Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

4 Alasan Jalur Turun Gunung Lebih Bahaya dari Jalur Naik

ilustrasi pendaki (pexels.com/Maël BALLAND)
ilustrasi pendaki (pexels.com/Maël BALLAND)

Banyak pendaki yang mungkin merasa bahwa tantangan utama dari pendakian tersebut adalah ketika menapaki jalur menanjak karena terasa sangat melelahkan. Namun, kenyataannya fase turun gunung justru jauh lebih berbahaya dan memiliki risiko yang jarang disadari oleh banyak pendaki lainnya.

Turun gunung memerlukan kewaspadaan ekstra karena kondisi tubuh sudah lelah dan medan pun bisa jadi lebih licin atau curam jika dibandingkan pada saat mendaki. Kesalahan kecil saja dalam teknik, menjaga fokus, dan persiapan justru bisa berujung pada cedera, bahkan kecelakaan fatal apabila sampai tidak berhati-hati. Oleh sebab itu, pahami pula beberapa alasan lain yang menunjukkan bahwa jalur turun gunung dianggap lebih berbahaya daripada jalur naik.

1. Beban tekanan lebih berat di lutut dan kaki

ilustrasi pendaki (pexels.com/Eric Sanman)
ilustrasi pendaki (pexels.com/Eric Sanman)

Pada saat menuruni gunung, gaya gravitasi ternyata rentan membuat tubuh terdorong ke bawah dan hal ini dapat memberikan tekanan ekstra pada bagian lutut, serta pergelangan kaki. Ini juga dapat membuat kondisi sendi jadi harus bekerja dengan lebih keras dan lebih rentan mengalami cidera, khususnya apabila posisi kaki salah mendarat pada saat menapaki jalur.

Jika dibandingkan ketika mendaki, tekanan pada bagian tubuh bawah ketika menurun justru akan meningkat hingga dua kali lipat karena menahan beban tubuh sambil terus berusaha menjaga keseimbangan yang ada. Hal ini juga dapat menjadi pemicu dari kelelahan yang terasa lebih cepat, sehingga refleks bisa saja menurun tanpa disadari oleh pendaki tersebut.

2. Medan yang bertambah licin dan sulit diprediksi

ilustrasi pendaki (pexels.com/Syed Qaarif Andrabi)
ilustrasi pendaki (pexels.com/Syed Qaarif Andrabi)

Permukaan tanah pada saat menurun biasanya akan cenderung lebih licin, terutama jika basah oleh embun, hujan, atau tertutup lumut hingga kerikil kecil. Jalur seperti ini memang dapat menimbulkan kaki rentan terpeleset karena titik tumpuan tidak sekuat pada saat mendaki.

Selain itu, sudut kemiringan pada saat menuruni bukit juga akan membuat pendaki sulit dalam melihat kontur tanah secara lebih detail. Akibat dari hal ini akan membuat banyak pendaki jadi rentan kehilangan pijakan atau bahkan salah langkah, sehingga dapat mengakibatkan jatuh terguling atau bahkan terperosok ke dalam jurang yang dalam.

3. Fokus menurun akibat kelelahan

ilustrasi pendaki (pexels.com/Yogendra Singh)
ilustrasi pendaki (pexels.com/Yogendra Singh)

Setelah mencapai puncak ternyata banyak pendaki yang cenderung mengendurkan fokus karena memang merasa bahwa misi utamanya sudah selesai. Padahal fase turun justru memerlukan konsentrasi yang lebih tinggi karena risiko jatuh dan juga cidera jauh lebih besar, sehingga tidak bisa disepelekan.

Kelelahan fisik setelah pendakian panjang akan memengaruhi kecepatan berpikir dan ketepatan pada saat bergerak. Jika otot sudah merasa lelah dan pikiran pun tidak fokus, maka kesalahan kecil saja bisa mengakibatkan risiko yang fatal di jalur licin ataupun curam, sehingga hal inilah yang dapat membahayakan keselamatan pendaki saat turun.

4. Kecepatan turun yang lebih sulit dikendalikan

ilustrasi pendaki (pexels.com/urtimud.89)
ilustrasi pendaki (pexels.com/urtimud.89)

Secara alami pada saat berjalan turun, maka tubuh akan otomatis terdorong untuk melaju lebih cepat dikarenakan efek gravitasi yang ada. Jika hal ini tidak diimbangi dengan teknik menuruni yang benar, maka gerakan bisa saja tidak terkontrol dan hal ini akan membahayakan diri sendiri atau bahkan rekan pendaki lain yang ada di belakang.

Ada banyak pendaki yang terlalu terburu-buru pada saat turun, entah itu karena ingin cepat sampai di basecamp atau memang karena merasa jalurnya lebih mudah. Padahal kecepatan yang tidak dikendalikan justru akan semakin memperbesar potensi tergelincir, jatuh, atau bahkan menabrak batu hingga akar pohon, sehingga inilah yang sangat berbahaya.

Meski mungkin terdengar sepele, namun nyatanya jalur turun gunung menyimpan risiko yang lebih besar dibandingkan pada saat mendaki. Banyak kecelakaan yang terjadi justru di fase turun karena memang diakibatkan karena kelalaian, kelelahan, dan ketidaksiapan. Ingatlah bahwa keselamatan bukan hanya soal mencapai puncak, namun juga bagaimana kamu bisa kembali dengan selamat ke bawah!

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Febrianti Diah Kusumaningrum
EditorFebrianti Diah Kusumaningrum
Follow Us

Latest in Travel

See More

5 Fitur Aplikasi All Indonesia yang Wajib Diketahui Penumpang

04 Sep 2025, 10:13 WIBTravel