Emas dan Perak Cetak Rekor, Investor Ramai Sindir Bitcoin

- Lonjakan logam mulia dan tekanan di pasar kripto: Emas dan perak mencetak rekor harga baru sepanjang tahun, sementara bitcoin dan ether mengalami penurunan harga. Kritik terhadap bitcoin datang dari investor emas, menyoroti volatilitas kripto dan keunggulan emas.
- Kritik terhadap bitcoin di tengah reli logam: Peter Schiff menyindir kinerja bitcoin yang tidak naik bersama saham teknologi atau logam mulia. Bitcoin berada di jalur penutupan tahun di zona negatif, jarang terjadi dalam sejarah perdagangan aset tersebut.
Jakarta, IDN Times – Investor emas dan perak menutup tahun ini dengan performa kuat, sementara aset kripto justru tertinggal. Kenaikan tajam harga logam mulia mendorong perbandingan langsung dengan pasar kripto, yang dipimpin oleh penurunan harga bitcoin sepanjang tahun berjalan.
Pada Jumat (26/12/2025), kontrak berjangka emas menembus level 4.550 dolar AS dan bertahan di sekitar rekor tertinggi sepanjang masa. Pencapaian ini menutup satu tahun, di mana emas mencetak lebih dari 50 rekor harga baru. Di sisi lain, perak juga melonjak tajam hingga melampaui 75 dolar AS per ons, memperpanjang kenaikan year-to-date menjadi sekitar 150 persen.
1. Lonjakan logam mulia dan tekanan di pasar kripto

Reli harga perak disebut bersifat parabolik, didorong oleh kekhawatiran terhadap keterbatasan pasokan fisik di tengah permintaan industri yang tetap kuat. Selain emas dan perak, logam lain seperti platinum dan tembaga juga mencatatkan rekor harga baru sepanjang tahun ini.
Kinerja tersebut kontras dengan pasar kripto. Bitcoin tercatat turun sekitar 6 persen sepanjang tahun berjalan, sementara ether berada di jalur penurunan tahunan sekitar 12 persen. Perbedaan kinerja ini menjadi sorotan sejumlah pelaku pasar yang membandingkan daya tahan logam mulia dengan volatilitas kripto.
Pendiri Navellier & Associates, Louis Navellier menilai, momentum saat ini berpihak pada emas.
“Dengan emas kini naik hampir 70% pada 2025 dan sebagian besar mata uang kripto berada di zona negatif, waktunya telah tiba bagi para pelaku kripto untuk beralih ke emas,” ujarnya awal pekan ini, dilansir Yahoo Finance.
Navellier menyoroti pembelian oleh bank sentral, volatilitas yang lebih rendah, serta likuiditas pasar emas yang dinilainya lebih baik dibandingkan aset kripto.
2. Kritik terhadap bitcoin di tengah reli logam
Kritik terhadap kinerja bitcoin juga datang dari investor emas lama sekaligus pengkritik kripto, Peter Schiff. Melalui platform X, Schiff menulis, “Jika Bitcoin tidak naik ketika saham teknologi naik, dan tidak naik ketika emas dan perak naik, lalu kapan ia akan naik? Jawabannya: tidak akan.”
Kenaikan logam mulia ke level tertinggi sepanjang masa terjadi saat kripto berada di jalur penutupan tahun di zona negatif. Bitcoin juga berupaya menghindari bulan penurunan ketiga berturut-turut, sebuah kondisi yang jarang terjadi dalam sejarah perdagangan aset tersebut.
Untuk pertama kalinya sejak 2014, bitcoin juga bergerak menyimpang dari pasar saham, meskipun lingkungan regulasi dinilai lebih kondusif dan adopsi kripto di Wall Street meningkat.
3. Tekanan harga dan dinamika jangka pendek bitcoin

Harga bitcoin masih kesulitan pulih setelah aksi jual oleh pemegang jangka panjang serta likuidasi paksa yang mendorong harga turun sekitar 30 persen. Dari rekor tertinggi mendekati 126.000 dolar AS pada Oktober, Bitcoin merosot ke level sedikit di atas 87.000 dolar AS pada Jumat (26/12).
Kepala aset digital Fundstrat, Sean Farrell mengatakan, pergerakan harga bitcoin yang relatif sempit belakangan ini tidak mengejutkan.
“Reli Santa biasanya ditandai dengan investor menjual aset yang merugi dan membeli aset yang berkinerja baik menjelang akhir tahun,” kata Farrell dalam video untuk klien awal pekan ini.
Farrell menambahkan,“Saya pikir banyak orang tidak mau mengambil risiko besar pada aset yang berkinerja buruk selama sebagian besar beberapa bulan terakhir.”
Meski demikian, dia menyebut potensi pemantulan harga pada Januari. “Dengan asumsi Desember ditutup merah, sejarah menunjukkan Januari cenderung hijau,” ujarnya.
Penutupan negatif selama tiga bulan berturut-turut sendiri tercatat hanya terjadi sekitar 15 kali sepanjang sejarah bitcoin.
4. Revisi target harga dari Wall Street

Pandangan hati-hati juga tercermin dari lembaga riset kripto 10X Research. Dalam catatan terbarunya, perusahaan tersebut menyebut, ini bisa menjadi momen yang tepat untuk mencoba pemulihan yang lebih berkelanjutan, karena unsur-unsurnya akhirnya telah terpenuhi: koreksi 30 persen, penurunan selama 2,5 bulan, dan indikator teknikal yang telah sepenuhnya diatur ulang.
Sementara itu, sejumlah strategis Wall Street telah menurunkan target harga bitcoin. Standard Chartered memangkas target harga akhir tahun bitcoin menjadi 100 ribu dolar AS dari sebelumnya 200 ribu dolar AS. Kepala aset digital Standard Chartered, Geoff Kendrick, juga memangkas target 2026 menjadi 150 ribu dolar AS dari 300 ribu dolar AS.
Pergerakan harga sepanjang tahun ini menempatkan logam mulia dan aset kripto pada jalur yang berbeda, dengan emas dan perak mencatatkan reli kuat, sementara bitcoin dan aset kripto lainnya masih berada di bawah tekanan menjelang pergantian tahun.


















