Jokowi Pamer Kepemilikan Asing di SBN Turun, Anggota DPR Beri Dukungan

Jakarta, IDN Times - Presiden Joko "Jokowi" Widodo sempat bangga kalau kepemilikan asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) sudah turun drastis. Anggota Komisi XI DPR RI, Fauzi Amro, mengatakan penurunan itu merupakan langkah positif dan harus diberi dukungan.
Menurutnya, apabila surat berharga negara dikuasai asing, dapat membahayakan nilai tuakr rupiah. Fauzi mengatakan, upaya penurunan SBN dikuasai asing itu juga harus didukung oleh kementerian/lembaga dalam mereformasi struktural.
"Sejauh ini, kami di DPR masih optimis pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 2023 akan baik dan stabil di tengah ancaman ekonomi global," ujar Fauzi, Kamis (22/12/2022).
1. SBN merupakan instrumen yang dijamin oleh negara

Fauzi menjelaskan, SBN yang dimiliki oleh asing memang tidak salah. Sebab, SBN merupakan instrumen yang dijamin oleh negara.
Namun, apabila jumlahnya banyak, hal itu akan merugikan.
"Bagus, kita mendukung adanya reformasi internal SDM sehingga terjadi efektifitas dan efisiensi dalam birokrasi," kata dia.
"Pak Jokowi mengingatkan itu, reformasi struktural, dalam rangka itu, untuk menekan anggaran," sambungnya.
2. Jokowi sebut porsi kepemilikian asing di SBN turun

Sebelumnya, Presiden Jokowi memamerkan porsi kepemilikan asing terhadap Surat Berharga Negara (SBN) sudah turun drastis.
Dia mengatakan sekitar tahun 2014-2015, porsi kepemilikan asing dari SBN masih lebih dari 30 persen. Saat ini, porsi kepemilikan asing tak sampai 15 persen.
"Termasuk urusan SBN, saat itu 30,85 persen dikuasai asing. Sekarang tinggal 14,8 persen yang dikuasai asing," kata Jokowi dalam acara Outlook Perekonomian 2023 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Rabu (21/12/2022).
3. Nilai tukar rupiah mudah goyah jika SBN dikuasai asing

Jokowi mengatakan, porsi kepemilikan asing yang besar terhadap SBN tidak baik untuk stabilitas nilai tukar rupiah. Sebab, jika perekonomian Indonesia sedang melemah, ancaman arus modal keluar sangatlah tinggi, dan bisa menekan nilai tukar rupiah.
"Kalau dikuasai asing, begitu goyah sedikit makro kita, keluar berbondong-bondong, goyah pasti kurs kita. Ini upaya yang kita lakukan," ucap dia.