Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Naik Gunung Harus Genap? Ini Penjelasannya!

ilustrasi naik gunung (pexels.com/Eric Sanman)

Di kalangan para pendaki, ada satu aturan tidak tertulis yang sering dibahas, yaitu mendaki gunung harus dengan jumlah orang yang genap. Katanya, kalau berangkat dengan jumlah ganjil, akan ada kejadian aneh atau bahkan membawa sial. Entah itu ada yang tersesat, jatuh sakit, atau mengalami hal-hal mistis di perjalanan.

Lantas, benarkah begitu atau ini cuma mitos yang berkembang di kalangan pendaki tanpa dasar yang jelas? Nyatanya, aturan semacam ini gak cuma ada di Indonesia. Beberapa negara lain juga punya kepercayaan serupa, meskipun dengan alasan sedikit berbeda.

Berikut ini penjelasan dari pertanyaan kenapa naik gunung harus genap yang mungkin bisa kamu terima. Masing-masing alasannya punya penjelasan, lho!

1. Faktor keselamatan dalam pendakian

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Elias Strale)

Naik gunung bukan sekadar jalan santai, tapi ada banyak risiko yang dipertimbangkan. Medan berat, cuaca berubah sewaktu-waktu, dan kemungkinan kecelakaan membuat pendakian harus direncanakan dengan matang.

Dalam kondisi darurat, kelompok dengan jumlah genap lebih mudah mengatur strategi. Misalnya, kalau ada yang cedera, satu orang bisa menemani, sementara dua orang lainnya turun untuk mencari bantuan. Dengan jumlah yang ganjil, ada kemungkinan satu orang terpaksa sendirian, yang tentunya lebih berbahaya.

Selain itu, dilansir Scouter Life, naik gunung dengan jumlah genap juga membantu dalam sistem berpasangan atau yang biasa disebut buddy system. Dengan sistem ini, setiap pendaki punya pasangan yang selalu memastikan keselamatannya. Kalau jumlahnya ganjil, ada kemungkinan satu orang berjalan sendirian atau tidak memiliki pasangan tetap, sehingga bisa meningkatkan risiko saat menghadapi medan sulit atau cuaca buruk. Dari sisi keselamatan, aturan naik gunung dengan jumlah genap memang masuk akal.

2. Kepercayaan mistis di kalangan pendaki

ilustrasi naik gunung (pexels.com/Bisesh Gurung)

Banyak pendaki percaya bahwa gunung adalah tempat yang sakral dan dihuni makhluk tak kasat mata. Beberapa orang mengatakan bahwa jumlah ganjil bisa "mengundang" makhluk halus untuk ikut dalam rombongan, sehingga tanpa sadar kelompok yang awalnya ganjil bisa menjadi genap. Ini sering dikaitkan dengan cerita pendaki yang melihat sosok asing atau merasa ada yang mengikuti mereka di tengah hutan.

Selain itu, ada juga yang percaya bahwa makhluk halus lebih mudah mengganggu kelompok ganjil karena dianggap kurang harmonis. Cerita tentang pendaki yang tiba-tiba merasa berat melangkah, tersesat meskipun sudah mengikuti jalur yang benar, atau mendengar suara-suara aneh sering dikaitkan dengan aturan jumlah pendaki ini.

Meskipun gak bisa dibuktikan secara ilmiah, kepercayaan ini tetap hidup dan dihormati oleh banyak pendaki, terutama yang sering menjelajah gunung-gunung yang terkenal angker. Kepercayaan ini masih menyelimuti pendakian di Indonesia, lho.

3. Efektivitas dalam manajemen kelompok

ilustrasi naik gunung (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Dari sisi organisasi, kelompok dengan jumlah genap lebih mudah dibagi menjadi tim-tim kecil. Misalnya, kalau harus berbagi tenda, memasak, atau mendistribusikan perlengkapan, jumlah genap lebih praktis. Bayangkan kalau kamu naik gunung bertiga, satu orang mungkin harus tidur sendirian di tenda, sementara dua orang lainnya bisa berbagi. Ini bisa jadi kurang nyaman, terutama di tengah udara dingin pegunungan.

Selain itu,  dilansir National Park Services, jumlah genap juga membantu dalam pengambilan keputusan. Jika ada perbedaan pendapat, misalnya, menentukan harus lanjut mendaki atau turun karena cuaca buruk, kelompok genap bisa membuat keputusan dengan suara terbanyak tanpa ada yang bimbang di tengah. Sedangkan dalam kelompok ganjil, terkadang ada satu orang yang harus memilih di antara dua pendapat berbeda, yang bisa menimbulkan tekanan tersendiri.

4. Kenyamanan dalam perjalanan

ilustrasi naik gunung (pexels.com/Darina Belonogova)

Naik gunung bukan cuma soal fisik, tapi juga mental. Perjalanan panjang dan melelahkan bisa membuat seseorang lebih mudah stres atau merasa terisolasi. Dalam kelompok ganjil, ada kemungkinan satu orang merasa tersisih, terutama kalau dua orang lainnya lebih akrab atau sering mendaki bersama. Hal ini bisa memengaruhi mood dan dinamika kelompok secara keseluruhan.

Di sisi lain, dengan jumlah genap, biasanya interaksi lebih seimbang dan semua orang bisa merasa lebih terlibat, seperti dilansirTrail Hiking Australia. Saat perjalanan jauh, obrolan ringan bisa membantu menghilangkan rasa lelah. Dengan jumlah genap, maka lebih mudah untuk saling bergantian menghibur satu sama lain. Hal kecil seperti ini bisa membuat perjalanan jadi lebih menyenangkan dan mengurangi potensi konflik antar anggota kelompok.

5. Bagaimana dengan pendakian di luar negeri?

ilustrasi mendaki gunung (pexels.com/Francesco Paggiaro)

Kalau di Indonesia ada kepercayaan soal jumlah pendaki harus genap, bagaimana di luar negeri? Ternyata, konsep serupa juga ada di beberapa negara. Di Jepang, misalnya, beberapa pendaki percaya bahwa jumlah ganjil bisa membawa kesialan, karena dianggap tidak seimbang dalam filosofi mereka. Di beberapa daerah di Amerika dan Eropa, jumlah ganjil juga dianggap kurang ideal, karena alasan keselamatan, terutama dalam pendakian yang membutuhkan sistem berpasangan.

Namun, berbeda dengan Indonesia yang lebih kental unsur mistisnya, di negara-negara Barat, aturan ini lebih sering didasarkan pada faktor logis, seperti keamanan dan efisiensi tim. Banyak kelompok ekspedisi profesional memang sengaja menyusun tim dengan jumlah genap untuk mempermudah koordinasi dan mengurangi risiko kecelakaan. Jadi, meskipun gak selalu dianggap sebagai aturan wajib, konsep naik gunung dengan jumlah genap ternyata cukup umum di berbagai belahan dunia.

Kalau kamu berencana naik gunung, mungkin ada baiknya mempertimbangkan aturan ini, bukan karena takut mitos, tapi lebih untuk memastikan perjalananmu tetap aman dan menyenangkan. Jadi, gimana menurutmu?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Annisa Nur Fitriani
EditorAnnisa Nur Fitriani
Follow Us