Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Daging Sapi AS Hilang dari Menu Restoran Beijing, Dampak Tarif Trump

Ilustrasi daging sapi (freepik.com/rawpixel.com)
Ilustrasi daging sapi (freepik.com/rawpixel.com)
Intinya sih...
  • Restoran di Beijing menghapus daging sapi AS dari menu karena tarif tinggi yang membuat harganya tak terjangkau.
  • Pemasok daging melaporkan kehilangan 80 persen pasokan daging AS dan restoran harus beralih ke sumber lain seperti Australia dan Selandia Baru.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Suasana di Home Plate BBQ, restoran bergaya Amerika di Beijing tampak sibuk pada Senin (21/4/2025). Para staf sedang mencetak ulang menu untuk menghapus hidangan berbahan daging sapi asal Amerika Serikat (AS), yang kini terdampak perang dagang antara AS dan China.

Tarif tinggi yang diberlakukan Beijing membuat daging sapi AS tak lagi terjangkau, memaksa restoran beralih ke sumber lain. Perubahan ini mencerminkan dampak nyata eskalasi konflik perdagangan antara dua ekonomi terbesar dunia, yang kini mengguncang industri kuliner di ibu kota China.

1. Tarif membumbung, daging sapi AS tersingkir

Ilustrasi daging sapi (pixabay.com/tomwieden)
Ilustrasi daging sapi (pixabay.com/tomwieden)

Beijing memberlakukan tarif balasan sebesar 125 persen untuk barang impor AS, termasuk daging sapi, ditambah tarif reguler 22 persen, pada Selasa (8/4). Akibatnya, harga daging sapi AS melonjak, membuat restoran seperti Home Plate BBQ tak mampu mempertahankannya sebagai bahan utama.

“Daging sapi AS adalah bintang di menu kami, tapi sekarang harganya tak masuk akal,” kata Adam Han, salah satu pendiri Home Plate BBQ, yang kini beralih ke daging sapi Australia, dikutip dari Free Malaysia Today.

Restoran ini, yang mengonsumsi 7-8 ton brisket per bulan, akan menghabiskan stok daging AS dalam beberapa minggu sebelum sepenuhnya menggunakan alternatif dari Australia.

2. Dampak meluas ke restoran lain

ilustrasi bendera China (pixabay.com/glaborde7)
ilustrasi bendera China (pixabay.com/glaborde7)

Tren serupa terjadi di banyak restoran bergaya Amerika di Beijing. Seorang pemasok daging di ibu kota, yang meminta namanya dirahasiakan, mengatakan bahwa sebagian besar kliennya kini beralih ke daging dari Australia atau Selandia Baru karena tarif yang menghancurkan.

“Kami kehilangan 80 persen pasokan daging AS dalam sebulan terakhir,” ungkap pemasok tersebut.

Pergeseran ini tidak hanya mengubah menu, tetapi juga meningkatkan biaya operasional restoran, yang terpaksa menyesuaikan harga atau mengurangi porsi untuk tetap kompetitif.

3. Perang dagang mengubah peta perdagangan

Perang Amerika vs China (pexels.com/i@karolina-grabowska)
Perang Amerika vs China (pexels.com/i@karolina-grabowska)

Ekspor daging sapi AS ke China, yang bernilai 125 juta dolar AS (Rp2,1 triliun) per bulan, hanya sebagian kecil dari total perdagangan kedua negara. Namun, hilangnya daging sapi AS dari menu restoran Beijing menjadi simbol dampak perang dagang yang lebih luas.

“Ini baru awal, lebih banyak produk AS akan terkena dampak,” kata seorang analis perdagangan di Beijing, dikutip dari CNN Business.

Pergeseran ini mendorong China memperluas mitra dagangnya, seperti ASEAN, yang mencatatkan nilai perdagangan 234 miliar dolar AS (Rp3,9 kuadriliun) pada kuartal pertama 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us