Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

7 Jenis Jalur Hiking yang Harus Dihindari saat Musim Hujan

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Marina Zvada)
ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Marina Zvada)
Intinya sih...
  • Jalur tanah lempung dan licin sangat berbahaya saat hujan, risiko tergelincir dan membawa carrier berat meningkat.
  • Jalur curam yang minim pegangan sulit untuk dilewati saat basah, sebaiknya cari alternatif dengan kemiringan lebih landai.
  • Jalur sungai atau aliran air berpotensi banjir bandang dan arus deras, cari informasi dari basecamp atau komunitas pendaki lokal sebelum memulai perjalanan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Mendaki gunung di musim hujan memang punya tantangan tersendiri. Meski suasana terasa lebih sejuk dan hijau, risiko bahaya juga meningkat. Salah satu hal paling penting yang perlu kamu perhatikan adalah memilih jalur pendakian yang aman. Nyatanya, gak semua jalur cocok dilewati saat hujan deras, lho!

Berikut ini beberapa jenis jalur pendakian yang sebaiknya kamu hindari saat musim hujan agar pendakianmu tetap aman dan nyaman. Jangan dipaksa jika kamu mendapati jalur yang dilewati memiliki ciri seperti di bawah ini, ya!

1. Jalur tanah lempung dan licin

ilustrasi pendaki menggunakan daypack (pexels.com/Katya Wolf)
ilustrasi pendaki menggunakan daypack (pexels.com/Katya Wolf)

Jenis jalur ini sangat umum ditemukan di banyak gunung di Indonesia. Saat musim kemarau, jalur tanah lempung mungkin terasa solid dan mudah dilewati. Namun saat hujan, tanah ini akan berubah menjadi sangat licin seperti sabun.

Kamu bisa mudah tergelincir, terutama di tanjakan dan turunan. Kalau membawa carrier yang berat, risiko bahaya pun jadi makin besar. Pilih jalur dengan permukaan berbatu atau kombinasi tanah dan akar yang lebih stabil saat basah.

2. Jalur curam yang minim pegangan

Ilustrasi dua pendaki gunung (pexles.com/Saikat Ghosh)
Ilustrasi dua pendaki gunung (pexles.com/Saikat Ghosh)

Jalur curam tanpa banyak vegetasi atau akar pohon sebagai pegangan akan sangat menyulitkan saat basah. Dalam kondisi hujan, kamu bakal kesulitan menyeimbangkan diri, apalagi jika tidak memakai trekking pole.

Terpeleset dan jatuh bisa jadi skenario buruk yang sangat mungkin terjadi. Sebisa mungkin hindari jalur seperti ini dan cari alternatif dengan kemiringan yang lebih landai dan aman.

3. Jalur sungai atau menyusuri aliran air

Ilustrasi pendaki menggunakan jaket windproof (pexels.com/Catarina Sousa)
Ilustrasi pendaki menggunakan jaket windproof (pexels.com/Catarina Sousa)

Beberapa gunung punya jalur yang harus melewati sungai atau menyusuri aliran air. Di musim hujan, volume aliran air biasanya melonjak tajam dan berpotensi menimbulkan risiko yang serius.

Banjir bandang dan arus deras yang bisa menyeret pendaki. Cari informasi dari basecamp atau komunitas pendaki lokal sebelum memulai perjalanan bisa menjadi langkah cerdas.

4. Jalur berbatu yang terbuka

ilustrasi mendaki gunung sendirian (pexels.com/Luke Miller)
ilustrasi mendaki gunung sendirian (pexels.com/Luke Miller)

Batu besar memang bisa memberikan pijakan yang kuat, tapi saat basah, mereka bisa jadi licin. Apalagi jika jalurnya terbuka tanpa ada perlindungan dari pohon, kamu juga rentan terkena petir. Tergelincir dan cidera, plus bahaya sambaran petir akan mengintai. Hindari jalur terbuka saat hujan, terutama jika sedang terjadi badai petir.

5. Jalur rawan longsor

ilustrasi pendaki gunung (unsplash.com/Alina Fedorchenko)
ilustrasi pendaki gunung (unsplash.com/Alina Fedorchenko)

Musim hujan membuat tanah menjadi tidak stabil. Jalur yang dekat dengan tebing curam atau lereng gundul sangat rentan longsor. Longsoran tanah atau bebatuan bisa menimbun jalur dan membahayakan nyawamu. Pelajari peta topografi gunung sebelum mendaki dan konsultasikan dengan ranger setempat.

6. Jalur dengan jembatan bambu atau kayu rapat

ilustrasi jalur pendakian gunung yang ada jembatan (unsplash.com/Hans Isaacson)
ilustrasi jalur pendakian gunung yang ada jembatan (unsplash.com/Hans Isaacson)

Beberapa jalur pendakian melewati jembatan dari bambu atau kayu yang dirakit sederhana. Ketika hujan, jembatannya bisa saja rawan rapuh.

Jembatan bisa patah atau kamu tergelincir saat menyeberang. Sebaiknya jangan memilih jalur seperti ini, terutama ketika aliran air di bawah jembatan sedang deras atau volumenya meningkat.

7. Jalur alternatif yang jarang dilalui

ilustrasi mendaki gunung bersama teman (pexels.com/Rachel-Vine)
ilustrasi mendaki gunung bersama teman (pexels.com/Rachel-Vine)

Musim hujan bukan waktu yang ideal untuk coba-coba jalur baru atau jalur alternatif yang jarang digunakan. Kondisinya sulit diprediksi, dan kamu bisa kesulitan navigasi.

Tersesat atau terjebak di jalur yang tidak aman mungkin bisa terjadi jika kamu nekat melewati jalur pendakian ini. Gunakan jalur resmi dan populer dengan penanda yang jelas dan support dari basecamp.

Musim hujan menuntut pendaki untuk lebih waspada dan selektif dalam memilih jalur. Jangan hanya karena ingin tantangan, kamu malah mengabaikan faktor keselamatan.

Utamakan jalur yang sudah terbukti aman dan hindari tujuh jenis jalur di atas agar pendakianmu tetap seru tanpa risiko berlebih. Pastikan kamu selalu memantau kondisi cuaca sebelum berangkat, bawa perlengkapan tahan air untuk berjaga-jaga, dan jangan memaksakan diri melanjutkan pendakian jika cuaca memburuk secara drastis.

Lebih baik menunda daripada mengambil risiko di tengah alam yang tak bisa diprediksi. Ingat, gunung akan selalu ada, yang penting kamu bisa pulang dengan selamat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us