Berapa Budget buat Liburan Pertama Kali ke Jepang?

- Menentukan biaya transportasi utama selama di Jepang, termasuk tiket pesawat, bus malam, dan transport dalam kota.
- Mengatur biaya akomodasi agar anggaran tetap stabil dengan memilih hostel kapsul yang bersahabat harganya.
- Menghitung pengeluaran makan agar tidak kaget saat di lokasi dengan patokan aman Rp350 ribu per hari atau total Rp2,8 juta untuk sembilan hari.
Solo trip selama 9 hari ke Jepang di musim dingin seringnya terdengar mahal. Namun sebenernya, bisa banget bujet diminimalkan kalau kamu tahu pos-pos biaya dari awal. Dengan rute Osaka, Kyoto, Nara, Fuji, Kamakura, sampai Tokyo, pengeluaran utama bisa dihitung tanpa drama.
Tiket pesawat, hotel, transport, makan, dan aktivitas punya kisaran harga jelas saat low season Februari. Tinggal kamu sesuaikan mau lebih irit, standar, atau sedikit upgrade biar perjalanan lebih nyaman.
Kalau ini kunjungan pertama ke Jepang, kamu wajib mengatur biaya agar tidak asal bawa uang dan ujungnya kehabisan di tengah jalan. Semua angka di bawah adalah standar basic liburan di Jepang, bukan liburan mewah, tapi juga bukan yang terlalu ngepas. Hitungannya realistis buat itinerary padat enam kota.
Lantas, berapa budget buat liburan pertama kali ke Jepang? Jadikan ini patokan sebelum kamu mulai atur bujet untuk liburan ke Negeri Sakura, ya!
1. Menentukan biaya transportasi utama selama di Jepang

Transportasi adalah komponen terbesar setelah hotel, jadi enaknya kita hitung dulu. Tiket pesawat multicity Jakarta–Osaka dan Tokyo–Jakarta ada di kisaran Rp6,5 juta, lengkap dengan bagasi 23 kg dari Malaysia Airlines saat berangkat dan 20 kg dari VietJet saat pulang.
Untuk pindah kota, bus malam Willer jadi pilihan paling efisien, karena rute Osaka–Tokyo hanya sekitar Rp700 ribu saja. Sementara perjalanan Tokyo–Fuji pulang pergi sekitar Rp500 ribu, mudah dipesan tanpa biaya tambahan.
Dalam kota, kamu akan banyak mengeluarkan bujet untuk subway, bus, dan Enoshima train dengan total sekitar Rp2 juta. Bujet ini sudah pas untuk perjalanan di Osaka–Kyoto–Nara, lalu Kamakura–Fuji–Tokyo. Karena solo traveler lebih fleksibel dan sering belok ke tempat baru secara spontan, ada baiknya siapkan sedikit bujet tambahan agar tidak mepet.
2. Mengatur biaya akomodasi agar anggaran tetap stabil

Untuk low season, harga hostel kapsul cukup bersahabat dan lokasinya pun dekat stasiun utama. Di Osaka, menginap 4 hari 3 malam di Y’s Cabin Osaka Namba akan habis sekitar Rp1,2 juta. Lanjut ke Tokyo, 4 malam di Lightning Hotel Asakusa ada di angka Rp1,9 juta, cocok buat kamu yang butuh akses cepat ke kereta di Jepang. Kedua penginapan ini nyaman untuk solo traveler yang punya rute padat.
Lokasi yang strategis membantu menekan biaya transport, karena kamu tidak perlu naik kereta terlalu jauh setiap hari. Kapsul hotel juga aman bagi kamu yang cuma butuh istirahat tanpa fasilitas berlebihan. Dengan total Rp3,1 juta, kebutuhan tidur untuk 9 hari sudah aman tanpa mesti cari-cari hotel lagi. Bujet akomodasi ini termasuk paling oke dan harganya jarang naik secara drastis sepanjang Februari.
3. Menghitung pengeluaran makan agar tidak kaget saat di lokasi

Makan di Jepang bisa murah, tapi bisa juga sangat mahal kalau pengeluaran kamu sama sekali tidak dipantau. Patokan aman untuk trip ini adalah Rp350 ribu per hari atau total jadi Rp2,8 juta untuk sembilan hari. Nominal itu sudah cukup untuk kombinasi makan di convenience store, restoran kecil, dan jajan-jajan makanan dengan bentuk lucu yang sering bikin tergoda. Kalau mau naik kelas sedikit, tinggal tambah dari buffer pribadi yang sudah kamu siapkan.
Minimarket Jepang punya banyak sekali menu mengenyangkan di bawah harga restoran, sehingga cocok buat kamu yang ingin sedikit berhemat. Restoran kecil di luar area wisata juga biasanya lebih ramah dompet. Di musim dingin, kamu cenderung akan jadi lebih gampang lapar, jadi enaknya memang hitungan bujet kamu tidak terlalu mepet. Dengan alokasi dana makan dalam sehari yang jelas, kamu bisa kontrol pengeluaran tanpa perlu pikir panjang setiap kali mau makan apa.
4. Mengalokasikan dana untuk aktivitas wisata supaya itinerary tetap nyaman

Aktivitas seperti masuk kuil, taman, dan sewa sepeda di Kyoto disiapkan sekitar Rp500 ribu. Angka ini sudah menutup beberapa spot populer tanpa perlu tiket yang mahal. Untuk perjalanan lintas 6 kota, bujet ini aman kalau kamu fokus ke tempat-tempat klasik yang biayanya ramah kantong. Solo traveler juga cenderung lebih fleksibel, sehingga kamu bisa menyesuaikan tempat mana yang mau kamu datangi.
Dengan dana aktivitas yang sudah dipatok dari awal, itinerary berjalan lebih mulus tanpa takut kelebihan pengeluaran. Banyak area gratis di Jepang yang tetap menarik, mulai dari shrine kecil sampai taman kota. Kamu bisa menambah atau mengurangi objek sesuai kondisi sehari-hari tanpa harus menganggu bujet inti. Lagipula, meski gratis sekali pun, setiap sudut di Jepang estetik, sehingga kamu tidak perlu mengeluarkan bujet berlebihan hanya untuk menikmati destinasi wisata.
5. Menyiapkan travel buffer untuk kondisi tak terduga

Travel buffer sangat penting untuk disiapkan, khususnya saat melakukan winter trip seperti di Jepang. Untuk perjalanan ini, nominal aman adalah Rp5 juta yang dipakai hanya kalau ada kebutuhan mendadak. Bisa untuk perubahan rute karena cuaca, membeli perlengkapan tambahan, atau sekadar pengeluaran kecil yang tidak sempat masuk daftar. Dana ini tidak termasuk uang belanja supaya keperluannya tidak tercampur.
Kalau kamu mau bawa uang tunai terpisah untuk jaga-jaga, jumlahnya bisa menyesuaikan dari luar bujet inti. Dengan tambahan buffer, total kebutuhan utama untuk liburan pertama kali ke Jepang menjadi Rp16,1 juta, masih belum termasuk belanja dan dana darurat pribadi. Semua kebutuhan inti sudah masuk hitungan. Tinggal kamu putuskan apakah mau lebih hemat atau upgrade sedikit biar perjalanan makin nyaman.
Total Rp16,1 juta untuk solo trip 9 hari di Jepang pada bulan Februari adalah angka yang masuk akal dan mudah dipakai sebagai acuan. Tinggal kamu sesuaikan dengan gaya liburanmu sendiri, kamu ingin lebih hemat atau lebih santai juga bisa. Dari semua penjelasan di atas, kamu paling ingin optimalkan pos biaya yang mana?



















