7 Kesalahan Traveling ke Jepang yang Sering Dilakukan Pemula, Hindari!

Jepang adalah destinasi impian banyak traveler dengan budaya, kuliner, dan pemandangan yang memikat. Jika berkunjung ke sini, ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan agar perjalananmu tetap nyaman dan berkesan. Banyak pemula sering melakukan kesalahan kecil yang bisa mengganggu pengalaman traveling mereka.
Dengan memahami aturan dan budaya lokal, kamu bisa terhindar dari momen canggung atau repot yang tidak perlu. Mulai dari urusan transportasi hingga etika sehari-hari, semua detail ini sangat memengaruhi kelancaran perjalanan. Yuk, simak tujuh kesalahan traveling ke Jepang yang sering dilakukan pemula dan sebaiknya kamu hindari.
1. Tidak membawa uang tunai

Meski Jepang dikenal sebagai negara maju, sistem pembayaran non-tunai belum sepenuhnya merata. Banyak toko kecil, restoran tradisional, dan kuil hanya menerima uang tunai. Traveler pemula sering kali bergantung pada kartu debit atau kredit dan baru sadar saat transaksi ditolak. Hal ini tentu bisa membuat situasi tidak nyaman, terutama di daerah yang jauh dari pusat kota.
Untuk menghindarinya, pastikan kamu membawa uang tunai dalam jumlah yang cukup sejak awal. ATM internasional bisa ditemukan dengan mudah di minimarket seperti 7-Eleven, FamilyMart, atau Lawson. Biasakan menukar uang sebelum berangkat atau sesampainya di bandara agar tidak repot. Dengan uang tunai di tangan, kamu bisa lebih leluasa menikmati pengalaman lokal tanpa khawatir kesulitan membayar.
2. Salah menggunakan transportasi umum

Sistem transportasi di Jepang terkenal efisien, tapi bisa terasa rumit bagi pendatang baru. Jalur kereta dan subway saling terhubung, namun memiliki sistem tiket berbeda di tiap operator. Banyak pemula yang tidak membeli kartu transportasi elektronik seperti Suica atau Pasmo, sehingga harus repot membeli tiket setiap kali naik kereta. Kesalahan lainnya adalah membeli JR Pass tanpa menyesuaikan kebutuhan rute perjalanan.
Sebelum berangkat, luangkan waktu untuk mempelajari peta transportasi dan jenis tiket yang paling sesuai dengan itinerary kamu. Gunakan aplikasi seperti Google Maps atau Hyperdia yang dapat membantu menentukan rute tercepat dan paling hemat. Dengan perencanaan yang baik, kamu bisa menghemat waktu sekaligus uang transportasi. Selain itu, kamu akan lebih percaya diri saat berpindah dari satu kota ke kota lain.
3. Berbicara terlalu keras di kereta

Salah satu hal yang sering mengejutkan wisatawan asing adalah betapa tenangnya suasana di dalam kereta Jepang. Orang-orang jarang berbicara keras, bahkan sebagian besar memilih untuk diam atau membaca. Traveler pemula sering kali lupa menjaga volume suara dan dianggap tidak sopan oleh penumpang lain. Padahal, menjaga ketenangan adalah bentuk penghormatan terhadap kenyamanan bersama.
Jika kamu bepergian bersama teman, usahakan berbicara pelan dan hindari menjawab panggilan telepon saat di dalam kereta. Masyarakat Jepang menganggap penggunaan ponsel di ruang publik seperti itu sebagai perilaku yang mengganggu. Kamu bisa menunggu hingga turun dari kereta untuk menelepon atau membalas pesan. Dengan sikap ini, kamu menunjukkan rasa hormat dan akan lebih diterima oleh penduduk setempat.
4. Salah etika makan

Budaya makan di Jepang memiliki banyak aturan yang perlu diperhatikan. Salah satu kesalahan paling umum adalah menusukkan sumpit secara tegak di atas nasi yang dianggap tidak sopan karena menyerupai upacara kematian. Begitu pula berpindah makanan dari satu sumpit ke sumpit lain juga tabu dilakukan. Traveler yang memahami hal ini akan terlihat lebih menghormati budaya lokal.
Untuk menunjukkan etika yang baik, letakkan sumpit di penyangga (hashioki) saat tidak digunakan. Hindari juga bermain-main dengan sumpit atau mengarahkan ujungnya ke orang lain. Bila kamu ragu, perhatikan cara orang Jepang makan di sekitar kamu. Hal-hal kecil seperti ini menunjukkan kepedulian dan membantu kamu lebih diterima di lingkungan baru.
5. Tidak melepas sepatu di tempat tertentu

Kebiasaan melepas sepatu di Jepang adalah bagian penting dari budaya sopan santun dan kebersihan. Banyak rumah, penginapan tradisional (ryokan), dan restoran meminta tamu untuk melepas sepatu sebelum masuk. Traveler pemula sering kali tidak menyadari hal ini dan langsung melangkah masuk, yang bisa dianggap tidak sopan. Biasanya, tempat seperti ini menyediakan rak sepatu dan sandal dalam ruangan.
Perhatikan tanda di pintu masuk atau amati apa yang dilakukan pengunjung lain. Jika orang lain melepas sepatu, sebaiknya kamu lakukan hal yang sama. Melepas sepatu juga membuat lantai tetap bersih, terutama di tempat yang menggunakan tatami. Dengan mengikuti kebiasaan sederhana ini, kamu menunjukkan sikap hormat terhadap pemilik tempat dan nilai-nilai kebersihan masyarakat Jepang.
6. Meremehkan waktu tempuh

Banyak wisatawan pemula terlalu bersemangat menyusun itinerary yang padat tanpa memperhitungkan jarak dan waktu tempuh antar destinasi. Padahal, meskipun transportasi Jepang sangat cepat, jarak antar kota bisa memakan waktu lebih lama dari perkiraan. Akibatnya, perjalanan terasa terburu-buru dan tidak sempat menikmati suasana di setiap tempat. Hal ini sering membuat tubuh lelah dan pengalaman liburan jadi kurang menyenangkan.
Buatlah rencana perjalanan yang realistis dan seimbang antara eksplorasi dan waktu istirahat. Fokus pada dua atau tiga destinasi utama dalam sehari agar kamu bisa menikmati setiap lokasi dengan santai. Pertimbangkan juga waktu makan dan perpindahan moda transportasi agar jadwal tidak berantakan. Dengan cara ini, kamu bisa merasakan liburan yang lebih tenang dan penuh kenangan.
7. Tidak mempelajari frasa dasar bahasa Jepang

Meskipun Jepang adalah negara modern, kemampuan berbahasa Inggris warganya bervariasi tergantung daerah. Di kota besar seperti Tokyo atau Osaka mungkin lebih mudah, tetapi di kota kecil banyak orang yang hanya berbicara bahasa Jepang. Traveler yang tidak tahu frasa dasar sering kali kesulitan bertanya arah atau memesan makanan. Situasi ini bisa membuat komunikasi jadi canggung dan memakan waktu.
Belajar beberapa kata sederhana bisa sangat membantu dan membuat warga lokal lebih ramah terhadapmu. Frasa seperti “Arigatou” (terima kasih), “Sumimasen” (permisi), dan “Eki wa doko desu ka?” (di mana stasiun?) adalah contoh yang berguna. Mengucapkannya dengan senyum akan menunjukkan usahamu untuk menghargai mereka. Selain mempermudah komunikasi, hal ini juga menambah kesan hangat selama perjalananmu.
Liburan ke Jepang akan lebih menyenangkan jika kamu paham aturan dan budaya lokal. Menghindari kesalahan kecil bisa membuat perjalanan lebih lancar. Dengan persiapan tepat, pengalaman di Negeri Sakura akan jadi momen tak terlupakan.

















