Kenapa Mendaki Gunung Termasuk Olahraga Ekstrem?

- Medan dan kondisi geografis yang sulit, termasuk jalur terjal, berbatu lepas, tebing curam, dan risiko tersesat.
- Perubahan cuaca ekstrem dan suhu dingin di gunung dapat menyebabkan situasi genting dan risiko kesehatan seperti hipotermia.
- Ketinggian dan risiko kesehatan seperti AMS, HACE, dan HAPE memicu kebutuhan peralatan teknis khusus serta isolasi dalam durasi pendakian yang panjang.
Siapa yang di sini suka mendaki? Kegiatan yang selalu berdampingan dengan alam ini sedang banyak dibicarakan oleh orang-orang.
Banyak yang tertarik untuk menjelajahi gunung dan bukit, entah itu untuk olahraga, mencari ketenangan, atau sekadar menikmati pemandangan indah. Menurutmu, kenapa mendaki gunung termasuk olahraga ekstrem? Mendaki gunung termasuk olahraga ekstrem, karena beberapa faktor yang menjadi acuannya. Berikut beberapa alasannya, nih!
1. Medan dan kondisi geografis yang sulit

Beberapa gunung memiliki jalur yang terjal, berbatu lepas, bahkan tebing curam yang memerlukan teknik panjat tebing khusus untuk melewati punggungan sempit dan berbahaya. Kondisi permukaan batuan yang licin akibat lumut dan air juga menambah tingkat kesulitan, serta risiko cedera serius, bahkan kematian.
Di beberapa area, jalur pendakian bisa tidak jelas atau bahkan tidak ada sama sekali, sehingga memaksa pendaki untuk mencari jalur sendiri. Hal ini dapat menyebabkan risiko tersesat, karena menghadapi rintangan tak terduga, atau terjebak di area yang sulit dievakuasi.
2. Perubahan cuaca ekstrem dan suhu dingin

Cuaca di gunung dikenal tidak menentu dan bisa berubah drastis dalam hitungan menit. Badai petir yang tiba-tiba datang, hujan deras, angin kencang, dan kabul tebal yang mengurangi jarak pandang, semuanya bisa mengubah rencana pendakian yang awalnya aman menjadi situasi genting.
Di ketinggian tertentu, suhu bisa turun drastis hingga di bawah titik beku, bahkan di siang hari. Kondisi dingin dapat meningkatkan risiko hipotermia (penurunan suhu tubuh yang berbahaya) dan frostbite (kerusakan jaringan akibat beku), yang keduanya berakibat fatal apabila tidak segera ditangani.
3. Ketinggian dan risiko kesehatan

Ketinggian adalah faktor utama yang memicu risiko kesehatan serius saat mendaki gunung, terutama kondisi yang dikenal sebagai Acute Mountain Sickness (AMS). Penyakit ini umumnya menyerang individu yang naik terlalu cepat ke ketinggian di atas 3.000 mdpl tanpa memberi tubuh cukup waktu untuk beradaptasi.
Risiko kesehatan ini semakin meningkat karena AMS dapat berkembang menjadi kondisi yang jauh lebih fatal, yaitu High Altitude Cerebral Edema (HACE) dan High Altitude Pulmonary Edema (HAPE). Kedua kondisi ini berpotensi mengancam nyawa jika tidak segera ditangani, sehingga penting bagi pendaki untuk memberi tubuh waktu agar bisa menyesuaikan diri dengan ketinggian secara bertahap.
4. Kebutuhan peralatan dan keterampilan khusus

Mendaki gunung membutuhkan berbagai peralatan teknis khusus, seperti tali, harness, ascender atau descender. Penggunaan alat ini memerlukan pelatihan dan keahlian teknis yang tidak bisa didapatkan instan, serta pemahaman mendalami tentang cara kerjanya demi keselamatan.
Selain itu, pendaki wajib bisa membaca peta topografi, menggunakan kompas, atau GPS. Tingkat kompleksitas peralatan dan keterampilan yang dibutuhkan ini menunjukkan bahwa mendaki gunung jauh melampaui aktivitas rekreasi biasa.
5. Durasi dan isolasi

Pendakian gunung tidak hanya berlangsung dalam hitungan jam, melainkan berhari-hari atau berminggu-minggu, terutama pada puncak yang tinggi. Durasi panjang ini berarti pendaki harus membawa perbekalan yang cukup banyak, menambah beban ransel, dan berpotensi kelelahan.
Selain itu, banyak gunung yang berada di lokasi terpencil dan jauh dari jangkauan bantuan. Jika terjadi kecelakaan atau keadaan darurat medis, akses untuk evakuasi sangat sulit dan memakan waktu lama.
Mendaki gunung masuk ke dalam kategori olahraga ekstrem karena memiliki risiko yang berbahaya. Namun, aktivitas menantang alam ini bisa berubah menjadi olahraga menyehatkan dan menyenangkan jika dilakukan dengan persiapan yang matang dan kesadaran akan risiko yang ada.