Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Seasonal Traveler Lebih Sering Overpacking?

ilustrasi mengemas barang di koper (pexels.com/Ivan Samkov)
ilustrasi mengemas barang di koper (pexels.com/Ivan Samkov)
Intinya sih...
  • Traveler musiman sering overpacking karena kurang pengalaman dalam menyusun barang bawaan secara efisien.
  • Kebiasaan takut lupa barang penting dan keinginan tampil keren di media sosial juga menjadi penyebab overpacking.
  • Barang tambahan yang sebenarnya tidak diperlukan sering dibawa, mengakibatkan koper berat dan berantakan.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Musim liburan adalah waktu yang ditunggu, terutama bagi traveler yang hanya bepergian sesekali dalam setahun. Sayangnya, antusiasme ini sering kali berujung pada koper yang terlalu penuh, barang bawaan yang banyak, dan beban yang tak perlu.

Overpacking bukan hanya bikin perjalanan jadi ribet, tapi juga mengurangi kenyamanan selama perjalanan. Banyak yang tak sadar bahwa kebiasaan ini muncul bukan karena ceroboh, tapi karena kurangnya pengalaman. Dari takut lupa barang penting sampai keinginan tampil kece di Instagram, semuanya bisa jadi pemicu.

Lantas, kenapa seasonal traveler lebih sering overpacking, ya? Ketahui penyebabnya berikut ini, biar gak terjadi padamu!

1. Kurangnya pengalaman packing

ilustrasi overpacking (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi overpacking (pexels.com/Vlada Karpovich)

Traveler musiman umumnya belum memiliki jam terbang yang cukup dalam hal menyusun barang bawaan secara efisien. Proses packing yang tidak terstruktur sering membuat koper jadi penuh dengan item yang sebenarnya tidak terlalu penting. Belum terbiasa membuat daftar barang atau memetakan kebutuhan harian saat liburan menjadi salah satu pemicunya.

Kebanyakan masih mengandalkan insting saat memasukkan barang, tanpa perhitungan matang soal frekuensi pemakaian atau kepraktisan. Padahal, dengan latihan dan riset soal itinerary, isi koper bisa lebih ringan tanpa mengorbankan kebutuhan. Pengalaman akan mengajarkan mana barang yang wajib dibawa dan mana yang bisa ditinggalkan.

2. Takut kehabisan barang penting

ilustrasi mengemas berbagai barang penting (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi mengemas berbagai barang penting (pexels.com/Timur Weber)

Rasa takut melupakan sesuatu sering jadi alasan seseorang membawa barang secara berlebihan. Traveler kerap berpikir lebih baik membawa lebih banyak daripada kekurangan, walau akhirnya tidak semuanya terpakai.

Barang-barang seperti charger cadangan bahkan snack dalam jumlah besar sering ikut terbawa karena rasa cemas berlebih. Padahal, banyak destinasi wisata yang sudah menyediakan kebutuhan dasar atau memungkinkan pembelian dengan mudah. Ketakutan ini biasanya berasal dari kurangnya informasi soal tempat tujuan atau pengalaman buruk di masa lalu. Rasa aman memang penting, tapi bukan mengorbankan efisiensi.

3. Ingin terlihat stylish di semua foto

ilustrasi mengemas pakaian di koper (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi mengemas pakaian di koper (pexels.com/Vlada Karpovich)

Keinginan tampil keren di setiap momen liburan adalah hal yang lumrah, apalagi di era media sosial seperti sekarang. Traveler musiman sering membawa banyak outfit berbeda demi mendapatkan foto terbaik untuk Instagram. Pakaian ganti untuk tiap lokasi, mix and match outfit, hingga berbagai aksesori jadi isi utama koper.

Namun, terlalu fokus pada penampilan bisa mengacaukan packing. Memang tak salah ingin tampil maksimal, tapi membawa terlalu banyak baju bisa mengganggu kenyamanan. Padahal, beberapa pakaian bisa dipakai berulang dengan cara styling berbeda. Traveler berpengalaman tahu bahwa penampilan tetap bisa maksimal dengan barang minimalis.

4. Membawa barang "kalau-kalau"

ilustrasi membawa banyak barang (pexels.com/Timur Weber)
ilustrasi membawa banyak barang (pexels.com/Timur Weber)

Traveler musiman cenderung membawa barang tambahan yang sebenarnya tak perlu, hanya karena merasa "mungkin saja dibutuhkan." Barang-barang seperti jas hujan, alat makan, tripod besar, atau sepatu ekstra sering dibawa atas dasar kemungkinan yang belum pasti. Padahal, banyak dari barang tersebut hampir tidak pernah dipakai.

Akibatnya, koper jadi berat dan berantakan. Traveler berpengalaman biasanya sudah tahu situasi tempat tujuan, sehingga hanya membawa yang betul-betul diperlukan. Sementara itu, traveler musiman lebih sering terjebak dalam asumsi “jaga-jaga” yang justru menambah beban.

5. Belum terbiasa menyortir prioritas

ilustrasi belum terbiasa menyortir prioritas (pexels.com/Vlada Karpovich)
ilustrasi belum terbiasa menyortir prioritas (pexels.com/Vlada Karpovich)

Menentukan mana barang penting dan mana yang bisa ditinggalkan memang bukan hal mudah, apalagi bagi yang belum terbiasa. Traveler musiman sering mengalami kesulitan dalam menyortir kebutuhan karena semua terasa penting. Sepatu untuk tiap jenis outfit, skincare full set, hingga buku bacaan sering dibawa tanpa mempertimbangkan keterbatasan ruang.

Tanpa keahlian memilah prioritas, koper jadi penuh dengan hal-hal yang sebenarnya tidak mendesak. Dibutuhkan pengalaman untuk bisa menyusun barang berdasarkan kebutuhan. Traveler berpengalaman biasanya sudah punya list prioritas demi efisiensi. Sementara yang masih musiman, masih dalam tahap belajar membedakan antara perlu dan ingin.

Dengan memahami penyebab overpacking, proses packing bisa jadi lebih efektif, nyaman, dan menyenangkan. Belajar menyortir kebutuhan, riset destinasi, dan mengurangi kebiasaan "jaga-jaga" bisa jadi langkah awal untuk traveling yang lebih ringan. Semakin sering bepergian, semakin tajam pula insting untuk membawa barang sesuai kebutuhan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us