Penerima beasiswa Tanoto Foundation (Tanoto Scholars) turut memberikan aspirasi untuk rangkaian acara Youth 20 Indonesia. (IDN Times Vadhia Lidyana)
Dari sosialisasi yang dilakukan Michael dalam rangkaian acara TSG 2022, ada sejumlah isu yang diangkat oleh Tanoto Scholars untuk dibahas dalam Y20 Indonesia 2022.
Pertama, isu terkait keberlangsungan planet yang diangkat oleh mahasiswa Jurusan Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Gajah Mada (UGM), Elang Satria.
"Saya berikan masukan di mana setiap tahun harusnya didirikan transit oriented development (TOD). Di mana sebuah kawasan harus terintegrasi moda transportasinya. Di bandara, MRT, transjakarta, sehingga pergerakan masyarakat mudah dan akan gunakan transportasi umum dibandingkan pribadi," kata Elang.
Dia mengatakan, jika isu itu disuarakan, harapannya konsep TOD bisa terus dikembangkan di berbagai negara, terutama Indonesia. Dengan harapan, emisi karbon bisa berkurang.
Selain itu, mahasiswa Indonesia yang berkuliah di jurusan Information Engineering and Media Nanyang Technological University (NTU) Singapura, yakni Violin Yapputri mengangkat persoalan transformasi digital, dan literasi keuangan digital. Fokus permasalahan yang dibahas adalah celah dalam kemajuan teknologi, yang dinilai tidak ramah bagi semua usia.
"Kita harap edukasinya merata dan terarah. Bagaimana semua usia, kalangan, jangan cuma apply satu solusi, tapi ternyata yang mengerti anak muda saja. Sementara ibu dan bapaknya kurang mengerti. Jadi kan gak nyambung, gak bisa terintegrasi," ucap Violin.
Dia juga mengangkat persoalan perlindungan data pribadi, yang belum sejajar dengan perkembangan teknologi.
"Dan kita harap approach goverment bisa lebih fokus ke preventif, sebelum masalah digital, data privacy issues dan segala macam. Jadi kita bisa lebih banyak partisipasi, anak muda di bagian ini. Karena anak muda yang lebih paham sama hal seperti ini," tutur Violin.
Terakhir, mahasiswa jurusan Teknik Arsitektur Universitas Sumatra Utara (USU), Alya Desky mengangkat persoalan pelatihan vokasi yang menyesuaikan minat anak muda saat ini.
"Kami diskusi mengenai youth employment discussion itu beririsan dengan digital transformation. Kenapa? Kami menyarankan platform yang juga sudah diterapkan di Singapura, terintegrasi pemerintah, bisa digunakan free. Itu diberikan pelatihan vokasi di mana misal jadi TikTokers, bisa diakses seluruhnya," kata Alya.