Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Harga Emas Bakal Terus Turun? Ini Analisis dan Faktornya

Ilustrasi emas batangan Antam dengan bahan baku dari Freeport Indonesia. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Ilustrasi emas batangan Antam dengan bahan baku dari Freeport Indonesia. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Intinya sih...
  • Analisis pergerakan harga emas oleh para analis seperti Suki Cooper dan Matt Simpson
  • Lima faktor penurunan harga emas menurut OCBC NISP
  • Manfaatkan momen penurunan harga emas untuk membeli fisik atau digital di OCBC NISP
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Harga emas dunia mengalami penurunan sejak pekan kemarin. Di awal pekan ini, harga emas di pasar spot diperdagangan di level 3.320 dolar Amerika Serikat (AS) per troy ounce (toz) atau setara Rp53,9 juta (kurs Rp16.232 per dolar AS).

Dikutip dari situs resmi OCBC NISP, pekan lalu, tepatnya pada Kamis, (3/7/2025), harga emas lebih dari 2 persen, mencapai level terendah sejak awal April. Penurunan itu dipicu oleh meningkatnya optimisme pasar terkait kesepakatan dagang antara AS dan China. Hal itu membuat investor beralih dari emas sebagai aset aman ke instrument berisiko lebih tinggi.

Lalu, ke depannya bagaimana pergerakan harga emas? Akankah terus turun?

1. Analisis pergerakan harga emas

Petugas menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas Antam, Jakarta, pada 28 Juli 2020. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Petugas menunjukkan emas batangan yang dijual di Butik Emas Antam, Jakarta, pada 28 Juli 2020. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Meskipun harga emas sempat mengalami penurunan, para analis menilai bahwa penurunan tersebut sifatnya sementara dan masih ada peluang kenaikan di masa depan.

Analis dari Stanford Chartered, Suki Cooper, memperkirakan harga emas akan mencapai rekor tertinggi pada kuartal kedua 2025.

Risiko geopolitik di Ukraina dan Timur Tengah serta ketidakpastian ekonomi global jadi penyebabnya.

Analis senior dari City Index, Matt Simpson mengungkapkan, meskipun volatilitas masih terjadi, emas tetap menjadi aset pelindung yang diminati banyak investor. Dia memperkirakan harga emas akan bertahan di sekitar level 3.080 dolar AS per troy ounce atau setara Rp49,9 juta untuk sementara waktu.

Nitesh Shah dari Wisdom Tree memperkirakan harga emas bisa naik hingga mendekati 3.600 dolar AS atau setara Rp58,43 juta per troy ounce pada awal 2026. Terutama jika ketegangan geopolitik dan risiko perang dagang meningkat.

Melalui berbagai faktor yang mendukung potensi kenaikan, harga emas diperkirakan tidak akan terus turun dalam waktu dekat.

2. Lima faktor penurunan harga emas

Produk emas batangan (logam mulia) yang dijual toko emas. (IDN Times/Vadhia Lidyana)
Produk emas batangan (logam mulia) yang dijual toko emas. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

OCBC NISP menjabarkan ada lima faktor yang bisa mendorong penurunan harga emas, sebagai berikut:

  1. Kenaikan suku bunga acuan bank sentral

  2. Penguatan nilai tukar dolar AS

  3. Stabilitas ekonomi global yang membuat investor wait and see

  4. Turunnya permintaan fisik emas

  5. Kebijakan pemerintah dan bank sentral.

3. Manfaatkan momen penurunan harga emas untuk membeli

Emas batangan Galeri24 PT Pegadaian. (IDN Times/Uni Lubis)
Emas batangan Galeri24 PT Pegadaian. (IDN Times/Uni Lubis)

Di saat harga emas menurun, masyarakat bisa memanfaatkan momentumnya untuk membeli emas fisik, atau emas digital.

Meski saat ini penuh ketidakpastian, emas masih berstatus sebagai safe haven asset membuat emas bisa jadi pelindung nilai ketika kondisi dan situasi ekonomi sedang sulit. 

Untuk memanfaatkan momentum ini, masyarakat bisa membeli emas di mana pun, salah satunya di OCBC NISP, baik secara online atau offline.

OCBC Mobile adalah mobile banking dari OCBC yang akan memudahkan keperluan transaksi nasabah hanya melalui ponsel.

Selain transaksi harian, platform ini juga dilengkapi dengan fitur investasi yang lengkap, termasuk Tabungan Emas. 

OCBC merupakan bank pertama yang menghadirkan produk Tabungan Emas digital yang bekerja sama dengan Pegadaian.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us