Kenapa Tidak Boleh Asal Kasih Tip di Jepang?

- Memberi tip dianggap merendahkan profesionalisme pekerja.
- Sistem pelayanan di Jepang sudah termasuk dalam harga.
- Pelayanan dianggap bagian dari etika dan kehormatan.
Ketika liburan ke luar negeri, memberi tip atau uang tambahan kepada pelayan restoran, sopir taksi, atau staf hotel menjadi hal biasa, bahkan suatu "keharusan" di negara-negara tertentu. Namun, hal ini justru tidak berlaku di Jepang. Negara yang dikenal dengan budaya sopannya ini punya etika berbeda soal pemberian tip.
Alih-alih dianggap sebagai bentuk apresiasi, tindakan itu justru bisa menimbulkan kesalahpahaman hingga dianggap tidak sopan dan meremehkan. Fenomena unik ini pun sering membuat wisatawan asing kebingungan saat pertama kali berkunjung ke Negeri Sakura.
Perlu diketahui bahwa masyarakat Jepang punya etika tersendiri dalam hal pelayanan dan penghargaan terhadap pekerjaan. Oleh karena itu, memberi tip tanpa tahu konteksnya bisa menimbulkan situasi canggung. Berikut beberapa alasan kenapa kamu tidak boleh asal kasih tip di Jepang.
1. Memberi tip dianggap merendahkan profesionalisme pekerja
Salah satu alasan utama kenapa tip dianggap kurang pantas di Jepang adalah karena pekerja sudah merasa bangga dengan pekerjaannya sendiri. Dalam budaya Jepang, setiap orang berusaha memberikan pelayanan terbaik tanpa mengharapkan imbalan tambahan.
Jadi, ketika seseorang diberi tip, mereka bisa merasa seolah-olah kerja kerasnya baru diakui karena uang, bukan karena dedikasi atau profesionalisme. Hal ini bisa menyinggung perasaan, terutama di tempat yang menjunjung tinggi etika kerja, seperti restoran atau penginapan tradisional.
2. Sistem pelayanan di Jepang sudah termasuk dalam harga

Di Jepang, harga yang kamu bayar biasanya sudah termasuk biaya layanan (service charge). Jadi, tidak ada kebutuhan untuk menambah tip lagi. Misalnya di restoran, para pelayan mendapatkan gaji tetap dan tidak bergantung pada tip seperti di beberapa negara Barat.
Oleh karena itu, pelayan justru akan merasa bingung ketika kamu meninggalkan uang di meja. Mereka mungkin akan berlari mengejarmu untuk mengembalikan uang tersebut, karena mengira uangmu tak sengaja tertinggal.
3. Pelayanan dianggap bagian dari etika dan kehormatan
Bagi warga Jepang, memberi pelayanan dengan tulus adalah bentuk kehormatan dan bagian dari budaya kerja mereka. Konsep ini dikenal dengan istilah “omotenashi,” yakni memberikan pelayanan sepenuh hati tanpa pamrih.
Itulah kenapa, pelayan atau staf hotel akan tetap bersikap ramah, sopan, dan penuh perhatian, meskipun tidak diberi tip sama sekali. Mereka melakukan itu bukan karena uang tambahan, tetapi soal rasa tanggung jawab dan kebanggaan terhadap pekerjaan.
4. Bisa menimbulkan rasa tidak nyaman atau salah paham

Memberi tip tanpa tahu budaya lokal bisa dianggap sebagai tindakan yang tidak sopan. Di beberapa kasus, orang Jepang yang diberi tip akan merasa tidak enak hati atau malah menolak dengan halus, karena tidak tahu harus bagaimana.
Bayangkan kamu meninggalkan uang di atas meja restoran, lalu pelayan menyusul keluar sambil menyerahkan kembali uang itu. Tentu saja situasi ini bisa bikin sama-sama canggung. Oleh karena itu, sebaiknya hindari memberi tip secara langsung.
5. Boleh memberi tip dalam bentuk kokorozuke
Meski secara umum tip tidak biasa dilakukan, ada kondisi tertentu di mana memberi tip bisa diterima, terutama jika dilakukan dengan cara yang sopan dan penuh pertimbangan. Dalam budaya Jepang, bentuk tip yang dilakukan dengan hati-hati ini dikenal dengan istilah “kokorozuke” (心付け), yang secara harfiah berarti “hadiah dari hati.”
Kokorozuke biasanya diberikan pada situasi khusus. Misalnya saat kamu menyewa pemandu wisata pribadi atau penerjemah yang mendampingimu seharian. Bisa juga ketika kamu menginap di ryokan (penginapan tradisional) dan ingin berterima kasih kepada staf yang melayanimu secara personal.
Namun, cara memberikannya harus dilakukan dengan hati-hati dan tidak mencolok. Jangan menyerahkan uang secara langsung di depan umum. Sebagai gantinya, masukkan uang ke dalam amplop kecil yang disebut pochibukuro, yang bisa kamu beli di convenience store atau toko alat tulis di Jepang. Setelah itu, berikan dengan dua tangan sambil mengucapkan terima kasih dengan sopan.
6. Mengucapkan terima kasih tetap jadi hal utama

Kalau kamu ragu apakah situasinya pantas untuk memberi tip atau tidak, ucapan terima kasih yang tulus sudah lebih dari cukup. Kamu bisa mengatakan “arigatou gozaimasu” sambil membungkuk atau menulis ucapan kecil di kartu sebagai tanda apresiasi. Selain itu, memberikan suvenir kecil atau omiyage dari negara asalmu juga bisa menjadi cara yang lebih bermakna untuk menunjukkan rasa terima kasih.
Budaya kerja di Jepang berakar kuat pada nilai kehormatan, profesionalisme, dan ketulusan dalam melayani. Alhasil, memberi tip secara sembarangan bisa dianggap tidak sopan. Namun, dalam konteks tertentu, kamu tetap bisa menunjukkan rasa terima kasih lewat kokorozuke yang dilakukan dengan cara yang sopan dan beradab.
Jadi, saat berkunjung ke Jepang, tunjukkan rasa terima kasihmu dengan cara yang sesuai budaya setempat, karena itulah bentuk penghormatan yang sesungguhnya.