Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Destinasi Wisata di Kampung Peneleh Surabaya yang Wajib Dikunjungi

Potret Museum H.O.S Tjokroaminoto di Kampung Peneleh, Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Warga Surabaya dan sekitarnya pasti tidak asing lagi dengan Kampung Peneleh. Tempat ini dikenal sebagai "kampung pejuang" dan memiliki banyak tempat bersejarah. Bung Karno, Bapak Proklamator sekaligus presiden pertama Republik Indonesia, lahir di kampung ini. Soekarno juga menimba ilmu dan tinggal di rumah H.O.S Tjokroaminoto yang berlokasi tak jauh dari rumah kelahirannya.

Kampung Peneleh pun sering dikunjungi wisatawan lokal maupun internasional untuk napak tilas perjuangan Bung Karno. Selain itu, terdapat pula beberapa tempat bersejarah di Kampung Peneleh yang tidak boleh dilewatkan begitu saja ketika berkunjung ke Surabaya. Di mana saja itu? Simak ulasannya di bawah ini, yuk!

1. Masjid Jami Peneleh

Potret Masjid Jami Peneleh (IDN Times/Vanny El Rahman)

Destinasi bersejarah di Kampung Peneleh yang pertama adalah Masjid Jami Peneleh. Menurut informasi yang tertera di bagian samping masjid, bangunan ini dibangun oleh Raden Rahmat atau yang lebih populer disebut Sunan Ampel pada tahun 1421 Masehi.

Sekilas, Masjid Jami Peneleh ini mirip seperti masjid pada umumnya yang dikelilingi pemukiman warga dan digunakan untuk ibadah sehari-hari. Hal yang membuat masjid ini istimewa adalah nilai sejarahnya. Pada masa penjajahan Belanda, para pejuang menggunakan masjid ini sebagai tempat ibadah sekaligus menyusun strategi atau pergerakan melawan penjajah.

Hal unik lain dari Masjid Peneleh adalah arsitekturnya unik. Di bagian langit-langitnya, ada tulisan nama empat khalifah sekaligus sahabat Nabi Muhammad SAW. Masjid juga dikelilingi 25 ventilasi dan lima daun jendela yang bertuliskan nama 25 nabi dan rasul dalam aksara Arab.

Alamat: Jalan Peneleh V Nomor 41, Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya.

Jam operasional: 24 jam.

Harga tiket masuk: gratis.

2. Museum H.O.S Tjokroaminoto

Potret Museum H.O.S Tjokroaminoto di Kampung Peneleh, Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

H.O.S (Hadji Oemar Said) Tjokroaminoto merupakan salah satu Pahlawan Nasional yang memiliki banyak kontribusi dalam perjuangan kemerdekaan. Ia pun dijuluki sebagai Guru Bangsa, karena banyak tokoh-tokoh politik dan pergerakan kemerdekaan yang berguru sekaligus "ngekos" di rumahnya. Di antaranya seperti Soekarno, Kartosoewirjo, Musso, hingga Tan Malaka.

Rumah H.O.S Tjokroaminoto kini beralih fungsi menjadi museum. Di dalamnya terdapat foto sekaligus tulisan tentang perjuangannya saat bergabung dengan Sarekat Dagang Islam yang kemudian menjadi Sarekat Islam, serta pemikirannya yang sangat visioner. 

Alamat: Jalan Peneleh Gang VII Nomor 29-31, Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari Selasa-Minggu pukul 08.00-15.00 WIB.

Harga tiket masuk: Rp5.000 per orang.

3. Rumah Lahir Bung Karno

Potret Rumah Kelahiran Bung Karno di Kampung Peneleh, Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Banyak yang mengira Bung Karno lahir di Blitar, karena lokasi makamnya berada di sana. Sebenarnya, Soekarno lahir di Surabaya, tepatnya di Jalan Pandean Gang IV, Kelurahan Peneleh, pada 6 Juni 2024.

Rumah sederhana tersebut disewa ayah Bung Karno, yakni Raden Soekemi Sosrodihardjo, saat dipindahtugaskan dari Singaraja ke Surabaya sebagai guru Sekolah Rakyat Sulung Surabaya pada 1900.

Di dalam Rumah Lahir Bung Karno tersebut, ada beberapa tulisan tentang perjuangan Bung Karno, dua ruang tidur, ruang tamu, dan toilet. Pengunjung juga bisa duduk di salah satu ruangannya untuk menyaksikan audiovisual tentang perjalanan hidup Sang Proklamator. 

Alamat: Jalan Pandean Gang IV Nomor 40, Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya. 

Jam operasional: setiap hari Selasa-Minggu pukul 08.00-15.00 WIB.

Harga tiket masuk: gratis.

4. Langgar Dukur Kayu

Potret Langgar Dukur Kayu di Kampung Peneleh, Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Langgar Dukur Kayu merupakan tempat ibadah yang dulu pernah digunakan Bung Karno untuk belajar mengaji saat masih kecil. Dalam Bahasa Jawa, langgar berarti musala.

Tempat ini dibangun pada Januari 1893. Terdiri dari dua lantai, dindingnya terbuat dari kayu jati yang terlihat masih sangat kokoh hingga saat ini.

Bagian luar mimbarnya disusun dari potongan kayu, sehingga menyerupai sisik ikan. Di bagian atap musalanya, terdapat tombak sepanjang dua meter. Ada pula Alquran kuno bersampul kulit hewan dan bertuliskan tangan. Setiap lembarannya diberi logo pemerintah Belanda.

Alamat: Jalan Lawang Seketeng VI (Gang Ponten), Keluarahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari saat waktu salat.

Harga tiket masuk: gratis.

5. Sumur Jobong

Potret Sumur Jobong di Kampung Peneleh, Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Saat ke Kampung Peneleh, jangan heran kalau kamu menemukan sebuah sumur di tengah jalan atau gang kecil yang dikelilingi rumah warga. Sumur ini ditemukan pada 2018 dalam kondisi tertutup limbah dan tanah.

Setelah diteliti Tim Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) dari Trowulan-Jatim, sumur tersebut memiliki fragmen mirip dengan sumur-sumur era Kerajaan Majapahit dan diperkirakan sudah berusia ratusan tahun. 

Masyakarat setempat menyebutnya sebagai Sumur Jobong. Diperkirakan sumur tersebut dulunya digunakan untuk kebutuhan rumah tangga sehari-hari, ritual keagamaan, dan kebutuhan pertanian dalam skala kecil. Saat ini, sumur ditutup dengan pintu besi dan bisa dibuka untuk wisatawan atas izin pengelola. 

Alamat: Jalan Pandean Gang I, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya.

Jam operasional: 24 jam.

Harga tiket masuk: gratis.

6. Makam Eropa Peneleh

Potret Makam Eropa Peneleh di Kampung Peneleh, Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Makam Eropa Peneleh merupakan sebuah kompleks pemakaman seluas 5,5 hektare dan menampung sekitar 15 ribu jenazah orang-orang Eropa, khususnya Belanda. Nama resmi dari makam ini adalah De Begraafplaats Peneleh Soerabaja.

Menurut catatan sejarah yang ada di gerbang masuk makam, Makam Peneleh dibuka pada 1 Desember 1847 oleh Dr. W. R. van Hoëvell untuk menggantikan Makam Krembangan yang sudah penuh. Lokasi makam di Peneleh ini dianggap cocok, karena berada di tepi sungai. Pada masa itu, angkutan pemakaman umumnya menggunakan transportasi air dan melalui sungai.

Ada banyak beberapa pejabat dan tokoh penting di era Pemerintahan Kolonial Belanda yang dimakamkan di sini. Di antaranya seperti Merkus Pieter (Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-47), Van de Tuuk (ahli linguistik dan bahasa Nusantara), Pierre Jean Baptiste de Perez (Wakil Direktur Mahkamah Agung Hindia Belanda), dan Daniel Francois Willem Pietermaat (Residen Surabaya).

Alamat: Jalan Makam Peneleh Nomor 35A, Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya

Jam operasional: setiap hari pukul 09.00-17.00 WIB.

Harga tiket masuk: gratis.

7. Lodji Besar

Potret Lodji Besar di Kampung Peneleh, Surabaya (IDN Times/Fasrinisyah Suryaningtyas)

Setelah puas jalan-jalan menjelajahi Kampung Peneleh, kamu bisa istirahat sekaligus ngadem di Lodji Besar. Kafe ini berlokasi tepat di seberang Kampung Eropa Peneleh dan juga tidak jauh dari Sumur Jobong.

Bangunan kafe ini rupanya sudah berdiri sejak 1907. Suasana klasik era Belanda langsung terlihat saat memasukinya. Terdapat beragam hiasan dan ornamen jadul, seperti poster iklan, radio kuno, peta Surabaya tahun 1940-an, dan mesin tik. 

Makanan dan minuman yang disajikan di Lodji Besar ini pun beragam. Mulai dari Mulai dari es kopi susu, cappucino, thai tea, kentang goreng, pastel, lumpia, pisang keju, kulit krispi, ayam gulai, ayam goreng, dan masih banyak lagi lainnya.

Alamat: Jalan Makam Peneleh Nomor 46, Peneleh, Kecamatan Genteng, Surabaya.

Jam operasional: setiap hari pukul 10.00-24.00 WIB.

Harga makanan dan minuman: mulai dari Rp7.000.

Infografis destinasi wisata di Kampung Peneleh Surabaya (IDN Times/Sukma Mardya Shakti)

Nah, itu dia destinasi wisata di Kampung Peneleh yang wajib masuk ke bucket list liburanmu saat ke Surabaya. Kamu bisa wisata sejarah dan mengenang perjuangan para pahlawan di sini. Selamat berlibur, ya!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Fasrinisyah Suryaningtyas
Dewi Suci Rahayu
Fasrinisyah Suryaningtyas
EditorFasrinisyah Suryaningtyas
Follow Us