- Lending Channel: maksimal 5 persen dari Dana Pihak Ketiga (DPK)
- Interest Rate Channel: maksimal 0,5 persendari DPK
Bos BI Sindir Bank soal Suku Bunga Kredit: Ikan Sepat, Ikan Gabus

- BI akan memberikan insentif melalui skema Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) kepada bank dengan penyaluran kredit baik.
- Insentif KLM berlaku mulai Desember 2025
Jakarta, IDN Times – Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, mendorong perbankan nasional untuk segera menurunkan suku bunga kredit sebagai strategi mempercepat pertumbuhan kredit dan pemulihan ekonomi. Ia menegaskan, BI akan memberikan insentif melalui skema Kebijakan Likuiditas Makroprudensial (KLM) kepada bank yang menunjukkan kinerja penyaluran kredit yang baik.
“Ikan sepat, ikan gabus, semakin cepat, semakin bagus. Jadi ikan sepat, ikan gabus, semakin cepat kredit tumbuh dan semakin cepat suku bunga kredit turun, BI akan berikan insentif lebih tinggi,” ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI, Rabu (22/10/2025).
1. Insentif KLM berlaku mulai Desember 2025

BI memperkuat penerapan KLM berbasis kinerja yang berorientasi ke depan. Kebijakan ini akan berlaku efektif mulai 1 Desember 2025. Insentif ini diberikan untuk mendorong perbankan menyalurkan kredit ke sektor-sektor prioritas.
KLM mencakup dua komponen insentif:
Total insentif yang dapat diterima bank mencapai maksimal 5,5 persen dari DPK.
“Jumlah totalnya kami tingkatkan dari sebelumnya 5 persen menjadi 5,5 persen. Yang 5 persen ditujukan untuk mendorong penyaluran kredit. Tentu saja akan dibandingkan antara rencana dan realisasi. Jika realisasinya lebih tinggi, maka insentifnya akan ditambah,” tutur Perry.
2. Daftar sektor prioritas yang dapat skema lending channel

Adapun sektor-sektor prioritas yang masuk dalam skema lending channel, antara lain:
- Sektor pertanian, industri, dan hilirisasi
- Sektor jasa, termasuk ekonomi kreatif
- Sektor konstruksi, real estate, dan perumahan
- Sektor UMKM, koperasi, serta inklusi dan pembangunan berkelanjutan
3. BI sudah turunkan suku bunga 150 bps, sedangkan bank baru 15 bps

Pada kesempatan yang sama, Deputi Gubernur BI, Aida S. Budiman, menambahkan saat BI telah menurunkan suku bunga acuannya sebesar 150 basis poin (bps) sejak awal 2025, penurunan suku bunga kredit perbankan masih relatif lambat.
“Suku bunga kredit perbankan baru turun 15 bps, dari 9,20 persen di awal 2025 menjadi 9,05 persen pada September 2025. Penurunan ini masih sangat terbatas,” ujar Aida.
Ia menjelaskan bahwa penurunan suku bunga instrumen pasar uang lainnya justru lebih signifikan:
- Suku bunga INDONIA turun 204 bps dari 6,03 persen menjadi 3,99 persen (per 21 Oktober 2025)
- Suku bunga Sekuritas Rupiah BI (SRBI) tenor 6, 9, dan 12 bulan turun masing-masing 251 bps, 254 bps, dan 257 bps
- Imbal hasil SBN tenor 2 tahun turun 218 bps dari 6,96 persen menjadi 4,78 persen
- Imbal hasil SBN tenor 10 tahun turun 132 bps dari 7,26 persen menjadi 5,94 persen
Namun, suku bunga deposito 1 bulan hanya turun 29 bps dari 4,81 persen ke 4,52 persen. Hal ini disebabkan oleh masih banyaknya pemberian special rate kepada deposan besar, yang porsinya mencapai 26 persen dari total DPK.
Dengan tren penurunan suku bunga pasar uang yang signifikan, BI berharap perbankan segera merespons dengan menyesuaikan suku bunga kreditnya. Hal ini dinilai krusial agar transmisi kebijakan moneter berjalan lebih efektif dan berdampak langsung pada sektor riil.
“Penurunan di sisi pasar uang sudah sangat signifikan. Sekarang tantangannya ada di sektor perbankan agar menyesuaikan suku bunga kredit lebih cepat,” ucap Aida.