Bitcoin Anjlok pada Awal Desember, Turun ke Bawah 86.000 Dolar AS

- Bitcoin turun 6 persen, Ether dan Solana ikut melemah
- Pernyataan CEO Strategy Inc. ikut menekan sentimen
- Tekanan bertambah setelah USDT diturunkan ratingnya dan peringatan dari China
Jakarta, IDN Times – Pasar kripto kembali mengalami tekanan kuat pada awal Desember. Pada Senin (1/12/2025) pagi waktu Asia, sejumlah aset digital merosot tajam setelah periode penurunan berkepanjangan yang sempat mereda pada pekan sebelumnya. Tercatat, Bitcoin anjlok pada awal Desember 2025.
Bitcoin turun hingga di bawah 86.000 dolar AS, sementara altcoin besar lainnya seperti Ether dan Solana juga mengikuti tren serupa. Koreksi ini menambah kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi penurunan lanjutan dalam waktu dekat.
1. Bitcoin turun 6 persen, Ether dan Solana ikut melemah

Data Bloomberg menunjukkan Bitcoin sempat jatuh lebih dari 6 persen pada perdagangan dini hari di Asia. Ether juga turun lebih dari 7 persen ke kisaran 2.800 dolar AS, sementara Solana merosot sekitar 7,8 persen.
Penurunan ini datang setelah pasar sempat dibayangi aksi jual signifikan selama beberapa pekan, dimulai ketika sekitar 19 miliar dolar AS posisi bersyarat terlikuidasi pada awal Oktober—hanya beberapa hari setelah Bitcoin mencetak rekor baru di 126.251 dolar AS. Pada November, Bitcoin kehilangan 16,7 persen nilainya sebelum sempat pulih ke atas 90.000 dolar AS pekan lalu.
“Ini awal Desember yang penuh penghindaran risiko. Kekhawatiran terbesar adalah arus masuk yang minim ke Bitcoin exchange traded funds dan tidak adanya pembeli saat turun. Kami memperkirakan hambatan struktural ini berlanjut bulan ini. Kami memantau 80.000 dolar AS sebagai level support kunci berikutnya untuk Bitcoin,” ujar Sean McNulty, APAC derivatives trading lead di FalconX, dilansir Bloomberg.
2. Pernyataan CEO Strategy Inc. ikut menekan sentimen

Investor juga mencermati pernyataan CEO Strategy Inc., Phong Le, yang disampaikan dalam sebuah podcast Jumat lalu. Le mengatakan perusahaan bisa menjual Bitcoin jika rasio mNAV—perbandingan enterprise value terhadap kepemilikan Bitcoin—menjadi negatif.
Ia menyatakan, “Kami bisa menjual Bitcoin dan kami akan menjual Bitcoin jika kami perlu mendanai pembayaran dividen di bawah 1x mNAV.” seraya menambahkan bahwa penjualan tersebut hanya akan dilakukan sebagai langkah terakhir. Strategy Inc., yang memegang Bitcoin senilai 56 miliar dolar AS, tercatat memiliki mNAV yang turun ke level 1,19.
3. Tekanan bertambah setelah USDT diturunkan ratingnya dan peringatan dari China

Tekanan pasar juga meningkat setelah S&P Global Ratings menurunkan penilaian stabilitas USDT—stablecoin terbesar di dunia—ke peringkat terendah. Lembaga tersebut memperingatkan bahwa penurunan nilai Bitcoin dapat membuat token tersebut kekurangan jaminan.
Selain itu, Bank Rakyat China (PBOC) pada Sabtu (29/11/2025) lalu mengeluarkan peringatan terkait risiko aset virtual, termasuk stablecoin, dan menyerukan koordinasi antar lembaga untuk memberantas aktivitas ilegal.
Jeff Ko, Chief Analyst di CoinEx, mengatakan bahwa “serangkaian perkembangan bearish selama akhir pekan,” termasuk penurunan rating USDT dan peringatan PBOC, telah memperbarui tekanan pada aset kripto.
4. Pasar global menanti data ekonomi AS dan keputusan Fed

Walau Bitcoin anjlok pada awal Desember, namun pekan ini dianggap penting karena data ekonomi AS diperkirakan memengaruhi ekspektasi arah suku bunga menuju 2026. Hasilnya dapat menentukan apakah Federal Reserve melanjutkan siklus pemangkasan suku bunga.
Presiden AS Donald Trump pada Minggu (30/11/2025) juga menyampaikan bahwa ia telah menentukan pilihannya untuk ketua The Fed berikutnya, setelah sebelumnya memberi sinyal bahwa ia mengharapkan pemotongan suku bunga dari sosok yang ia nominasikan.
Sementara itu, indeks saham Asia bergerak fluktuatif pada awal perdagangan. Futures S&P 500 melemah, saham Jepang turun, dan yen menguat setelah Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda memberikan sinyal paling jelas mengenai potensi kenaikan suku bunga bulan ini.

















