Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

8 Plus Minus Pencampuran Etanol ke Dalam BBM

ilustrasi mengisi BBM (unsplash.com/Ali Mkumbwa)
ilustrasi mengisi BBM (unsplash.com/Ali Mkumbwa)

Campuran etanol dan bensin kini mulai dilirik agar kendaraan bisa ramah lingkungan. Campuran ini dikenal dengan kode seperti E10, E30, atau E85, yang menunjukkan berapa persen etanol di dalam bensin. Etanol sendiri merupakan alkohol hasil fermentasi bahan nabati seperti tebu, jagung, atau singkong yang kini digadang jadi bahan bakar masa depan.

Etanol dipandang sebagai bahan bakar alternatif yang lebih bersih karena mampu menekan emisi gas berbahaya. Seiring dorongan global menuju energi hijau, banyak negara mulai mencampurkan etanol ke BBM untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi. Artikel ini akan membahas delapan plus-minus campuran etanol terhadap BBM berdasarkan riset terbaru dari MDPI (2025) dan Taylor & Francis (2022).

1. Plus: Emisi gas berbahaya lebih rendah

ilustrasi knalpot mobil (unsplash.com/Matt Boitor)
ilustrasi knalpot mobil (unsplash.com/Matt Boitor)

Kandungan oksigen dalam etanol membuat proses pembakaran di mesin lebih sempurna, sehingga kadar karbon monoksida (CO) dan hidrokarbon tidak terbakar (HC) bisa ditekan. Efeknya paling terasa di kota besar yang padat kendaraan, di mana udara cenderung penuh polusi. Studi menunjukkan campuran ringan seperti E10 mampu menurunkan emisi tanpa mempengaruhi performa mesin. Tak pelak, etanol jadi salah satu cara tercepat untuk membuat udara perkotaan lebih bersih.

2. Plus: Mengurangi partikel dan asap hitam

ilustrasi motor ngebul (dok. Evalube)
ilustrasi motor ngebul (dok. Evalube)

Campuran etanol juga terbukti menurunkan emisi partikel halus (PM) dan mengurangi asap hitam dari knalpot kendaraan. Pada kadar E30, proses pembakaran berlangsung lebih tuntas sehingga residu karbon jauh berkurang. Hasilnya, gas buang jadi lebih bersih dan mesin terasa lebih halus. Buat lingkungan perkotaan yang sering diselimuti kabut asap, efek ini jelas menguntungkan.

3. Plus: Energi terbarukan yang ramah lingkungan

ilustrasi mobil listrik (unsplash.com/Barbara Batari)
ilustrasi mobil listrik (unsplash.com/Barbara Batari)

Sumber etanol berasal dari tumbuhan seperti tebu, singkong, dan jagung, menjadikannya bahan bakar yang bisa diperbarui terus-menerus. Proses produksinya pun ikut menyerap karbon dioksida dari udara selama tanaman tumbuh, membantu menekan emisi gas rumah kaca. Penggunaannya bisa mengurangi ketergantungan terhadap minyak bumi yang semakin menipis. Kendati begitu, efisiensinya tetap bergantung pada sumber bahan baku dan teknologi produksi yang digunakan.

4. Plus: Performa stabil pada campuran menengah

ilustrasi mobil (unsplash.com/Batu Gezer)
ilustrasi mobil (unsplash.com/Batu Gezer)

Menariknya, mesin kendaraan tetap bisa bertenaga dengan campuran etanol menengah seperti E10 hingga E30. Beberapa riset menemukan titik optimal di E30, di mana tenaga, emisi, dan efisiensi bahan bakar mencapai keseimbangan ideal. Artinya, pengguna bisa menikmati mesin yang responsif tanpa khawatir performanya anjlok. Tak heran, campuran ini dianggap paling realistis untuk kendaraan harian.

5. Minus: Daya mesin bisa menurun pada kadar etanol tinggi

ilustrasi mesin mobil (freepik.com/aopsan)
ilustrasi mesin mobil (freepik.com/aopsan)

Meski ramah lingkungan, etanol punya nilai kalor lebih rendah dibanding bensin, sehingga tenaga mesin bisa menurun pada kadar tinggi seperti E85 atau E100. Tanpa penyesuaian mesin, penurunan daya bisa mencapai 30 persen. Kondisi ini membuat kendaraan terasa lebih lemot dan boros tenaga. Hanya mobil flex-fuel yang dirancang khusus mampu mengoptimalkan performa etanol murni.

6. Minus: Konsumsi bahan bakar lebih boros

ilustrasi isi bensin di SPBU (pexels.com/Engin Akyurt)
ilustrasi isi bensin di SPBU (pexels.com/Engin Akyurt)

Karena energi per liter etanol lebih kecil, mesin butuh bahan bakar lebih banyak untuk menempuh jarak yang sama. Akibatnya, konsumsi BBM meningkat dan biaya operasional ikut terdongkrak. Pengguna mobil kecil bisa lebih cepat merasakan efek ini karena tangki cepat kosong. Alhasil, niat ingin ramah lingkungan malah terasa boros di dompet.

7. Minus: Potensi korosi dan masalah sistem bahan bakar

ilustrasi tangki motor berkarat (suzuki.co.id)
ilustrasi tangki motor berkarat (suzuki.co.id)

Etanol bersifat higroskopis alias mudah menyerap air, dan hal ini bisa memicu korosi pada tangki maupun pipa logam. Dalam jangka panjang, kandungan air yang berlebih bisa menyebabkan endapan dan penyumbatan sistem bahan bakar. Risiko lain adalah phase separation, di mana bahan bakar terpisah lapisan air dan etanol saat disimpan lama. Kondisi ini bisa membuat pembakaran tidak stabil dan merusak performa mesin.

8. Minus: Pengaruh tidak konsisten pada emisi NOx

ilustrasi selang BBM pada motor (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)
ilustrasi selang BBM pada motor (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)

Berbeda dengan polutan lain, pengaruh etanol terhadap emisi nitrogen oksida (NOx) belum menunjukkan hasil yang konsisten. Beberapa riset menemukan penurunan, tapi lainnya justru mencatat peningkatan ketika suhu pembakaran terlalu tinggi. Faktor seperti desain mesin dan rasio udara-bahan bakar berperan besar dalam hasil akhirnya. Artinya, efek etanol terhadap NOx masih perlu dikaji lebih dalam sebelum diambil kesimpulan pasti.

Campuran etanol dalam BBM punya potensi besar untuk menekan polusi sekaligus mendukung transisi energi bersih. Namun, tantangan seperti efisiensi dan ketahanan mesin masih perlu disiasati dengan teknologi yang tepat.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Dwi Agustiar
EditorDwi Agustiar
Follow Us

Latest in Automotive

See More

4 Cara Mengemudikan Mobil saat Membawa Banyak Barang

13 Okt 2025, 20:05 WIBAutomotive