APBN Tekor Rp21,8 T, Sri Mulyani: Tak Lepas dari Rambatan Global

Jakarta, IDN Times - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sebesar Rp21,8 triliun pada Mei 2024. Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati menyatakan, defisit APBN tersebut menunjukkan penurunan sangat tajam dibandingkan Mei 2023.
"Untuk defisitnya Rp21,8 triliun total APBN kita. Ini berarti juga penurunan yang sangat tajam karena tahun lalu bulan Mei masih surplus Rp204,1 triliun," kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa edisi Juni 2024, Kamis (27/6/2024).
Adapun defisit APBN pada Mei 2024 tersebut setara dengan 0,10 persen dari estimasi produk domestik bruto (PDB) tahun ini.
1. APBN sempat surplus pada April 2024

Di sisi lain, APBN masih mengalami surplus sebesar Rp75,7 triliun pada April 2024. Surplus tersebut setara dengan 0,33 persen dari estimasi PDB tahun ini.
Sementara itu, dari sisi keseimbangan primer, surplus yang tercatat pada April 2024 juga tergolong besar, yakni mencapai Rp237,1 triliun. Surplus keseimbangan primer adalah selisih antara pendapatan negara dan belanja negara, tidak termasuk pembayaran bunga utang.
2. Pendapatan negara turun 7,1 persen

Sri Mulyani pun menyampaikan, pendapatan negara hingga Mei 2024 tercatat sebesar Rp1.123,5 triliun. Capaian tersebut mengalami kontraksi 7,1 persen jika dibandingkan dengan realisasi Mei 2023 yang sebesar Rp1.209,0 triliun.
"Penerimaan negara kita secara total Rp1.123,5 triliun rupiah atau 40,1 persen dari total target APBN. Ini berarti kita mengalami penurunan 7,1 persen dibanding tahun lalu," ujar Sri Mulyani.
3. Belanja negara tumbuh 14 persen

Sementara untuk belanja negara, Kemenkeu mencatat adanya kenaikan pada Mei ini, yakni sebesar 14 persen.
"Belanja negara kita telah dibelanjakan Rp1.145,3 triliun. Artinya tumbuh tinggi 14 persen. Ini 34 persen dari target belanja tahun ini," kata Sri Mulyani.
Kemudian, belanja pemerintah pusat mencapai Rp824,3 triliun atau tumbuh 15,4 persen. Rinciannya belanja Kementerian/Lembaga (K/L) sebesar Rp388,7 triliun atau tumbuh 19,1 persen dari tahun lalu. Di sisi lain, belanja non-K/L sebesar Rp435,6 triliun atau tumbuh 12,2 persen.
Dengan demikian, belanja pemerintah pusat ini 33,4 persen dari alokasi belanja pemerintah pusat yang dianggarkan sebesar Rp2,467,5 triliun.
Sementara untuk transfer ke daerah sebesar Rp321 triliun atau 37,4 persen dari alokasi transfer tahun ini yang juga tumbuh double digit sebesar 10,5 persen.
"APBN kita hingga Mei masih terjaga meskipun tidak lepas dari rambatan global. Yang telah saya sampaikan tadi penurunan penerimaan negara terutama dari berbagai harga komoditas dan profitabilitas dari perusahaan serta dari sisi berbagai kebijakan yang kita lakukan, sedangkan belanja negara yang mengalami kenaikan baik karena adanya jadwal politik seperti pemilu maupun dari sisi tugas dari APBN melakukan counter cyclical tadi," tutur Sri Mulyani.
"Bagian sangat besar dari belanja kita langsung dinikmati masyarakat untuk menjadi bantalan dari shock tekanan yang berasal dari ekonomi global maupun nasional," imbuhnya.