Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Fakta-Fakta WeWork Bangkrut, Utang Menggunung

wework.com

Jakarta, IDN Times - WeWork secara resmi telah mengumumkan kebangkrutannya. WeWork adalah perusahaan asal Jepang di Amerika Serikat (AS).

Perusahaan ini menyediakan ruang kerja bersama untuk perusahaan rintisan teknologi, wiraswasta, pekerja lepas, UKM, dan perusahaan besar.

Dilansir Global Business Outlook, pada 6 November 2023 perusahaan tersebut menyatakan akan melakukan reorganisasi menyeluruh untuk memperkuat struktur modal dan kinerja keuangannya.

Langkah itu diambil dengan tujuan memposisikan perusahaan untuk meraih kesuksesan di masa depan. Berikut fakta-fakta yang perlu diketahui!

1. Punya valuasi ratusan triliun hingga akhirnya terlilit utang

Ilustrasi gedung perkantoran/Unsplash.com

Kesulitan keuangan yang dialami WeWork telah diketahui secara luas selama bertahun-tahun. Hal itu sebagian disebabkan oleh keputusan mantan CEO, Adam Neumann.

Perusahaan ini pernah memiliki valuasi atau nilai sebesar 47 miliar dolar AS (Rp733,2 triliun). Perusahaan yang didukung oleh SoftBank Group ini gagal untuk go public. Akibatnya, nilainya menurun secara signifikan.

Menurut laporan Reuters, WeWork memiliki utang jangka panjang bersih sebesar 2,9 miliar dolar AS (Rp45,24 triliun) pada Juni 2023, dan lebih dari 13 miliar dolar AS (Rp202,8 triliun) dalam bentuk sewa jangka panjang.

2. Ajukan perlindungan kepailitan

ilustrasi bangkrut (pixabay/SimonMichaelHill)

Perusahaan telah mengajukan perlindungan di bawah Bab 11 Kode Kepailitan AS. Hal itu berkaitan dengan reorganisasi dan restrukturisasi untuk bisnis yang menghadapi kesulitan keuangan.

Bab tersebut memungkinkan perusahaan untuk melanjutkan operasi sambil mengembangkan rencana untuk membayar kreditor.

Namun, perusahaan mengklarifikasi bahwa lokasinya di luar AS dan Kanada tidak termasuk dalam proses tersebut. Demikian pula, para pemegang waralaba perusahaan di seluruh dunia tidak terpengaruh oleh proses ini.

"WeWork akan merasionalisasi lebih lanjut portofolio sewa kantor komersialnya sambil tetap berfokus pada kelangsungan bisnis dan memberikan layanan terbaik di kelasnya kepada para anggotanya, karena operasi global diperkirakan akan terus berlanjut seperti biasa," kata WeWork.

3. Bos WeWork janji perbaiki neraca keuangan

ilustrasi keuangan perusahaan (pexels.com/fauxels)

CEO WeWork, David Tolley, telah mengakui keputusan buruk sebelumnya. Dia mengatakan, sekarang saatnya bagi perusahaan untuk secara agresif menangani sewa warisan dan secara signifikan meningkatkan neraca keuangannya.

Meskipun ruang kantor tetap terbuka dan beroperasi, masih belum jelas apa yang akan terjadi di masa depan untuk WeWork dan bagaimana portofolio ruang kantornya dapat berubah. Namun demikian, pelanggan seharusnya tidak akan terpengaruh.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us