Penjualan Mobil Honda Lesu Sepanjang 2025, Ada Apa?

- Honda disalip Suzuki
- Penjualan Honda dari Januari hingga September
- Faktor penyebab turunnya performa Honda
Kinerja penjualan Honda Prospect Motor (HPM) di Indonesia sepanjang tahun 2025 menunjukkan tren penurunan yang cukup mengkhawatirkan. Berdasarkan data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), penjualan wholesales Honda terus merosot hampir di setiap bulan sejak Maret. Padahal, di awal tahun Honda sempat menorehkan hasil positif dan masuk tiga besar merek terlaris nasional.
Fenomena turunnya penjualan ini menandakan adanya tekanan yang cukup berat pada Honda, baik dari sisi persaingan antarmerek Jepang maupun meningkatnya tekanan dari pabrikan asal China dan Korea Selatan. Selain faktor persaingan, perubahan tren konsumen yang mulai berpindah ke kendaraan listrik juga menjadi tantangan serius bagi Honda yang masih bergantung pada model konvensional berbahan bakar bensin.
1. Honda bahkan disalip Suzuki

Pada September 2025, Honda mencatatkan penjualan wholesales hanya 4.332 unit, menjadikannya pabrikan Jepang dengan penjualan terendah di antara lima besar. Honda bahkan tertinggal dari Suzuki, yang berhasil menjual 5.152 unit di bulan yang sama. Dalam daftar sepuluh besar merek terlaris nasional, Honda menempati posisi kelima—di bawah Toyota, Daihatsu, Mitsubishi Motors, dan Suzuki.
Penurunan ini cukup mencolok mengingat Honda pernah menjadi salah satu pemain paling agresif di pasar otomotif nasional, terutama di segmen hatchback dan city car. Model andalan seperti Brio Satya, HR-V, dan CR-V kini mulai kehilangan daya tariknya karena minim pembaruan signifikan dan harga yang relatif tinggi dibanding kompetitor. Di sisi lain, model-model baru dari merek seperti Toyota dan Daihatsu menawarkan fitur lebih lengkap dengan harga yang lebih kompetitif, membuat Honda kesulitan mempertahankan pangsa pasar.
2. Penjualan Honda dari Januari hingga September

Honda sempat membuka tahun 2025 dengan cukup menggembirakan. Pada Januari, mereka berhasil menjual 7.276 unit, lalu meningkat menjadi 8.757 unit pada Februari. Namun, setelah itu grafik penjualan mulai melandai tajam. Pada Maret, penjualan turun menjadi 6.145 unit, dan pada April hanya 3.000 unit—angka terendah sepanjang tahun.
Tren ini terus berlanjut hingga pertengahan tahun. Penjualan Mei tercatat 4.567 unit, Juni 4.855 unit, Juli 5.100 unit, dan Agustus 4.712 unit. Sementara itu, September hanya mencapai 4.332 unit, memperlihatkan bahwa Honda belum berhasil keluar dari tekanan pasar. Secara total, sepanjang Januari hingga September 2025, Honda baru membukukan sekitar 49 ribu unit, jauh tertinggal dibanding Toyota dan Daihatsu yang masing-masing sudah mencatatkan lebih dari 140 ribu unit.
3. Ada Apa dengan Honda?

Turunnya performa Honda tahun ini disebabkan oleh kombinasi beberapa faktor. Pertama, minimnya model baru membuat lini produk Honda tampak stagnan dibanding para pesaingnya yang gencar meluncurkan penyegaran atau versi hybrid. Honda masih sangat bergantung pada Brio dan HR-V, sementara model seperti BR-V dan WR-V belum mampu mencetak volume besar.
Kedua, pergeseran tren konsumen ke kendaraan listrik belum direspons dengan cepat oleh Honda. Sementara Toyota, BYD, dan Hyundai sudah agresif menawarkan model EV dan hybrid, Honda baru berencana memperkenalkan model elektrifikasi pada akhir 2025. Ketiga, persaingan harga semakin ketat, dan konsumen di segmen LCGC maupun SUV kompak kini memiliki banyak pilihan dengan fitur lebih menarik di kisaran harga yang sama.
Secara keseluruhan, Honda tampaknya sedang menghadapi masa transisi yang tidak mudah. Jika tidak segera melakukan penyegaran produk dan menyesuaikan strategi penjualan, bukan tidak mungkin pangsa pasarnya akan terus tergerus oleh kompetitor Jepang lain maupun merek pendatang dari China dan Korea Selatan yang semakin agresif di Indonesia.