mencapai titik embun, dan uap air mulai mengembun menjadi tetesan awan yang terlihat menutupi puncak. Fenomena ini dikenal sebagai efek orografik, di mana interaksi antara udara dan permukaan gunung menghasilkan pembentukan awan. Kondisi ini terjadi secara terus-menerus di gunung tinggi sehingga itulah mengapa puncaknya hampir selalu diselimuti awan. Proses ini menjadi salah satu alasan utama banyak gunung terlihat berkabut.

2. Kelembapan tinggi mempercepat pembentukan awan

ilustrasi gunung tertutup awan
ilustrasi gunung tertutup awan (pexels.com/Denis Ba)

Gunung yang berada di daerah tropis atau dekat badan air biasanya memiliki kelembapan tinggi. Udara lembap cenderung akan mendingin lebih cepat begitu saat naik ke ketinggian, sehingga kondensasi uap air terjadi lebih mudah. Fenomena ini membuat pembentukan awan lebih cepat di puncak gunung dibanding di dataran rendah.

Saat udara lembap bersentuhan dengan permukaan gunung, maka uap air mengembun menjadi awan tipis atau bahkan kabut. Hal ini menjelaskan mengapa gunung tropis hampir selalu terlihat diselimuti awan. Puncak yang lebih tinggi memiliki peluang lebih besar untuk tertutup awan. Kondisi ini juga memengaruhi curah hujan lokal dan iklim mikro di sekitar gunung, sehingga menjadi bagian penting dari ekosistem.

3. Suhu turun drastis di ketinggian menjadi pemicu udara berubah menjadi awan

ilustrasi gunung tertutup awan
ilustrasi gunung tertutup awan (pexels.com/Marco Milanesi)

Suhu udara cenderung menurun seiring peningkatan ketinggian, sekitar 0,6–1 derajat Celcius setiap 100 meter. Penurunan ini membuat uap air di udara lebih cepat mengembun menjadi awan. Puncak gunung, bahkan saat udara di lembah relatif kering, dapat tertutup awan karena perbedaan suhu yang signifikan.

Proses ini akan memunculkan fenomena kabut pagi hari yang sering terlihat menutupi gunung. Selain itu, kondisi suhu yang berbeda juga memengaruhi terbentuknya iklim mikro yang unik di tiap gunung. Keberadaan awan ini bukan hanya visual, tetapi bagian dari interaksi fisik yang nyata antara gunung dan atmosfer sekitarnya. Pemahaman tentang hal ini membantu menjelaskan variasi cuaca yang terjadi di daerah pegunungan.

4. Arah angin mempengaruhi intensitas awan

ilustrasi gunung tertutup awan
ilustrasi gunung tertutup awan (pexels.com/Tayyab Khan)

Angin membawa udara lembap dari laut atau lembah kemudian naik menuju gunung, sehingga mempercepat proses kondensasi uap air menjadi awan. Kecepatan dan arah angin menentukan seberapa tebal atau tipis awan yang terbentuk di puncak. Angin kering atau berubah arah dapat membuat awan berkurang atau hilang sementara.

Interaksi angin dengan topografi dan kelembapan merupakan faktor utama pembentukan awan. Angin yang konsisten membawa udara lembap menghasilkan kabut atau awan yang lebih stabil di puncak. Fenomena ini memengaruhi visual gunung serta pola hujan lokal. Memahami arah angin menjadi penting untuk memperkirakan kondisi awan di pegunungan.

5. Perbedaan suhu malam dan siang memengaruhi awan

ilustrasi gunung tertutup awan
ilustrasi gunung tertutup awan (pexels.com/Filipp Romanovski)

Perbedaan suhu antara malam dan siang hari dapat memicu kondensasi lokal di sekitar puncak gunung. Saat malam, udara di ketinggian mendingin lebih cepat daripada udara di lembah, sehingga uap air mengembun menjadi kabut tipis. Fenomena ini menyebabkan gunung terlihat berkabut di pagi hari.

Seiring terbitnya matahari, suhu meningkat dan beberapa awan tipis menghilang. Namun, kondisi ini tetap memunculkan awan di puncak karena adanya perbedaan kelembapan dan suhu lokal. Fenomena ini terjadi secara alami dan berulang setiap hari. Akibatnya, gunung tampak tertutup awan pada waktu tertentu dan lebih cerah di siang hari, membentuk siklus alami yang konsisten.

Fenomena awan di gunung menunjukkan interaksi nyata antara topografi, kelembapan, suhu, dan angin. Kondisi ini menjelaskan fakta gunung secara ilmiah tanpa sekadar keindahan visual. Memahami mekanisme ini memberi perspektif lebih akurat tentang alam dan cuaca di daerah pegunungan.

Referensi:

"Is it fog or a cloud?" KSL. Diakses pada September 2025.

"Mountain Weather." Metlink. Diakses pada September 2025.

"Clouds Form in Mountains." UCAR Center for Science Education. Diakses pada September 2025.

"Observation of Clouds – Mountain Stations." World Meteorological Organization (WMO) Cloud Atlas. Diakses pada September 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Ernia Karina
EditorErnia Karina
Follow Us

Latest in Science

See More

Rumus Perpindahan: Pengertian hingga Contoh Soal Perpindahan

10 Sep 2025, 11:00 WIBScience