AS Diprediksi Jatuh ke Jurang Resesi dalam 18 Bulan ke Depan

Jakarta, IDN Times – Ekonom memperkirakan potensi Amerika Serikat (AS) untuk jatuh ke jurang resesi bakal melewati 50 persen . Naiknya harga BBM, kenaikan suku bunga The Fed, serta perlambatan pertumbuhan ekonomi menjadi musabab bencana resesi bisa terjadi di negeri Paman Sam.
Kepala Strategi Global di TD Securities, Richard Kelly, mengatakan naiknya harga gas dikombinasikan dengan Federal Reserve yang hawkish dan ekonomi yang secara umum melambat menjadi tiga risiko yang dihadapi ekonomi terbesar dunia saat ini.
"Kemungkinan resesi (di Amerika Serikat) dalam 18 bulan ke depan lebih besar dari 50 persen," kata Kelly saat dikutip dari CNBC, pada Jumat (22/7/2022)
1. Resesi AS diproyeksikan terjadi dalam 18 bulan ke depan

Namun, Kelly tidak bisa memastikan kapan waktu resesi di AS terjadi. Ekonomi, kata dia, bisa tergelincir ke dalam kondisi resesi teknis. Ia mendasarkan kondisi resesi teknis tersebut dari kondisi pertumbuhan ekonomi yang negatif dalam kurun waktu dua kuartal berturut-turut ditahun 2022 ini.
"Mata sejumlah ekonom nantinya akan tertuju kepada proyeksi ekonomi yang akan diterbitkan oleh Biro Analisis Ekonomi AS pada 28 Juli mendatang," ujarnya.
2. Amerika Serikat dituntut tekan laju inflasi untuk hindari resesi

Amerika Serikat, kata Kelly, tengah merasakan dampak dari melonjaknya harga gas setelah invasi Rusia yang dinilainya tidak beralasan ke Ukraina. Kenaikan suku bunga Fed yang berkelanjutan hingga 75 basis poin.
"Hingga akhirnya membebani ekonomi hingga akhir tahun atau awal 2023 kini tengah menjadi PR besar yang harus ditangani oleh pemerintah AS. Terdapat tiga faktor resesi saat ini di ekonomi AS," katanya.
3. Inflasi AS tembus rekor tertinggi yakni 9,1 persen

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat tingkat inflasi AS pada bulan Juni melonjak drastis hingga menyentuh angka 9,1 persen. Angka tersebut meroket di atas perkiraan Dow Jones yang hanya mencapai 8,8 persen. Inflasi AS sebesar 9,1 persen menjadi angka terbesar sejak Desember 1981 lalu.
Berdasarkan catatan Departemen Tenaga Kerja AS pada Kamis (13/7/2022), indeks harga konsumen AS atau The Consumer Price Index (CPI) naik 1,3 persen dari periode sebelumnya secara year on year (YoY).