Instagram.com/@smindrawati
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani mengklaim perekonomian Indonesia sudah membaik, meski pada kuartal III mencatatkan pertumbuhan minus 3,49 persen dan terjun pada jurang resesi. Angka ini lebih baik dibanding pertumbuhan ekonomi pada kuartal II yang minus 5,32 persen.
"Hal ini menunjukkan bahwa proses pemulihan ekonomi dan pembalikan arah atau turning point dari aktivitas-aktivitas ekonomi nasional menunjukkan ke arah zona positif," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers daring, Kamis (5/11/2020).
Di sisi anggaran, konsumsi Rumah Tangga sudah membaik dari triwulan sebelumnya minus 5,5 persen menjadi minus 4 persen dibanding tahun lalu. Hal ini didukung belanja perlindungan sosial dari pemerintah yang meningkat drastis.
Kedua, Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) mengalami peningkatan dari minus 8,6 persen pada triwulan II menjadi minus 6,5 persen, dibanding tahun lalu pada triwulan III.
"Peningkatan PMTDB didukung berbagai indikator investasi, seperti penjualan semen, penjualan kendaraan niaga dan impor barang modal, yang telah mengalami perbaikan meskipun masih di zona kontraktif. Komponen bangunan masih sedikit melambat walau pun keberlanjutan proyek pembangunan fisik yang sempat tertunda sudah mulai kembali berjalan," kata Sri Mulyani.
Ketiga, tren perbaikan kinerja ekonomi nasional, konsumsi dan investasi yang diharapkan akan terus meningkat seperti tercermin dari Purchasing Manager Index (PMI) Manufaktur Indonesia dan data penjualan ritel.
PMI Manufaktur Indonesia pada triwulan III naik ke level 48,3, setelah sempat turun tajam pada triwulan II pada level 31,7. Indeks Penjualan Riil juga pulih dengan tumbuh minus 9,6 persen dibanding kinerja pada triwulan II, yang terkontraksi dalam hingga minus 18,2 persen.
"Berbagai kebijakan baik dari fiskal, moneter, dan sektor keuangan yang berupa relaksasi, insentif, dan kemudahan diharapkan mampu mendorong proses pemulihan ekonomi dan peningkatan investasi secara lebih cepat," ujar Sri Mulyani.