Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Bukan Diskon, Ini yang Bikin Bisnis Tetap Laku di Musim Liburan

ilustrasi bisnis franchise
ilustrasi bisnis franchise (pexels.com/James Frid)
Intinya sih...
  • Produk relevan dengan momen liburan menarik minat konsumen.
  • Kemudahan dan kepraktisan dalam proses pembelian menjadi penentu pilihan.
  • Kepercayaan yang sudah terbangun dan cerita emosional di balik produk memengaruhi keputusan beli.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Musim liburan sering diasosiasikan dengan diskon besar dan promo agresif. Banyak bisnis merasa harus ikut banting harga agar tidak kalah ramai. Padahal, tidak sedikit usaha justru tetap laku tanpa mengorbankan margin sama sekali.

Faktanya, di musim liburan perilaku konsumen tidak selalu soal harga murah. Ada faktor lain yang jauh lebih menentukan keputusan beli. Inilah hal-hal yang sering luput diperhatikan, tapi justru jadi kunci bisnis tetap jalan saat liburan.

1. Rasa relevan dengan momen

ilustrasi bisnis fnb
ilustrasi bisnis fnb (pexels.com/Kenneth Surilo)

Produk yang terasa nyambung dengan situasi liburan punya daya tarik tersendiri. Konsumen lebih tertarik pada sesuatu yang terasa “pas” dengan kondisi mereka saat itu. Bukan sekadar barang, tapi solusi atau pengalaman.

Saat bisnis mampu mengaitkan produknya dengan kebutuhan liburan, keputusan beli jadi lebih natural. Orang merasa membeli karena perlu, bukan karena tergoda harga. Relevansi ini sering lebih kuat daripada diskon besar.

2. Kemudahan dan kepraktisan

ilustrasi bisnis kafe
ilustrasi bisnis kafe (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Di musim liburan, banyak orang ingin segalanya serba cepat dan tidak ribet. Mereka cenderung memilih bisnis yang memudahkan, mulai dari pemesanan sampai pengiriman. Proses yang simpel sering jadi penentu.

Bisnis yang menawarkan kemudahan terasa lebih bernilai di mata konsumen. Bahkan jika harganya sedikit lebih tinggi, banyak yang tetap memilih karena hemat waktu dan tenaga. Kepraktisan sering menang diam-diam.

3. Kepercayaan yang sudah terbangun

ilustrasi struk belanja
ilustrasi struk belanja (pexels.com/supersizer)

Saat liburan, konsumen cenderung tidak ingin ambil risiko. Mereka memilih brand atau penjual yang sudah terasa aman dan terpercaya. Reputasi jadi faktor penting, apalagi untuk pembelian mendadak.

Bisnis yang konsisten membangun kepercayaan tidak perlu teriak promo. Nama baik dan pengalaman positif sebelumnya sudah cukup mendorong pembelian ulang. Inilah keuntungan jangka panjang yang terasa di momen ramai.

4. Cerita dan emosi di balik produk

ilustrasi baca deskripsi produk (pexels.com/Hanna Pad)
ilustrasi baca deskripsi produk (pexels.com/Hanna Pad)

Liburan adalah momen emosional. Orang lebih mudah tersentuh oleh cerita, bukan sekadar spesifikasi. Produk yang punya narasi sering terasa lebih bermakna.

Cerita sederhana tentang kegunaan, proses, atau nilai di balik produk bisa membuatnya berbeda. Konsumen merasa membeli sesuatu yang punya makna, bukan sekadar barang. Efek emosional ini sering lebih kuat daripada potongan harga.

5. Ketersediaan dan kecepatan respon

ilustrasi belanja dengan efisien (pexels.com/kaboompics)
ilustrasi belanja dengan efisien (pexels.com/kaboompics)

Banyak bisnis kehilangan penjualan di musim liburan bukan karena harga, tapi karena lambat merespons. Stok kosong, balasan chat lama, atau informasi tidak jelas membuat konsumen pindah ke pilihan lain. Di momen ramai, kesabaran konsumen lebih pendek.

Bisnis yang sigap dan siap justru menang di situasi ini. Respons cepat dan informasi jelas memberi rasa aman. Kadang, kecepatan inilah yang jadi pembeda utama.

Kesimpulannya, diskon bukan satu-satunya senjata di musim liburan. Bahkan, terlalu mengandalkannya sering membuat bisnis kelelahan setelahnya. Yang membuat bisnis tetap laku justru hal-hal yang terasa sederhana tapi konsisten.

Saat bisnis fokus pada relevansi, kemudahan, dan kepercayaan, penjualan bisa berjalan lebih sehat. Liburan lewat, margin tetap aman, dan hubungan dengan konsumen tetap terjaga. Itu kemenangan yang sering tidak terlihat, tapi paling berkelanjutan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Akhir Tahun Sepi Transaksi, Rupiah Ditutup Melemah Hari Ini

29 Des 2025, 15:53 WIBBusiness