Defisit Perdagangan, Perekonomian Korea Selatan Mulai Terbebani

Jakarta, IDN Times - Korea Selatan mengalami defisit perdagangan sebesar 1,71 dolar AS atau 2,12 triliun won pada Mei 2022, berdasarkan data pemerintah setempat pada Rabu (1/6/2022).
Pemerintah Korea Selatan memang sedang berusaha untuk meningkatkan kapasitas ekspor mereka.
Namun, kenaikan harga komoditas utama yang diimpor berdampak pada keseimbangan perdagangan Korea Selatan. Adanya defisit perdagangan yang besar tersebut dikhawatirkan akan mempengaruhi perekonomian dalam negeri.
1. Korea Selatan sudah mengalami defisit perdagangan dalam dua bulan terakhir
Ini merupakan defisit perdagangan Korea Selatan ketiga pada 2022. Pada April 2022, Seoul mengalami defisit perdagangan lebih besar, yaitu 2,51 dolar AS.
Tren negatif perdagangan ini membuat pemerintah setempat khawatir akan perekonomiannya.
Kenaikan harga komoditas seperti minyak, mineral, dan sejumlah makanan berpengaruh pada ketidakstabilan neraca perdagangan Korea Selatan. Ketidakstabilan geopolitik global diyakini juga turut ambil andil atas kenaikan harga di beberapa komoditas.
Para pengamat ekonomi mengatakan, Korea Selatan bisa saja mengalami defisit perdagangan sepanjang 2022 ini, dilansir The Korea Times. Para pengamat juga menggarisbawahi adanya dampak dari Perang Ukraina-Rusia dan situasi COVID-19 di China.
2. Ekspor naik 21,3 persen, Korea Selatan tetap alami defisit perdagangan

Menurut data Kementerian Perdagangan Korea Selatan, nilai ekspor Korea Selatan pada Mei 2022 sebesar 61,52 miliar dolar AS. Angka ini naik sebesar 21,3 persen jika dibandingkan dari April 2022.
Bahkan, sepanjang 20 hari pertama Mei, kenaikan nilai ekspor Korea Selatan mencapai 24 persen, dilansir The Korea Herald. Produk keripik dan minyak diketahui mengalami peningkatan ekspor.
Walau begitu, nilai impor Korea Selatan mencapai 63,22 miliar dolar AS. Jumlah ini naik sebesar 32 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
3. Pemulihan ekonomi di AS cukup mengoptimalkan nilai ekspor Korea Selatan
Korea Selatan dikabarkan mengalami penurunan ekspor di Eropa akibat Perang Ukraina-Rusia terjadi. Selain itu, kebijakan lockdown China juga berdampak pada melemahnya ekspor Korea Selatan.
Walau begitu, pemulihan ekonomi di Amerika Serikat (AS) cukup membantu pertambahan nilai ekspor Korea Selatan. Beberapa kawasan juga dikabarkan telah membuka keran perdagangan dengan Negeri Ginseng, yang pastinya dapat meningkatkan optimisme perekonomian Seoul.
"“Ekspor ke wilayah di mana ekonomi dibuka kembali, termasuk AS, UE, Timur Tengah dan Amerika Tengah/Selatan, semuanya tumbuh juga, sehingga terlalu dini untuk menentukan bahwa ekspor sedang mendingin,” kata Ha Keon-hyeong, ekonom di Shinhan Investment Corp, dilansir Bloomberg.