APBN hingga Mei Masih Terjaga, Surplus Rp204,3 Triliun

Jakarta, IDN Times - Kementerian Keuangan melaporkan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) hingga Mei surplus Rp204,3 triliun. Surplus ini ditopang oleh penerimaan negara yang lebih besar dibandingkan belanja negara.
"Kondisi APBN hingga Mei masih mencatatkan surplus. Ini artinya 0,97 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) yang diperkirakan tahun ini," ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa, Senin (25/6/2023).
Ssurplus APBN pada Mei 2023 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu yang tercatat Rp132,2 triliun.
1. Pendapatan negara ditopang penerimaan pajak

Sri Mulyani menyampaikan surplus APBN pada Mei 2023 ini berasal dari pendapatan negara yang terkumpul Rp1.209,3 triliun. Realisasi ini tumbuh 13 persen year on year (yoy) dan telah mencapai 49,1 persen dari target APBN 2023.
Mayoritas pendapatan tersebut berasal dari penerimaan pajak. Realisasi penerimaan pajak sebesar Rp830,29 triliun, naik 18 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Total penerimaan tersebut telah mencapai 48,33 persen dari target.
Secara rinci, setoran pajak penghasilan (PPh) nonmigas naik 16,4 persen menjadi Rp486,9 triliun serta Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Penjualan Barang Mewah (PPnBM) naik 21,3 persen menjadi Rp300,64 triliun. Dua jenis pajak ini merupakan penyumbang utama setoran pajak Indonesia sampai Mei.
"Kenaikan PPh nonmigas dan PPN ini menggambarkan secara langsung dan tidak langsung dari kegiatan ekonomi, yang menimbulkan implikasi kewajiban pajak," kata Sri Mulyani.
Selanjutnya PBB dan pajak lainnya mencapai Rp5,78 triliun dan PPh Migas sebesar Rp36,94 triliun.
Sementara itu, penerimaan bea dan cukai sebesar Rp118,4 triliun, atau terkontraksi 15,6 persen (yoy).
Meski demikian, Menkeu tak menampik pertumbuhan penerimaan pajak mulai melambat dalam beberapa bulan terakhir karena penurunan harga komoditas.
2. Belanja negara naik 7,1 persen

Sementara itu, realiasi belanja negara yang telah digelontorkan hingga Mei mencapai Rp1.005 triliun, naik 7,1 persen (yoy). Realisasi ini, baru mencapai 32,8 persen dari target.
Mayoritas belanja negara tersebut dilakukan oleh pemerintah pusat yang sebesar Rp714,6 triliun. Ini mencakup belanja oleh kementerian dan lembaga (K/L) sebesar Rp326,2 triliun dan belanja non-K/L sebesar Rp388,4 triliun
Sementara belanja negara yang diberikan ke daerah melalui transfer ke daerah atau TKD terealisasi Rp 290,3 triliun. Ini naik 2,1 persen dibandingkan tahun lalu dan mencakup 35,6 persen dari pagu.
3. Pembiayaan anggaran naik 41,6 persen

Dengan demikian, Kemenkeu mencatat keseimbangan primer pada Mei 2023 juga masih mencatatkan surplus Rp390,5 triliun. Adapun keseimbangan primer sendiri merupakan total pendapatan negara dikurangi belanja negara di luar pembayaran bunga utang.
"Ini suatu kenaikan yang tinggi mencapai 30,7 persen dibandingkan tahun lalu," ucapnya.
Sementara itu, sisi pembiayaan anggaran hingga Mei sudah terealisasi Rp118,4 triliun, atau mengalami kenaikan hingga 41,6 persen dari periode yang sama tahun lalu. Pembiayaan anggaran ini sudah mencapai 19,8 persen dari total target tahun ini.
"APBN Indonesia dalam pelaksanaaan sampai bulan kelima tunjukan suatu yang sangat positif. Disisi lain lingkungan global masih sangat berat dan berisiko, yan disebabkan oleh faktor volatilitas yang masih tinggi, kondisi geopolitik masih bergejolak kemudian harga komoditas mengalami koreksi," tuturnya.