Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ketum Apindo: Perang Rusia-Ukraina Bikin Ekonomi Dunia Sulit

Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kanan)/ (Presiden Rusia, Vladimir Vladimirovich Putin. twitter.com/KremlinRussia_E, Volodymyr Zelenskyy, Presiden Ukraina (Twitter.com/ Володимир Зеленський))
Presiden Rusia Vladimir Putin (kiri) Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kanan)/ (Presiden Rusia, Vladimir Vladimirovich Putin. twitter.com/KremlinRussia_E, Volodymyr Zelenskyy, Presiden Ukraina (Twitter.com/ Володимир Зеленський))

Jakarta, IDN Times – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B Sukamdani mengatakan konflik antara Rusia dan Ukraina telah menimbulkan kondisi yang sulit bagi dunia, termasuk Indonesia. Hal tersebut karena kedua negara yang berperang itu memiliki peran penting dalam ekonomi global.

“Memang kita melihat bahwa permasalahan yang paling berat sekarang ini adalah karena konflik Rusia dan Ukraina. Ini yang benar-benar membuat kita semua dalam kondisi yang sangat, sangat sulit,” ujarnya dalam webinar Infobank, Kamis (7/4/2022).

1. Peran Rusia dan Ukraina dalam sektor pangan global

Ilustrasi Industri Minyak (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi Industri Minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Menurut Haryadi, baik Rusia dan Ukraina sama-sama memiliki peran penting dalam bidang energi, di mana Rusia adalah pengekspor gas terbesar ke Eropa dan karena perang, pasokan gas menjadi terganggu. Sementara itu, Ukraina menghasilkan minyak nabati dari bunga matahari.

“Jadi, sebagaimana kita ketahui bahwa peran mereka ini sangat besar di bidang energi,” katanya.

Haryadi menambahkan bahwa Ukraina juga menghasilkan gandum, dan Indonesia membelinya dalam jumlah besar. Sementara Rusia juga mengekspor bahan pupuk dalam jumlah besar untuk dunia.

“Itu juga menguasai hampir 40 persen daripada ekspor dunia untuk pupuk. Jadi ini juga problem, akhirnya ke pangan juga,” katanya.

2. Perang berdampak ke sektor energi

Ilustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)
Ilustrasi kenaikan harga minyak (IDN Times/Arief Rahmat)

Haryadi juga menyebut bahwa gangguan-gangguan tersebut menimbulkan distrupsi di rantai pasokan atau supply chain secara global. Pada sektor energi, Haryadi mengatakan perang telah membuat harga minyak melonjak tajam.

Ia menyebut kemarin harga minyak sempat mendekati 120 dolar AS per barel, dan hari ini di 103 dolar AS per barel.

“Tapi kita tidak bisa tahu fluktuasi ini akan seperti apa,” ungkapnya.

3. Harga pangan dan batu bara juga naik

Ilustrasi Tambang Batu Bara (IDN Times/Aditya Pratama)
Ilustrasi Tambang Batu Bara (IDN Times/Aditya Pratama)

Selain pada minyak, perang juga membuat harga batu bara naik tajam. Haryadi mengatakan ini karena di samping ekspor gas, Rusia juga mengekspor batu bara. Selain itu, perang juga mempengaruhi harga Crude Palm Oil (CPO). Ia menyebut saat ini harga CPO sudah mendekati 2 ribu dolar AS per tonnya.

“Hal-hal ini yang kita khawatirkan CPO dapat mendekati 2 ribu dolar AS. Di 1927 per ton (CPO) dan batu bara itu udah 288 dolar AS per ton. Naiknya itu batu bara sudah 40 persen lebih,” katanya.

“Ini yang berakibat akhirnya kepada kebutuhan pokok kita. Kemarin minyak goreng naik. Bahan-bahan pokok lainnya, kedelai, itu juga kita masih impor, gandum sudah pasti karena kita impor dari Ukraina dan juga harga daging pun sekarang naik juga,” tambah Hariyadi.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
Rehia Sebayang
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us