Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Inflasi Inggris Tembus 3,5 Persen, Lampaui Proyeksi

ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)
ilustrasi inflasi (vecteezy.com/Khunkorn Laowisit)
Intinya sih...
  • Inflasi tahunan Inggris mencapai 3,5 persen pada April 2025, melampaui prediksi analis dan Bank Sentral Inggris.
  • Kenaikan harga air, listrik, gas, dan bahan bakar lain turut mempengaruhi inflasi yang disebabkan oleh kebijakan domestik.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Lonjakan inflasi tahunan Inggris mencapai 3,5 persen pada April 2025, melampaui prediksi para analis. Angka ini lebih tinggi dari proyeksi ekonom yang disurvei Reuters, yaitu 3,3 persen, dan Bank Sentral Inggris (BoE) yang memperkirakan 3,4 persen.

Sebelumnya, inflasi tercatat melambat ke 2,8 persen pada Februari. Sementara Maret 2025, tercatat sebesar 2,6 persen.

Kenaikan juga terlihat pada inflasi inti, yang mengecualikan harga energi, makanan, alkohol, dan tembakau. Inflasi inti tercatat naik menjadi 3,8 persen dari sebelumnya 3,4 persen pada Maret. Sektor penyumbang terbesar kenaikan inflasi adalah perumahan dan layanan rumah tangga, transportasi, serta rekreasi dan budaya.

Berdasarkan data Office for National Statistics (ONS), harga listrik, gas, dan bahan bakar lain naik 6,7 persen dalam setahun terakhir. Sementara itu, tagihan air dan pembuangan limbah melonjak 26,1 persen dalam sebulan, menjadi kenaikan bulanan tertinggi sejak setidaknya Februari 1988.

1. Kebijakan upah dan pajak ikut picu tekanan harga

ilustrasi membayar pajak (IDN Times/Aditya Pratama)
ilustrasi membayar pajak (IDN Times/Aditya Pratama)

Kenaikan harga juga dipicu oleh sejumlah kebijakan domestik yang mulai berlaku pada April. Lonjakan iuran asuransi nasional bagi pemberi kerja, kenaikan upah minimum nasional, dan peningkatan pajak kendaraan mendorong perusahaan untuk menyesuaikan harga jual mereka. Langkah-langkah ini memberikan tekanan tambahan yang memperbesar biaya hidup masyarakat.

Monica George Michail dari National Institute of Economic and Social Research menjelaskan, beban biaya perusahaan berasal dari kebijakan upah minimum, iuran asuransi nasional, dan kenaikan harga yang diatur. Ia mengatakan, sebagian dari tekanan biaya ini akan dibebankan ke konsumen dalam bentuk harga yang lebih tinggi. Ia memperkirakan BoE hanya akan menurunkan suku bunga satu kali lagi sepanjang 2025.

British Chambers of Commerce menyoroti kekhawatiran serupa di kalangan pelaku usaha. Mereka mencatat 55 persen perusahaan memperkirakan akan menaikkan harga dalam beberapa bulan ke depan akibat kombinasi tekanan biaya tenaga kerja dan tarif global. Kenaikan harga-harga ini bisa menambah beban rumah tangga yang sebelumnya sudah menghadapi tekanan dari lonjakan biaya utilitas.

2. BoE tetap pangkas suku bunga meski inflasi naik

Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Suku Bunga (IDN Times/Aditya Pratama)

Meski inflasi melonjak, BoE tetap memangkas suku bunga acuannya menjadi 4,25 persen pada 8 Mei 2025. BoE memproyeksikan inflasi akan naik sementara hingga 3,7 persen pada kuartal III, sebagian disebabkan oleh tarif energi dan harga-harga yang diatur seperti tagihan air.

Mereka menyatakan, langkah pemangkasan suku bunga akan dilakukan secara bertahap dan hati-hati demi mencapai target inflasi 2 persen. Keputusan ini tidak sepenuhnya bulat.

Dua anggota komite kebijakan moneter memilih untuk mempertahankan suku bunga, sebuah posisi yang menurut Nicholas Hyett dari Wealth Club kini tampak cukup masuk akal. Hyett menyatakan, inflasi inti yang lebih tinggi menandakan tekanan domestik yang seharusnya bisa dikendalikan oleh kebijakan bank sentral.

Julien Lafargue dari Barclays Private Bank menyebut, laporan inflasi bulan ini sebagai laporan yang cukup berisik. Namun, ia tetap yakin bahwa tren inflasi Inggris secara keseluruhan masih menurun, memberikan ruang bagi BoE untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga tambahan demi mendukung kondisi ekonomi yang stabil.

3. Dampak terhadap pasar dan prospek pertumbuhan ekonomi Inggris

ilustrasi supermarket (pexels.com/Pixabay)
ilustrasi supermarket (pexels.com/Pixabay)

Lonjakan inflasi turut mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kebijakan moneter selanjutnya. Pelaku pasar kini memperkirakan pemangkasan suku bunga selanjutnya baru akan terjadi pada September, bukan Juni atau Agustus 2025 seperti prediksi sebelumnya. Proyeksi pemangkasan suku bunga secara kuartalan tetap dipertahankan hingga 2026 oleh para analis di ING.

Naiknya inflasi jasa, dari 4,7 persen ke 5,4 persen menjadi faktor pendorong utama kenaikan Indeks Harga Konsume (CPI). Peningkatan ini sebagian besar berasal dari kenaikan pajak kendaraan dan efek musiman libur Paskah. Meski begitu, prospek harga energi yang diperkirakan menurun dinilai bisa membatasi risiko inflasi lanjutan sepanjang tahun.

Di sisi pertumbuhan, produk domestik bruto (PDB) Inggris tumbuh 0,7 persen pada kuartal I-2025. Namun, para ekonom menilai ekspansi ini didorong oleh aktivitas yang dimajukan untuk menghindari tarif impor dari AS serta kebijakan pajak bisnis domestik yang baru. Karena itu, mereka memperkirakan laju pertumbuhan tersebut tidak akan terulang pada kuartal berikutnya.

Mel Stride dari oposisi menilai inflasi ini sebagai pukulan bagi keluarga.

“Kenaikan inflasi ini mengkhawatirkan bagi keluarga,” kata Stride, dikutip dari The Guardian.

Ia menuding kebijakan ekonomi Partai Buruh turut memperparah kondisi, ditambah dengan dampak pajak pekerjaan sebesar 3.500 poundsterling (sekitar Rp76,7 juta) per rumah tangga.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us