7 Faktor Ini Bisa Menyebabkan Rupiah Melemah

Jakarta, IDN Times - Pergerakan rupiah dalam beberapa waktu terakhir terus mengalami pelemahan dan saat ini masih berada di level Rp15-800-Rp16.000 per dolar AS.
Dilansir dari situs resmi OCBC.id, ada 7 faktor yang mendorong pelemahan rupiah. Berikut penjelasannya.
1. Laju inflasi

Pergerakan inflasi bisa mempengaruhi pergerakan rupiah melemah. Apabila inflasi tinggi maka menghasilkan daya beli rendah sehingga penggunaan dan perputaran rupiah berkurang. Hasilnya juga berpengaruh pada produk ekspor Indonesia yang kalah saing dan kurang kompetitif.
2. Ada perbedaan suku bunga

Penyebab turunnya nilai rupiah salah satunya adalah perbedaan suku bunga. Investor mengincar bunga bank tinggi agar mendapatkan hasil yang lebih tinggi pula. Saat bunga bank ditawarkan ke investor lebih tinggi dibandingkan negara lain, bagi hasil turut meningkat dan berdampak pada nilai rupiah menjadi semakin baik.
3. Neraca dagang

Neraca perdagangan juga menjadi salah satu penyebab menurunnya rupiah. Ini merupakan perbedaan antara nilai ekspor dan impor suatu negara dalam rentang waktu tertentu. Apabila nilai ekspor lebih tinggi dari impor, maka dikatakan neraca surplus. Sebaliknya, bila impor lebih tinggi dari ekspor, maka dikatakan neraca defisit.
Nah, bagaimana neraca perdagangan dapat menjadi penyebab nilai rupiah melemah? Ini dikarenakan ketika terjadi neraca defisit, permintaan uang dari negara yang melakukan transaksi barang masuk ke Indonesia turut tinggi dan menurunkan nilai tukar mata uang dalam negeri.
4. Stabilitas politik dan ekonomi suatu negara

Penyebab menurunnya nilai rupiah selanjutnya bergantung pada politik dan ekonomi yang kurang stabil.
Beberapa faktor seperti kebijakan pemimpin negara, terorisme dan perang mengambil bagian yang vital dalam menjawab mengapa nilai mata uang suatu negara turun.
Tentunya demi mempertahankan nilai mata uang agar tidak turun, negara perlu memiliki kebijakan yang mendukung perekonomian negara, pemerintah melindungi rakyatnya, dan menjaga perdamaian.
5. Jumlah utang negara

Jumlah utang negara Indonesia juga dapat mengindikasikan mengapa nilai rupiah bisa turun dan naik.
Menambah utang ketika sudah memiliki utang banyak tak baik, bukan hanya untuk pribadi tetapi juga negara. Ketika negara menambahkan utang mereka, investor cenderung menahan diri untuk berinvestasi sebab tidak ingin terjerat dalam masalah keuangan.
Absennya suntikan dari para investor dan juga berlebihnya arus utang yang masuk menjadi penyebab mengapa nilai rupiah bisa turun.
6. Kebijakan ekonomi di negara lain

Penyebab menurunnya nilai rupiah selanjutnya adalah kebijakan ekonomi di negara lain. Sebagai contoh, Amerika pernah mengalami krisis dan mencetak lebih banyak dolar baru, tentunya ini mengurangi nilai dollar, maka investor asing memilih untuk menanamkan modal ke negara berkembang lain.
Namun, setelah ekonomi Amerika berangsur baik, penyuntikkan dolar baru dihentikan. Hal tersebut menyebabkan nilai dollar langka melejit dengan harga fantastis. Investor asing menarik modal dari negara berkembang untuk ditanamkan di Amerika.
Kebijakan seperti inilah yang menjadikan alasan mengapa nilai rupiah bisa turun seperti mata uang negara berkembang lainnya.
7. Kinerja defisit APBN

Jumlah defisit oleh suatu negara juga bisa menjadi penyebab turunnya nilai rupiah.
Kondisi dimana suatu negara lebih banyak menaruh aktivitas pada perdagangan asing dengan pemasukan dana yang bernilai rendah, hal ini akan memicu defisit.
Selanjutnya, Indonesia akan meminta modal dari negara lain yang lebih maju untuk menutupi kekurangan tersebut.
Akhirnya, para investor asing menarik modal untuk ditempatkan di negara lainnya karena tidak dapat memenuhi hasil yang dijanjikan yaitu pendapatan tinggi. Maka, ketersediaan rupiah menjadi berlebih dan penyebab mengapa nilai rupiah bisa turun.