Jakarta, IDN Times - Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserves (The Fed) akan melakukan tapering off pada akhir 2021 mendatang. Hal ini menjadi pembicaraan hangat lantaran bisa memengaruhi perekonomian banyak negara di dunia, tak terkecuali Indonesia.
Tapering off sendiri adalah pengurangan stimulus moneter yang dikeluarkan bank sentral saat perekonomian sedang terancam dan membutuhkan banyak suntikan dana likuiditas. Hal ini dilakukan The Fed dengan mengurangi ukuran program pembelian obligasi yang dikenal sebagai pelonggaran kuantitatif (Quantitative Easing/QE).
Pada umumnya, indikator pengukur kapan tapering off dilaksanakan adalah ketika inflasi mengalami keseimbangan, tingkat pengangguran menuju normal, hingga pemulihan tingkat kredit atau pinjaman yang menandakan ekonomi mulai aktif kembali.
The Fed sendiri diketahui sejak Juni 2020 telah membeli rata-rata 80 miliar dolar AS surat berharga AS atau US Treasuries dan 40 miliar dolar AS dalam sekuritas berbasis hipotek setiap bulannya.
Seiring dengan membaiknya perekonomian AS, The Fed memutuskan untuk tidak bisa terus-terusan mempertahankan pelonggaran kuantitatif tersebut sehingga tapering sangat mungkin dilakukan akhir tahun ini.
Lantas, bagaimana respons Bank Indonesia (BI) terhadap tapering The Fed tahun ini?