KCIC Belum Bayar Klaim, Proyek Whoosh Masih Bebani WIKA Rp5 Triliun

- WIKA menanggung beban proyek Whoosh sebesar Rp5,01 triliun
- WIKA mengalami rugi bersih sebesar Rp3,21 triliun pada kuartal III-2025
- Biaya proyek Whoosh bengkak mencapai Rp20 triliun dengan total utang kereta cepat mencapai Rp120,38 triliun
Jakarta, IDN Times - PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) masih harus menanggung beban proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) Whoosh.
Hingga saat ini, BUMN karya itu masih belum menerima pembayaran klaim Rp5,01 triliun usai mengerjakan konstruksi Whoosh.
Dalam laporan keuangan konsolidasian perusahaan kuartal III-2025, klaim itu dicatat sebagai piutang dalam penyelesaian kontrak (PDPK). Klaim itu diajukan kepada PT Kereta Cepat Indonesia (KCIC) selaku operator Whoosh.
1. Beban proyek Whoosh yang ditanggung WIKA berasal dari pembengkakan biaya proyek

Manajemen menyatakan, klaim sebesar Rp5.019.142.049 itu berasal dari pembengkakan biaya atau cost overrun proyek Whoosh.
"Sampai dengan tanggal otorisasi laporan keuangan konsolidasian, klaim tersebut masih dalam proses negosiasi," tulis manajemen WIKA.
Manajemen juga menyatakan akan melanjutkan upaya klaim melalui arbitrase pihak ketiga.
2. WIKA rugi Rp3,21 triliun

Hingga kuartal III-2025, WIKA membukukan rugi bersih sebesar Rp3,21 triliun. Padahal, pada kuartal III-2024, perusahaan masih membukukan laba sebesar Rp741,43 miliar.
Pendapatan bersih perusahaan mengalami penurunan hingga 27,54 persen menjadi Rp9,09 triliun, dibandingkan kuartal III-2024 yang sebesar Rp12,54 triliun.
WIKA mencatatkan penurunan pendapatan segmen infrastruktur sebesar 41,73 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp3,92 triliun.
Tak hanya itu, pendapatan segmen industri turun dua digit, yakni 25,36 persen (yoy) menjadi Rp2,3 triliun.
Nilai kontrak baru yang dikantongi WIKA juga turun 60,25 persen (yoy) menjadi Rp6,19 triliun, dibandingkan kuartal III-2024 yang mencapai Rp15,58 triliun.
3. Biaya proyek Whoosh bengkak Rp20 triliun

Sebagai informasi, total utang kereta cepat mencapai Rp120,38 triliun. Sebesar 75 persen modal proyek itu dibiayai oleh China Development Bank (CDB) dengan bunga 2 persen per tahun.
Total investasi proyek Whoosh mencapai 7,2 miliar dolar Amerika Serikat (AS). Sementara, target awal hanya 6 miliar dolar AS. Dengan demikian, biaya proyek Whoosh bengkak 1,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp20,05 triliun (kurs Rp16.707,5 per dolar AS).
Pembayaran cost overrun dirancang dengan skema 60 persen dan 40 persen. Di mana sebesar 60 persen atau 720 juta dolar AS dibayar oleh konsorsium Indonesia, dan 40 persen atau senilai 480 juta dolar AS dibayar konsorsium China.
Konsorsium Indonesia sendiri berdiri dengan nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI), dengan kepemilikan saham atas KCIC sebesar 60 persen.
PSBI terdiri dari empat BUMN, yakni PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk atau WIKA, PT Jasa Marga (Persero) Tbk, dan PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) atau PTPN VIII.
Adapun konsorsium China, Beijing Yawan HSR Co. Ltd mengantongi saham KCIC 40 persen.



















