KPI Gaspol Produksi BBM Rendah Emisi dan Bahan Bakar Hijau

- KPI memproduksi BBM berstandar Euro 4 dan Euro 5 dengan kadar sulfur rendah di beberapa kilang, serta merencanakan produksi BBM setara Euro 5 di Kilang Balikpapan.
- Perusahaan juga mengembangkan biodiesel B40, Hydrotreated Vegetable Oil (HVO), dan Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari bahan baku nabati untuk mendukung energi hijau.
- Tantangan utama yang dihadapi adalah pemerataan distribusi BBM rendah emisi ke seluruh wilayah Indonesia, namun KPI optimis mampu memenuhi kebutuhan energi nasional dengan dukungan pemerintah.
Jakarta, IDN Times - PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) menyampaikan langkah yang ditempuh dalam mendukung transisi energi. Perusahaan mengutamakan dua fokus utama, yaitu memproduksi bahan bakar rendah emisi dan mengembangkan produk bahan bakar hijau.
Pjs Corporate Secretary KPI Milla Suciyani mengatakan, kedua langkah tersebut diarahkan untuk mendukung lingkungan yang lebih ramah dan sejalan dengan peta jalan pemerintah di sektor energi.
“Karena itulah peta jalan atau road map kami juga mengarah ke sana. Hal ini juga tentunya sejalan dengan peta jalan yang dicanangkan oleh pemerintah,” katanya dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (9/8/2025).
1. Produksi BBM rendah emisi

KPI memproduksi bahan bakar minyak (BBM) berstandar Euro 4 dan Euro 5 di Kilang Cilacap, Kilang Balongan, dan Kilang Balikpapan. BBM tersebut memiliki kadar sulfur 50 ppm, sedangkan BBM konvensional umumnya mencapai 500 ppm.
Produk Euro 4 yang beredar di pasaran mencakup Pertadex, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green 95. BBM standar Euro 5 dengan kadar sulfur 10 ppm telah diproduksi di Kilang Balongan dengan nama Diesel X.
Kilang Balikpapan direncanakan memproduksi BBM setara Euro 5 melalui proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) dengan kapasitas 360 ribu barrel per hari.
“BBM kita akan jauh lebih baik dibandingkan dengan standar dunia. Ini sekaligus menunjukkan komitmen KPI untuk memastikan kilangnya dapat memproduksi BBM rendah emisi, yang lebih ramah lingkungan,” sebut Milla.
2. Pengembangan bahan bakar hijau

Di sektor energi hijau, KPI memproduksi biodiesel B40 dengan campuran minyak nabati. Perusahaan juga memiliki produk Hydrotreated Vegetable Oil (HVO) atau Pertamina Renewable Diesel (Pertamina RD) yang berbahan baku 100 persen nabati.
"Komitmen KPI untuk turut menyukseskan program B40 tersebut dilakukan melalui Kilang Plaju dan Kilang Kasim," kata Milla.
Selain itu, KPI tengah memproduksi Sustainable Aviation Fuel (SAF) dari bahan baku minyak jelantah atau used cooking oil (UCO).
3. Tantangan distribusi produk

Milla menyampaikan, tantangan utama yang dihadapi adalah pemerataan distribusi BBM rendah emisi ke seluruh wilayah Indonesia. Upaya yang dilakukan mencakup pembaruan fasilitas, pembangunan kilang baru, dan kelanjutan proyek RDMP.
Menurutnya, langkah tersebut dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi produksi di sektor energi.
“Dengan teknologi kilang yang kami miliki, sumber daya manusia yang kompeten, dan dukungan penuh dari pemerintah, kami optimis mampu memberikan kinerja operasional yang maksimal dan memenuhi kebutuhan energi nasional,” tambah Milla.