Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

KFC Ungkap Penyebab Tutup 19 Gerai hingga PHK Ratusan Karyawan

KFC Jalan Magelang (Instagram.com/kfcindonesia)
KFC Jalan Magelang (Instagram.com/kfcindonesia)
Intinya sih...
  • Penutupan 19 gerai KFC disebabkan kontrak sewa habis dan relokasi untuk meningkatkan transaksi.
  • Manajemen FAST mencatat rugi komprehensif sebesar Rp132 miliar hingga kuartal II-2025, dengan prospek laba yang membaik.
  • Anak Haji Isam masuk sebagai pemegang saham di anak usaha FAST, PT Jagonya Ayam Indonesia, yang sedang membangun Integrasi Peternakan Ayam di Banyuwangi.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), pemegang lisensi KFC di Indonesia, mengonfirmasi telah menutup 19 gerai hingga September 2025. Dari jumlah itu, sekitar 400 karyawan terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Sampai bulan September 2025, perseroan sudah menutup 19 gerai dan terdapat kurang lebih 400 karyawan yang terimbas pemutusan hubungan kerja (PHK)," tulis FAST dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), dikutip Sabtu (4/10/2025).

Manajemen menyebut, meski terjadi penutupan gerai, perusahaan tetap berencana melakukan ekspansi dengan membuka gerai baru sesuai model bisnis yang dijalankan.

1. Penutupan gerai disebabkan sewa habis dan relokasi

ilustrasi gerai KFC (pexels.com/Huu Huynh)
ilustrasi gerai KFC (pexels.com/Huu Huynh)

Manajemen menjelaskan sepanjang 2025, total 19 gerai KFC ditutup karena beberapa alasan. Pertama, kontrak sewa gerai telah habis. Kedua, sejumlah gerai tidak mengalami pemulihan signifikan sejak pandemik 2020.

Meski begitu, tidak semua penutupan bersifat permanen. Beberapa di antaranya dilakukan dalam bentuk relokasi ke lokasi yang dinilai lebih potensial. Langkah itu ditempuh agar transaksi, khususnya makan di tempat (dine in), dapat meningkat.

"Penutupan gerai yang perseroan lakukan dari tahun 2023, 2024 sampai 2025 itu ada yang bersifat sebagai relokasi," kata manajemen.

2. Prospek laba dan tantangan yang dihadapi

ilustrasi KFC  (unsplash.com/P. L.)
ilustrasi KFC (unsplash.com/P. L.)

Manajemen FAST melaporkan hingga kuartal II-2025 masih mencatat rugi komprehensif sebesar Rp132 miliar. Angka itu membaik dibandingkan periode sama 2024 yang rugi Rp341 miliar, atau perbaikan sekitar Rp200 miliar.

Untuk memperbaiki kinerja, perusahaan menempuh dua strategi utama. Pertama, melakukan efisiensi pada struktur dukungan (support) restoran. Kedua, menutup atau merelokasi gerai yang sejak 2020 tidak menunjukkan pemulihan penjualan maupun EBITDA.

Tantangan yang dihadapi perusahaan tidak ringan. Mulai dari dampak pandemik COVID-19, aksi boikot pada 2023-2024, hingga penurunan daya beli masyarakat.

"Terakhir yang sedang perseroan hadapi sekarang ini adalah adanya penurunan daya beli dari masyarakat yang menyebabkan transaksi sehingga perseroan mengalami penurunan transaksi di gerai yang cukup besar," tulis manajemen KFC.

3. Masuknya anak Haji Isam ke anak usaha KFC

ilustrasi restoran KFC (pexels.com/SHOX art)
ilustrasi restoran KFC (pexels.com/SHOX art)

Perusahaan juga memberikan penjelasan mengenai isu masuknya nama besar di jajaran pemegang saham. Anak Haji Isam kini tercatat sebagai pemegang saham di anak usaha FAST, yaitu PT Jagonya Ayam Indonesia.

"Perseroan mempunyai anak perusahaan yang sedang membangun Integrasi Peternakan Ayam yang berada di Banyuwangi," jelas manajemen.

Proyek tersebut ditargetkan beroperasi penuh pada akhir kuartal 2026. PT Shankara Fortuna Nusantara (SFN), perusahaan yang beneficial owner-nya adalah putri Haji Isam, memiliki hingga 35 persen saham di PT Jagonya Ayam Indonesia.

Manajemen menegaskan hingga saat ini FAST tidak berencana melakukan aksi korporasi berupa akuisisi maupun penjualan saham, baik di tingkat induk maupun anak perusahaan.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Jujuk Ernawati
EditorJujuk Ernawati
Follow Us

Latest in Business

See More

Daftar Saham Tercuan-Terboncos Pekan Ini: Ada yang Melesat 226 Persen

04 Okt 2025, 17:03 WIBBusiness