Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Gejolak Global Bertubi-Tubi, Menkeu Minta Tingkatkan Kewaspadaan

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Jakarta,IDN Times - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengajak seluruh pihak untuk terus mewaspadai berbagai gejolak global yang meningkat dengan munculnya perang geopolitik, inflasi hingga naiknya harga komoditas.

Kondisi ini dinilainya akan melemahkan kinerja ekonomi di berbagai negara termasuk Indonesia.

"Harga minyak tinggi karena perang Ukraina-Rusia yang kini terjadi dan muncul perang Hamas dan Israel yang berpotensi melebar ke seluruh Timur Tengah. Ini adalah gejolak dunia yang harus kita terus waspadai karena gejolak bertubi-tubi," ucap Sri Mulyani dalam webinar Penyerahan Insentif Fiskal Dalam Rangka Pengendalian Inflasi Daerah Periode Ketiga TA 2023, Senin (6/11/2023).

1. IMF telah revisi pertumbuhan ekonomi global di 2024 jadi 2,9 persen

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurutya, Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan terkininya telah  merevisi pertumbuhan ekonomi global sebesar tiga persen tahun ini. Sementara 2024 melemah ke 2,9 persen.

Hal ini dipengaruhi oleh perkembangan beberapa negara maju yang mengalami tekanan seiring dinamika perkembangan ekonomi dunia. 

 

2. Ekonomi AS, China dan Eropa pengaruhi ekonomi dunia 40 persen

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Menkeu merinci beberapa negara yang mulai mengalami pelemahan ekonomi yakni Amerika Serikat, China dan Eropa yang tengah berjuang untuk mengelola ekonominya karena inflasi yang meningkat, harga komoditas naik tinggi. 

"Negara-negara besar seperti AS, China dan Eropa memiliki pengaruh yang besar terhadap ekonomi dunia, karena ketiga negara tersebut mempengaruhi laju ekonomi dunia lebih dari 40 persen," ujarnya. 

3. Kebijakan The Fed picu gejolak di pasar keuangan global

Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Ia mengatakan pemerintah AS tengah berupaya untuk mengendalikan inflasi kembali ke 2 persen (Yoy). Langkah menjinakkan inflasi pun ditempuh melalui kebijakan moneter The Fed yang agresif dalam menaikkan suku bunga acuan dan saat ini suku bunganya sudah berada di kisaran 5,25 persen-5,5 persen. 

"Inflasi tinggi sehingga The Fed menaikkan suku bunganya secara ekstrem yakni 5 persen, hanya dalam waktu 14 bulan. Kondisi ini pun menyebabkan aliran modal asing keluar dari seluruh negara dan kembali ke Amerika Serikat," jelasnya.

Kenaikan suku bunga The Fed pun telah memicu gejolak di pasar keuangan global. Kondisi ini pun menyebabkan depresiasi mata uang di sejumlah negara 

"Depresiasi dari mata uangnya pasti depresiasi itu mempengaruhi inflasi namanya importir inflation inflasi yang berasal dari barang-barang impor terkena dampak dari policy yang ada di Amerika Serikat," pungkasnya. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Triyan Pangastuti
EditorTriyan Pangastuti
Follow Us