Harga Emas Melesat ke Level Tertinggi Sepanjang Sejarah, Ini Pemicunya

- Harga emas mencapai rekor baru, tembus 3.000 dolar AS per troy ons pada perdagangan Jumat (14/3/2025).
- Permintaan emas tinggi akibat ketidakpastian global dan ketegangan geopolitik, dipicu oleh kebijakan tarif agresif pemerintahan Trump.
Jakarta, IDN Times – Harga emas mencetak rekor baru dalam sejarah dengan menembus 3.000 dolar AS per troy ons pada perdagangan Jumat (14/3/2025). Lonjakan harga logam mulia ini dipicu oleh meningkatnya permintaan aset safe-haven di tengah ketidakpastian global, termasuk kebijakan tarif agresif dari pemerintahan Trump dan ketegangan geopolitik.
Harga emas sempat menyentuh level tertinggi 3.005 dolar AS sebelum terkoreksi ke 2.994 dolar AS pada pukul 09.04 waktu New York. Kenaikan ini melanjutkan tren positif emas, yang telah naik sekitar 13,5 persen sepanjang 2025 setelah melonjak 27 persen pada tahun sebelumnya.
1. Investor berbondong-bondong beralih ke emas

Permintaan emas yang tinggi didorong oleh kekhawatiran investor terhadap ketidakstabilan ekonomi. Jason Hollands, Managing Director di Evelyn Partners, menggambarkan emas sebagai “aset panik pilihan utama” di tengah ketidakpastian perdagangan global yang dipicu oleh kebijakan tarif pemerintahan Trump.
“Lonjakan harga emas mencerminkan ketidakpastian ekstrem yang dihadapi sistem perdagangan global saat ini akibat pendekatan tarif yang agresif dan tidak menentu dari pemerintahan Trump, serta langkah-langkah balasan yang menyertainya,” ujar Hollands, dikutip dari CNN International.
Kebijakan tarif terbaru mencakup pungutan 25 persen terhadap semua impor baja dan aluminium ke AS, yang mulai berlaku pada Rabu (12/3). Langkah ini langsung mendapat respons dari Kanada dan Uni Eropa, yang memberlakukan tarif balasan. Situasi semakin memanas setelah Trump mengancam akan mengenakan tarif 200 persen pada minuman beralkohol dari Eropa jika UE tidak membatalkan tarif 50 persen terhadap produk minuman beralkohol AS.
2. Gejolak geopolitik dan melemahnya dolar jadi pendorong tambahan

Selain faktor ekonomi, ketegangan geopolitik turut memperkuat posisi emas sebagai aset pelindung nilai. Konflik berkepanjangan di Ukraina, khususnya penolakan Rusia terhadap proposal gencatan senjata 30 hari yang diajukan AS, semakin meningkatkan ketidakpastian global.
"Penolakan Rusia terhadap gencatan senjata 30 hari yang diusulkan AS di Ukraina telah memicu ketidakstabilan geopolitik," kata Viktoria Kuszak, analis riset di Sucden Financial.
Ia menambahkan, permintaan emas terus meningkat seiring dengan ketegangan di Eropa Timur serta langkah bank sentral global yang menambah cadangan emas mereka.
Salah satu faktor lain yang turut mendorong harga emas adalah pelemahan dolar AS. Karena emas diperdagangkan dalam dolar, mata uang yang lebih lemah membuat emas lebih menarik bagi investor di luar Amerika Serikat.
3. Pasar saham terpukul, emas jadi alternatif investasi

Kenaikan emas terjadi seiring dengan koreksi tajam di pasar saham. Indeks S&P 500 mengalami penurunan lebih dari 10,1 persen dalam 20 hari terakhir setelah mencapai rekor tertinggi 6.144,15 pada 19 Februari 2025. Koreksi ini merupakan yang tercepat keenam sejak 1950.
Sementara itu, Nasdaq Composite anjlok 14,2 persen sejak puncaknya pada 16 Desember 2024, dan Dow Jones Industrial Average turun 9,4 persen dari level tertinggi pada 4 Desember 2024.
“Tak ada tempat untuk berlindung selain memarkir uang tunai ke logam mengilap yang mencetak rekor tertinggi sepanjang masa,” ujar Robert Yawger dari Mizuho Securities USA dalam catatannya kepada investor, dikutip dari The Street.
Bagi investor yang ingin berpartisipasi dalam reli emas, terdapat beberapa opsi, termasuk membeli kontrak berjangka, ETF seperti SPDR Gold Shares, atau saham produsen emas seperti Newmont Mining, yang telah naik 22,6 persen sepanjang 2025.
Meskipun harga emas saat ini berada di level tertinggi sepanjang sejarah, pasar tetap waspada terhadap potensi spekulasi berlebihan, seperti yang terjadi pada 2011 ketika emas melonjak hampir 59 persen di tengah kekhawatiran inflasi. Dengan dinamika pasar yang terus berubah, investor kini mencermati langkah-langkah kebijakan moneter dan perkembangan geopolitik untuk menentukan arah emas ke depan.