Kenapa Torsi Mobil Diesel Lebih Besar dari Mobil Bensin?

- Mobil diesel memiliki keunggulan torsi yang melimpah dibanding mobil bensin atau listrik.
- Bahan bakar diesel terbakar lebih lambat, menghasilkan ledakan kuat dan dorongan piston besar.
- Tekanan kompresi mesin diesel yang tinggi membuat tenaga ledakan yang dihasilkan lebih besar, memungkinkan mobil mengeluarkan torsi puncaknya di rpm rendah.
Ada banyak alasan kenapa gak semua orang suka mobil bermesin diesel. Sebab mobil diesel itu suaranya berisik, asapnya cenderung hitam, serta getaran mesinnya seringkali merembet hingga ke kabin. Semua alasan itu bikin mobil diesel jadi terasa kurang nyaman jika dibandingkan dengan mobil bensin apalagi mobil listrik.
Meski begitu, pencinta mobi diesel tetap banyak. Sebab, di balik kekurangannya, mobil diesel menawarkan keunggulan yang gak bisa diberikan mobil bensin, yakni torsinya yang melimpah. Torsi adalah gaya putar yang dihasilkan mesin untuk membuat kendaraan bergerak atau berakselerasi dari kondisi diam. Semakin besar torsinya, semakin besar pula daya dorongnya.
Nah, berikut penjelasan kenapa torsi mobil diesel selalu lebih besar dibandingkan mobil bensin di kelas yang sama.
1. Karakter bahan bakar diesel lebih padat energi

Salah satu alasan kenapa torsi mesin diesel lebih besar terletak di jenis bahan bakarnya. Solar atau bahan bakar diesel punya karakter yang berbeda dari bensin. Diesel lebih padat energi dan terbakar lebih lambat dibandingkan bensin. Ini membuat ledakan di dalam ruang bakar mesin diesel terjadi lebih kuat dan menghasilkan dorongan piston yang lebih besar.
Dalam mesin, dorongan piston inilah yang menghasilkan torsi. Jadi karena ledakan bahan bakar diesel lebih "berat dan kuat," otomatis tenaga puntir yang dihasilkan untuk memutar roda juga lebih besar. Ini kenapa mobil-mobil diesel, terutama kendaraan berat seperti truk dan SUV, lebih mengandalkan torsi dibandingkan kecepatan tinggi.
Bensin di sisi lain terbakar lebih cepat dan menghasilkan ledakan yang lebih "ringan," makanya mesin bensin lebih suka berputar di rpm tinggi untuk mengejar tenaga maksimal, bukan torsi besar di putaran rendah.
2. Tekanan kompresi mesin diesel jauh lebih tinggi

Selain soal bahan bakar, perbedaan tekanan kompresi antara mesin diesel dan bensin juga berpengaruh besar terhadap torsi. Mesin diesel bekerja dengan cara memampatkan udara di ruang bakar hingga tekanan dan suhunya sangat tinggi, baru kemudian menyemprotkan solar yang langsung terbakar karena panas tadi. Karena udara dikompresi dengan sangat padat, tenaga ledakan yang dihasilkan lebih besar.
Sebaliknya, mesin bensin menggunakan kompresi lebih rendah untuk mencegah knocking (ledakan liar). Karena itu, walaupun mesin bensin bisa menghasilkan tenaga yang besar di rpm tinggi, torsi dasarnya tetap lebih kecil dibandingkan diesel, terutama di putaran rendah.
Tekanan kompresi mesin diesel biasanya berkisar antara 16:1 hingga 20:1, sedangkan mesin bensin cuma sekitar 9:1 hingga 12:1. Ini perbedaan besar yang langsung berimbas ke karakter torsi masing-masing mesin.
3. Torsi besar di putaran mesin rendah

Karena punya karakter ledakan besar dan tekanan tinggi, mesin diesel nggak perlu berputar tinggi-tinggi untuk menghasilkan tenaga maksimal. Biasanya mobil diesel sudah bisa mengeluarkan torsi puncaknya di rpm rendah, seperti 1.500–2.500 rpm saja. Ini beda dengan mesin bensin yang baru mengeluarkan tenaga maksimal di 4.000 rpm ke atas.
Efeknya, mobil diesel terasa kuat sejak awal gas diinjak. Ini yang bikin mobil diesel lebih enak untuk membawa beban berat, menarik trailer, atau melewati tanjakan curam. Nggak perlu narik gas dalam-dalam, mobil sudah langsung ngacir dengan tenaga penuh.
Sementara mobil bensin, butuh sedikit waktu untuk narik nafas alias membangun rpm dulu supaya bisa menghasilkan tenaga optimal. Makanya, untuk penggunaan berat seperti truk, pick-up, atau SUV 4x4, mesin diesel jauh lebih disukai.