Begini Strategi PGE Wujudkan Kapasitas Terpasang PLTP 1 Gigawatt

- PGE fokus menambah kapasitas terpasang PLTP menjadi 1 GW dalam 2-3 tahun ke depan.
- Proyek utama termasuk Hululais, Lumut Balai, dan Co-Generation untuk mencapai target tersebut.
- PGE juga melakukan ekspansi di lapangan baru, kolaborasi dengan mitra strategis, dan eksplorasi di Afrika dan Turki.
Jakarta, IDN Times - PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) atau PGE tengah fokus menambah kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) menjadi 1 gigawatt (GW) dalam dua hingga tiga tahun ke depan. Adapun saat ini kapasitas terpasang PLTP PGE adalah sebesar 672,5 megawatt (MW).
Untuk mewujudkan target tersebut, PGE menerapkan strategi berupa ekspansi di aset eksisting, eksplorasi, dan mencari potensi akuisisi secara selektif.
PGE pun mengandalkan tiga proyek utama untuk mencapai target kapasitas terpasang 1 GW tersebut.
1. Tiga proyek utama PGE

Pertama adalah proyek Hululais unit 1 dan 2 sebesar 110 MW.
"Hululais sudah mempunyai sales contract team dengan PLN. Kita sudah bekerja sama dengan PLN dan PLN juga sudah meng-insure dengan konstruksi akan kita bisa COD (Commercial Operation Date) 25 bulan dari sekarang, yaitu di 2027," kata Direktur Utama PGE, Julfi Hadi dalam public expose di Jakarta, Rabu (6/11/2024).
Kemudian yang kedua adalah proyek Lumut Balai unit 2 berkapasitas 55 MW. Hingga saat ini, progres pembangunannya telah mencapai 88,92 persen dengan jadwal mechanical completion pada Desember 2024 dan ditargetkan COD pada kuartal I-2025.
"(Ketiga) proyek Co-Generation, baru 45 MW di sini yang kita juga akan accelerate sebanyak 230 MW. Kita sudah men-sign consortium agreement di September 2018 dan kita sekarang lagi accelerate untuk mendapatkan PPE-nya, untuk membangun 45 yang pertama, dan paralel kita akan mengerjakan 230 MW," tutur Julfi.
2. Strategi eksplorasi

Adapun ketiga proyek di atas bakal menjadi bagian dari rencana ekspansi PGE yang terus berlanjut tahun depan. Selain itu, PGE juga akan melakukan eksplorasi lapangan baru dengan mengantongi Final Investment Decision (FID) salah satu lapangan di Sumatra.
"PGEO juga mengkaji peluang untuk bisa ikut bidding (lelang) dari pemerintah. Tim sedang mencari lapangan mana saja yang bisa menambah aset eksplorasi PGEO di Indonesia," ujar Direktur Eksplorasi dan Pengembangan PGE, Edwil Suzandi.
Ekspansi juga dilakukan lewat kolaborasi antara mitra strategis maupun melalui merger dan akuisisi. Hal itu salah satunya dengan tindaklanjut nota kesepahaman yang telah diteken dengan perusahaan pengembang panas bumi Kenya, Geothermal Development Company Ltd (GDC) dan Africa Geothermal International Ltd (AGIL) guna pengembangan lapangan panas bumi di Afrika.
"Saat ini tim sedang bekerja. Harapannya pada tahun 2025 kami bisa menyelesaikan kajian dan due diligence (uji tuntas) terhadap pengembangan usaha panas bumi di Afrika," kata Edwil.
Sementara untuk ekspansi di Turki, PGE masih mencari aset yang sesuai dari sisi kalkulasi sumber daya dan komersialisasi. "Apabila dua hal itu tercapai, tentu kami akan go untuk pengembangan usaha di sana," tambah Edwil.
3. Eksplorasi panas bumi bisa jadi solusi swasembada energi Prabowo

Sebelumnya, Eks Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Arcandra Tahar menilai Presiden Prabowo Subianto dan jajarannya di pemerintahan bisa mulai meningkatkan eksplorasi panas bumi atau geothermal guna meraih target swasembada energi.
"Kalau kita tidak melakukan eksplorasi, bagaimana kita akan mendapatkan itu? Untuk geothermal misalnya. Kita akan memenuhi kebutuhan kita lewat geothermal, tapi eksplorasinya, strategi kita ke sana tidak dilakukan dengan baik. Terus how? Nah, tergantung. Boleh kita mengatakan kita akan menuju ke sana, tapi yang penting itu strategi dari step by step, tahun per tahunnya seperti ini," tutur Arcandra dalam sebuah diskusi di Jakarta, Rabu (30/10/2024).