Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Traveler Sering Tersesat padahal Punya Google Maps?

ilustrasi menggunakan google maps (unsplash.com/Priscilla Du Preez)
ilustrasi menggunakan google maps (unsplash.com/Priscilla Du Preez)
Intinya sih...
  • Google Maps membantu, tapi pengguna harus tetap waspada
  • Sikap terlalu bergantung pada aplikasi bisa mengecoh dan membuat tersesat
  • Peta digital tidak selalu akurat, butuh pemahaman situasi di lapangan

Di era digital, traveling terasa lebih mudah berkat bantuan teknologi, seperti Google Maps. Aplikasi ini jadi senjata utama bagi para traveler untuk menjelajahi tempat asing tanpa harus bertanya ke orang lokal. Namun, meski sudah punya peta digital di genggaman, masih banyak yang justru tersesat saat perjalanan.

Ternyata, ada beberapa faktor yang membuat teknologi secanggih apa pun tetap bisa mengecoh. Bukan karena aplikasinya, tapi lebih ke cara penggunaannya yang kurang tepat. Kesalahan sepele bisa berujung pada pengalaman tersesat yang bikin panik. Berikut lima alasan kenapa traveler sering tersesat meski sudah mengandalkan Google Maps.

1. Terlalu bergantung pada teknologi

ilustrasi menggunakan google maps (unsplash.com/Shengpengpeng Cai)
ilustrasi menggunakan google maps (unsplash.com/Shengpengpeng Cai)

Google Maps memang pintar, tapi tetap saja ada batasnya. Saat terlalu percaya sepenuhnya pada aplikasi tanpa memperhatikan kondisi sekitar, risiko tersesat jadi makin besar. Banyak yang langsung mengikuti petunjuk tanpa melihat tanda di jalan atau konfirmasi dengan warga setempat. Padahal, realita di lapangan kadang jauh berbeda dari tampilan di layar.

Sikap terlalu bergantung ini bikin insting navigasi jadi tumpul. Ketika sinyal hilang atau aplikasi error, tidak sedikit pelancong yang langsung panik karena tidak tahu harus ke mana. Sering kali, rute tercepat yang disarankan malah melewati jalan sempit atau gang yang membingungkan. Jika tidak dibarengi kewaspadaan, teknologi bisa jadi jebakan.

2. Tidak menyesuaikan mode transportasi

ilustrasi menggunakan google maps (unsplash.com/Rahul Himkar)
ilustrasi menggunakan google maps (unsplash.com/Rahul Himkar)

Google Maps menyediakan pilihan mode transportasi, seperti jalan kaki, mobil, dan transportasi umum. Sayangnya, banyak pelancong yang lupa menyesuaikan mode ini dengan cara mereka bepergian. Alhasil, rute yang ditampilkan jadi tidak akurat, bahkan bisa berujung ke lokasi yang tidak bisa dilalui.

Misalnya, mode kendaraan bisa mengarahkan ke jalan tol, sementara sedang berjalan kaki. Atau, mode jalan kaki bisa membawa ke jalur yang tidak aman saat malam hari. Kesalahan kecil ini bisa membuat waktu perjalanan jadi lebih lama dan membingungkan.

3. Area tidak terpeta dengan baik

ilustrasi menggunakan google maps (unsplash.com/Iliya Jokic)
ilustrasi menggunakan google maps (unsplash.com/Iliya Jokic)

Tidak semua wilayah di dunia sudah terdata dengan akurat oleh Google Maps. Beberapa daerah, terutama yang terpencil atau baru berkembang, masih minim dokumentasi. Akibatnya, informasi di peta bisa salah arah, kurang lengkap, atau tidak ada sama sekali.

Pelancong yang mengandalkan Google Maps di area seperti ini akan kesulitan menemukan arah yang benar. Bahkan, bisa diarahkan ke jalan buntu atau tempat yang berbeda sama sekali. Di sinilah pentingnya mencari informasi tambahan sebelum datang ke lokasi, seperti bertanya pada penduduk atau membaca ulasan tempat di forum traveler.

4. Kesalahan pembacaan arah

ilustrasi menggunakan google maps (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi menggunakan google maps (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Tidak semua orang terbiasa membaca arah mata angin atau kompas digital yang ada di aplikasi. Beberapa pelancong bahkan sering tertukar antara kanan dan kiri ketika melihat peta bergerak. Kesalahan seperti ini terlihat sepele, tapi bisa menyebabkan salah belok atau bahkan kembali ke arah yang sudah dilewati.

Ketika terburu-buru, kemampuan membaca arah bisa semakin kacau. Terlebih lagi, jika ponsel mengalami gangguan kalibrasi, arah penunjuk bisa melenceng jauh.

Memahami cara kerja fitur navigasi dan mencoba memverifikasi arah secara manual bisa sangat membantu. Kesalahan interpretasi arah adalah salah satu penyebab dari kejadian tersesat saat traveling.

5. Gangguan visual di lingkungan nyata

ilustrasi menggunakan google maps (pexels.com/Ingo Joseph)
ilustrasi menggunakan google maps (pexels.com/Ingo Joseph)

Tampilan peta bisa terlihat jelas di layar, tapi tidak selalu sesuai dengan kondisi jalan di kehidupan nyata. Banyak gangguan visual, seperti papan nama yang rusak, bangunan yang seragam, atau jalan yang berubah karena konstruksi. Hal-hal ini sering kali membuat pelancong merasa bingung saat mencoba mencocokkan peta dengan lingkungan sekitar.

Terkadang, jalur kecil yang terlihat di peta justru tertutup atau dialihkan sementara. Dalam kondisi seperti ini, insting dan pengamatan jadi sangat krusial. Mampu membaca situasi sekitar lebih penting daripada terpaku pada arah digital. Pengalaman di lapangan membuktikan bahwa peta terbaik pun tetap bisa tertipu oleh realita.

Google Maps memang sangat membantu dalam perjalanan, tapi bukan jaminan bebas dari tersesat. Terlalu bergantung tanpa pemahaman situasi bisa membuat pelancong kehilangan arah. Beberapa kesalahan umum, seperti pengaturan mode transportasi yang salah, area yang belum terdokumentasi, hingga miskomunikasi arah, sering jadi biang kerok.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us