Ketua KSSK Purbaya Pastikan Stabilitas Sistem Keuangan di Kuartal III Terjaga

- KSSK tetap targetkan pertumbuah ekonomi 5,2 persen
- Ketidakpastian ekonomi global masih tinggi
- Sejumlah faktor topang pertumbuhan ekonomi nasional
Jakarta, IDN Times - Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang sekaligus Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan, stabilitas sistem keuangan pada kuartal III-2025 tetap terjaga di tengah ketidakpastian global yang masih tinggi.
“Stabilitas sistem keuangan pada triwulan III-2025 tetap terjaga dan terus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Namun demikian, kami tetap mewaspadai berbagai risiko global yang dapat memengaruhi perekonomian,” ujar Purbaya dalam Konferensi Pers, Senin (3/10/2025).
1. KSSK tetap targetkan pertumbuah ekonomi 5,2 persen

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang beranggotakan Kementerian Keuangan, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan Lembaga Penjamin Simpanan menyepakati untuk memperkuat koordinasi kebijakan, baik di antara anggota KSSK maupun dengan pihak lain, guna menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi mencapai 5,2 persen pada akhir 2025.
“KSSK berkomitmen memperkuat sinergi dan koordinasi kebijakan antar lembaga untuk memastikan stabilitas sistem keuangan tetap terjaga sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional,” ujar Purbaya.
2. Ketidakpastian ekonomi global masih tinggi

Dia mengatakan, pertumbuhan ekonomi dunia masih menghadapi tantangan akibat kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat (AS), sehingga ketidakpastian global tetap tinggi. Meski demikian, ekspektasi perbaikan ekonomi ke depan mulai menguat.
“Ketidakpastian global memang masih tinggi, namun ekspektasi perbaikan ekonomi mulai menguat di AS. Aktivitas ekonomi yang sempat melambat dan pelemahan pasar tenaga kerja mendorong The Fed memangkas suku bunga acuan (Fed Funds Rate) sebesar 25 basis poin pada Oktober 2025, menjadi kisaran 3,75–4 persen,” ujar Purbaya.
3. Sejumlah faktor topang pertumbuhan ekonomi nasional

Adapun di kawasan lain seperti Eropa, Jepang, China, dan India, aktivitas ekonomi masih melemah seiring lesunya konsumsi rumah tangga. Meski demikian, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,0 persen menjadi 3,2 persen dalam outlook terbarunya pada Oktober 2025.
“Meski proyeksi tersebut lebih tinggi dari sebelumnya, angka itu tetap sedikit lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 2024 yang mencapai 3,3 persen. Namun, revisi ini menunjukkan optimisme, didorong oleh ekspansi fiskal di AS serta penurunan inflasi global,” jelas Purbaya.
Sementara itu, momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia menguat dan diperkirakan mencapai target pemerintah pada 2025. Hal ini terlihat dari aktivitas ritel yang tumbuh 5,8 persen secara tahunan pada September.
Selain itu, Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia kembali berada di wilayah ekspansi (di atas 50) selama Agustus–September 2025, didorong oleh kenaikan produksi selama tiga bulan beruntun.
“Pada kuartal III 2025, konsumsi rumah tangga dan investasi tetap terjaga baik dengan dukungan pemerintah bersama otoritas moneter dan sektor keuangan,” kata Purbaya.


















