Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

COVID-19 Beri Hantaman Keras Buat Industri Asuransi

Presiden Direktur Tugu Insurance, Indra Baruna. (Dok. Tangkapan Layar YouTube IDN Times)

Jakarta, IDN Times - Sejak 2020, pandemik COVID-19 telah memberikan hantaman sangat keras kepada banyak industri di dunia, tak terkecuali asuransi. Industri asuransi bahkan harus menerima penurunan dari sisi premi untuk pertama kalinya dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

"Dilihat secara industri, juga terjadi kontraksi. Jadi ada penurunan dari sisi premi untuk pertama kalinya dalam 10 tahun terakhir, sebelumnya gak pernah ada turun, karena memang industri asuransi tumbuh terus," kata Presiden Direktur PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk atau Tugu Insurance, Indra Baruna, dalam Program Ngobrol Seru IDN Times, Jumat (11/2/2022).

Indra menambahkan, kontraksi yang terjadi pada industri asuransi selama tahun pertama pandemik COVID-19 mencapai sekitar 40 persen.

1. Kontraksi asuransi disebabkan menurunnya industri otomotif

Ilustrasi pabrik. (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho)

Kontraksi yang terjadi pada industri asuransi salah satunya disebabkan oleh penurunan drastis dari sisi industri otomotif.

Indra menjelaskan, industri otomotif sempat turun hingga 80 persen selama awal pandemik. Kenaikan perlahan yang dialami industri otomotif pun nyatanya tidak banyak membantu, lantaran belum bisa sampai level prapandemik.

"Perlahan memang naik, tapi belum bisa mencapai lebih dari 60 persen dari sales sebelumnya, artinya hanya setengah saja, setengah lebih dari sales sebelumnya. Dampaknya sangat besar terhadap industri asuransi, kerugian karena asuransi kendaraan bermotor itu adalah portofolio terbesar setelah properti di industri asuransi," tutur Indra.

2. Turunnya harga minyak dunia turut mempengaruhi industri asuransi

Ilustrasi Penurunan Harga Minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Selain itu, Indra juga menjelaskan bahwa turunnya harga minyak turut memberikan pengaruh terhadap kontraksi industri asuransi selama tahun pertama pandemik.

Harga minyak dunia, kata Indra, sempat ada di level 20 dolar Amerika Serikat (AS) per barel ketika COVID-19 melanda. Padahal, harga minyak dunia sebelumnya ada di kisaran 46-50 dolar AS per barel.

"Tentu ini juga memengaruhi, apalagi kalau asuransi itu bergerak di sektor energi seperti Tugu ini ya, karena menurunnya harga minyak maka value dari minyak yang diangkut itu ikut turun, sehingga ini terpengaruh dari sisi asuransi pengangkutan minyak," kata dia.

3. Kinerja Tugu Insurance pada 2020

PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (Tugu Insurance) berhasil mempertahankan predikat bertaraf global Financial Strength Rating A- (Excellent) dan Long-Term Issuer Credit Rating of “a-” (Excellent) dari A.M. Best 6 tahun berturut-turut. (Dok. Istimewa)

Lantas bagaimana dengan kinerja Tugu Insurance pada 2020 silam?

Indra pun menceritakan, Tugu Insurance turut terkena dampak dari kontraksi industri asuransi yang terjadi kala itu.

Kendati terdampak, Tugu Insurance disebut Indra masih sanggup menghasilkan laba atau profit.

"Performance Tugu di 2020 selama pandemik terjadi penurunan sebesar enam persen, tapi kita Alhamdulillah masih bisa me-manage performance dari Tugu Insurance untuk tetap menghasilkan profit, dan bahkan kita masih bisa meng-generate profit di atas Rp200 miliar pada 2020," kata Indra.

Kalau kamu ingin mengetahui bagaimana jatuh bangun industri asuransi di tengah pandemik COVID-19, termasuk perjuangan Tugu Insurance, silahkan simak wawancara lengkapnya di bawah ini!

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Vanny El Rahman
EditorVanny El Rahman
Follow Us