BBM untuk Kapal Langka, Nyawa Korban Banjir Aceh Tak Selamat

- Puskesmas Bintang masih membutuhkan bantuan obat-obatan dan oksigen untuk menangani pasien yang terus datang.
- Puskesmas Bintang memiliki 31 tenaga kesehatan (nakes) yang harus melayani korban banjir dari 24 desa.
- Para nakes di Puskesmas Bintang kesulitan mendapatkan bantuan pangan untuk konsumsi sehari-hari, dengan harga komoditas pangan hingga dua kali lipat.
Aceh Tengah, IDN Times - Bidan Noviarni Fitri, Kepala Puskesmas Bintang, Kabupaten Aceh Tengah menceritakan bagaimana korban banjir bandang harus meregang nyawa karena terlambat diselamatkan.
Puskesmas Bintang sendiri menjadi salah satu layanan kesehatan yang masih terisolir di Aceh. Terbatasnya pasokan BBM menyebabkan upaya penyelematan pasien gagal.
“Jadi cerita ini merujuk pasien, karena langka BBM, jadi pasiennya meninggal di sini, di puskesmas. Kan harus naik kapal dari sini, karena kapalnya enggak ada minyak, jadi meninggal di puskesmas,” kata Noviarni saat diwawancara IDN Times, Jumat (19/12/2025).
1. Masih butuh bantuan obat-obatan

Untuk bisa menangani pasien yang terus datang, Puskesmas Bintang masih membutuhkan bantuan obat-obatan dan oksigen sampai saat ini.
“Genset sudah, water purifier sudah. Yang saya perlukan
oksigen, obat-obatan,” ucap dia.
2. Sebanyak 31 nakes harus siap tangani 24 desa

Noviarni mengatakan, Puskesmas Bintang memiliki 31 tenaga kesehatan (nakes). Para nakes itu harus melayani korban banjir dari 24 desa.
“Ada 24 desa di bawah puskesmas Bintang 1,” tutur Noviarni.
3. Nakes kesulitan mendapat bahan pangan

Sayangnya, dengan tugas yang terus bertambah, para nakes di Puskesmas Bintang 1 kesulitan mendapatkan bantuan pangan untuk konsumsi sehari-hari.
Jika harus membeli, mereka harus menghadapi kenaikan harga komoditas pangan hingga dua kali lipat.
“Beras di sini sampai dengan sekarang, 15 kilogram (kg) Rp400 ribu,” tutur Noviarni.

















